SOKOGURU, PANGKALPINANG — Laut bukan hanya menjadi sumber kehidupan, tetapi juga penopang ekonomi masyarakat pesisir.
Menyadari pentingnya menjaga ekosistem laut, PT Timah Tbk konsisten menjalankan program reklamasi laut berkelanjutan sebagai bagian dari tanggung jawab lingkungannya.
Program ini telah dilakukan sejak tahun 2016 dan menyasar wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) serta Kepulauan Riau, sebagai dua kawasan utama operasi perusahaan tambang milik negara tersebut.
Baca juga: Belitung Expo 2025, PT Timah Tampilkan Ratusan Produk UMKM Siap Tembus Pasar Global!
Ribuan Artificial Reef dan Restocking Cumi
Dalam kurun waktu 2016 hingga 2024, PT Timah telah menenggelamkan 7.680 unit artificial reef, memasang 3.105 unit fish shelter, melakukan 1.475 transplantasi karang, dan me-restocking 40.435 ekor cumi di perairan Bangka Belitung.
Sedangkan di Kepulauan Riau, program reklamasi berupa penahan abrasi sepanjang 2.360 meter, penanaman mangrove seluas 12,81 hektare, dan restocking 3.800 ekor kepiting bakau.
Hasil Nyata: Nelayan Tak Perlu Melaut Jauh
Nelayan seperti Rispandi dari Tanjung Kubu, Bangka Selatan mengaku sangat merasakan dampaknya.
Baca juga: Program Beasiswa PT Timah 2025 Jadi Incaran Ratusan Pelajar! Ini Alasan Mereka
Dulu harus berangkat subuh dan pulang sore hanya membawa 10 kg ikan. Kini cukup melaut dekat pantai dan bisa dapat hingga 50 kg ikan per hari.
“Ikan-ikan sudah ngumpul di fish shelter, kami tidak perlu jauh-jauh lagi melaut,” ungkap Rispandi.
“Jenisnya juga ikan berkualitas, seperti kakap merah dan cumi-cumi saat musimnya,” tambah Rispandi.
Sinergi dengan Lembaga Lokal dan Akademisi
Program ini dijalankan PT Timah bersama kelompok nelayan lokal, Yayasan Sayang Babel Kite, POSSI Babel, dan pemerintah daerah.
Baca juga: PT Timah Latih UMKM Jualan Online: Bantu Naik Kelas Lewat TikTok dan Marketplace!
Indra Ambalika Syari, Ketua Yayasan Sayang Babel Kite sekaligus dosen Ilmu Kelautan UBB, menyebut ini sebagai “program reklamasi laut pertama di Indonesia” yang bisa menjadi role model nasional.
“Artificial reef menjadi habitat baru dan lokasi wisata diving potensial,” ujar Indra.
“Kegiatan ini menghidupkan kembali ekosistem laut dan ekonomi nelayan,” tambahnya.
Dukung Ekowisata dan Edukasi Lingkungan
Departement Head Corporate Communication PT Timah, Anggi Siahaan, mengatakan bahwa program ini bukan hanya untuk ekologi, tetapi juga sosial dan ekonomi.
“Artificial reef diharapkan bisa dikembangkan menjadi spot wisata bahari dan edukasi lingkungan,” jelas Anggi.
“Reklamasi laut kami lakukan berkelanjutan dan berkontribusi untuk masyarakat,” tambahnya.
Dengan program reklamasi laut ini, PT Timah tak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, tapi juga menciptakan lapangan usaha alternatif bagi nelayan dan mendukung pengembangan ekowisata bawah laut. (*)