SOKOGURU, BANDUNG- Berjaya di era tahun 1980an hingga awal 2000-an, sentra atau kampung boneka di Bandung terus mengalami penurunan produksi, omset dan jumlah perajin.
Umumnya rumah industri boneka tersebut memproduksi sesuai pesanan agen, toko ritel dan untuk event-event tertentu. Misalnya, untuk acara wisuda, kegiatan di pemerintah daerah, Pekan Olahraga Nasional (PON), kegiatan pasar malam, pesanan dari hotel-hotel dan lain sebagainya.
Mengapa sentra bisnis boneka yang sudah berjalan empat dekade dan diteruskan hingga generasi ketiga tersebut mengalami penurunan produksi? Apa penyebabnya? Benarkah karena tergerus zaman? Masih memakai model bisnis lama atau kurangnya sentuhan teknologi? Adakah upaya pemerintah setempat untuk menggiatkan kembali sentra boneka tersebut?
Baca juga: Potensi Ekonomi Senapan Angin | Sentra UMKM Cipacing | Sokoguru Xplore
Untuk menjawab permasalahan tersebut, Sokoguru pun beberapa waktu lalu menyusuri tiga sentra boneka yang sempat terkenal tersebut yakni Kampung Boneka Sayati yang terletak di Jalan Sayati Hilir, Margahayu, Kabupaten Bandung.
Kampung boneka yang bisa ditempuh sekitar 20 menit dari pintu Tol Kopo itu berdiri sekitar tahun 1970-an oleh Elan Ruslandi. Ia bahkan mendapat Upakarti dari Presiden Soeharto pada 1994.
Elan juga membuat maskot SEA Games 1999 di Brunei Darussalam, Pada tahun itu juga, Elan membuat boneka kuis Indosat Galileo yang tayang di SCTV. Usaha Elan merosot sejak 2008. Kini, usahanya diteruskan oleh beberapa anak dan menantunya.
Dok. Sokoguru
Kemudian Sokoguru pun ke Kampung Boneka Sukamulya di Babakan Jeruk, Sukamulya, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. Kampung boneka yang sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) ini terletak 300 meter dari dari kantor Kecamatan Sukamulya.
Baca juga: Kerennya Rajut Asli Binong Jati, Sentra UMKM Rajut Binong Jati | Sokoguru Xplore
Sentra boneka yang berdiri sejak 1990-an oleh H. Ade itu mengalami masa kejayaan pada 1997 dengan 100 pengrajin. Lalu sejak 2002 meredup, tersisa 17 pengrajin dan sejak 2016 hingga Sokoguru mewawancarai salah satu perajin, ternyata hanya tersisa tiga unit usaha. Seperti halnya Kampung Boneka Sayati Ilir, di Sukamulya juga mengalami penurunan produksi dan omset.
Kemudian, tempat produksi boneka terakhir yang dikunjungi Sokoguru adalah di Gang Cibuntu Tengah I RT 05 RW 09, Kelurahan Warung Muncang, Kecamatan Bandung Kulon, Bandung.
Para perajin di tempat ini khusus membuat boneka dengan kualitas menengah ke bawah yakni capitan, obralan dan gresan. Biasanya untuk hadiah pada uji ketangkasan di pasar malam atau di mesin-mesin capit boneka di depan mal-mal.
Baca juga: Kampung Nastar, Gang Kecil Penghasil Puluhan Ribu Toples Kue Beromset Ratusan Juta Rupiah
Harga dari boneka-boneka di Warung Muncang itupun relatif murah.
Selain menyusuri tiga sentra pembuatan boneka tersebut, Sokoguru juga mewawancarai pakar Daniel Hermawan dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung. Dosen Pogram Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik Unpar itu pernah meneliti beberapa sentra UMKM. Ia memaparkan penyebab dari meredupnya usaha di sentra boneka tersebut.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk memberi informasi kepada pembaca situasi terkini keberadaan sentra boneka, seperti apa geliat produksi dan ekonomi di sentra boneka saat ini, membantu menggairahkan kembali bisnis boneka di sentra tersebut, dan mendorong pengambil atau pembuat kebijakan untuk membantu memberi solusi mengembalikan kejayaan sentra boneka Bandung.
Namun sayangnya, ketika Sokoguru ingin mewawancarai Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, hingga laporan ini diturunkan pihak Disdagin belum memberi jawaban.
Laporan 'Upaya Menjahit Kembali Rezeki di Kampung Boneka Bandung' akan diturunkan dalam tiga tulisan mulai Senin, 12 Mei 2025. Selain naskah tulisan, laporan tentang UMKM boneka ini juga bisa disaksikan lewat Sokoguru Xplore yang ditayangkan lewat kanal Youtube ‘Menjahit Rejeki Lewat Boneka’ mulai Minggu, 11 Mei. Selamat menyaksikan dan membaca. (Ros/SG-1)