SOKOGURU- Setiap tanggal 24 Maret, dunia memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS). Tepat 143 tahun lalu, bakteri Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Robert Koch.
Tahun ini, hari Tuberkulosis atau dikenal dengan sebutan Tbc atau Tb jatuh di saat Ramadan (puasa), momen yang dinanti umat muslim di dunia, termasuk penyintas Tbc.
Pertanyaannya, apakah penderita Tbc boleh berpuasa? Jawabannya boleh, tetapi ada syarat dan hal-hal penting yang harus diperhatikan agar tidak mengganggu proses pengobatan dan pemulihan. Namun ada juga pasien Tbc yang tidak disarankan menjalankan puasa.
Berikut panduan resmi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (25/3).
Tbc merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Pasien penderita Tbc membutuhkan pengobatan jangka panjang minimal enam bulan.
Baca juga: Perangi Tuberkulosis di Tanah AIr, Kemenkes Siapkan Tiga Langkah Inovasi
Selama proses , penderita mengalami peningkatan kebutuhan energi dan nutrisi, karena tubuh harus bekerja keras melawan infeksi.
Namun di sisi lain, penderita Tbc sering mengalami penurunan nafsu makan, mual, cepat kenyang, dan berat badan yang menurun drastis.
Kondisi itu bisa menjadi lingkaran setan, tubuh lemas karena kurang nutrisi, sistem imun menurun, infeksi semakin berat, dan pemulihan pun terhambat. Maka, pertimbangan untuk berpuasa perlu didiskusikan dengan cermat bersama dokter.
Penderita Tbc yang boleh berpuasa
Para pasien yang boleh menjalani puasa adalah mereka yang sudah menjalani pengobatan secara teratur minimal dua bulan.
Baca juga: Anggota DPR RI presiasi Respons Cepat Kemenkes Antisipasi Tangani Kasus HMPV
Kondisi tubuh harus stabil, tanpa komplikasi berat, mampu mengatur konsumsi obat dan makanan saat sahur dan berbuka, dan sudah mendapat persetujuan dari dokter yang merawat.
Penderita Tbc yang tidak boleh berpuasa
Para penderita Tbc yang sebaiknya tidak berpuasa adalah mereka yang masih dalam tahap awal pengobatan (fase intensif). Kemudian pasien yang mengalami komplikasi, seperti anemia berat, gangguan elektrolit, atau kekurangan gizi akut.
Pasien Tbc dengan berat badan yang terus turun atau tampak semakin lemas juga sangat tidak disarankan menjalankan puas. Dan terakhir, pasien yang mengalami efek samping berat dari obat antiTB (OAT).
Tips bagi penyintas Tbc yang diizinkan berpuasa oleh dokter:
Pertama, konsumsi obat secara teratur. Obat antiTbc harus diminum tanpa putus agar efektivitasnya terjaga dan mencegah resistansi. Lalu Konsultasikan dengan dokter mengenai jadwal minum obat selama puasa. Umumnya obat dikonsumsi saat sahur atau berbuka dengan perut kosong, tergantung jenisnya.
Baca juga: Cegah Stunting, Kemenkes Luncurkan Suplemen MMS untuk Ibu Hamil di Kota Bandung
Kedua, makan dengan gizi seimbang. Penderita TB memerlukan pola makan tinggi kalori dan tinggi protein, terutama untuk mendukung proses penyembuhan.
Komposisi gizi seimbang saat sahur dan berbuka sangat krusial. Makanan yang dianjurkan antara lain, karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, kentang, dan singkong.
Protein hewani dan nabati seperti ayam tanpa kulit, ikan, telur, daging tanpa lemak, tahu, dan tempe. Sayur dan buah seperti sumber vitamin dan mineral yang penting untuk daya tahan tubuh. Lemak sehat seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.
Ketiga, atur pola makan saat berbuka. Jangan langsung menyantap makanan berat saat adzan maghrib. Ikuti pola berbuka yang aman mengawal dengan air putih dan buah seperti kurma.
Beri jeda sejenak, misalnya dengan sholat maghrib kemudian lanjutkan dengan makan utama yang lengkap gizinya, namun mudah dicerna.
Hindari gorengan, makanan pedas, asam, atau terlalu manis yang bisa memicu gangguan pencernaan. Sebaliknya, bisa memilih camilan sehat seperti yogurt, kacang-kacangan, atau smoothies buah saat malam hari.
Keempat, cukupi cairan dan istirahat. Kebutuhan cairan tetap harus terpenuhi meskipun hanya bisa minum saat malam hari.
Targetkan minimal delapan gelas air putih per hari, dibagi antara buka puasa hingga sahur. Hindari minuman berkafein seperti kopi atau teh yang bersifat diuretik. Istirahat yang cukup juga penting untuk mendukung sistem imun. Kurangi aktivitas berat jika tubuh terasa lelah.
Vitamin dan mineral yang mendukung imunitas seperti vitamin A, C, D, B kompleks, zat besi, seng, dan selenium sangat penting bagi penderita TBC. Jika tidak tercukupi dari makanan sehari-hari, suplemen bisa menjadi pilihan, namun harus sesuai anjuran dokter.
Penderita TB perlu waspada jika muncul tanda-tanda berikut:
- Berat badan turun drastis selama puasa.
- Cepat lelah dan lemas.
- Nafsu makan semakin menurun.
- Timbul kembali gejala Tbc seperti batuk, demam, atau nyeri dada.
Jika hal itu terjadi, segera konsultasikan kembali ke dokter. Bisa jadi puasa perlu ditunda demi keselamatan.
Puasa bukanlah hal yang mustahil bagi penyintas Tbc. Dengan pengobatan yang teratur, pengawasan medis, serta pola makan dan gaya hidup yang sehat, puasa tetap bisa dijalankan dengan aman. Kuncinya adalah konsultasi rutin dengan dokter, menjaga asupan gizi, serta mendengarkan sinyal tubuh.
Jadikan puasa bukan sekadar ibadah, tapi juga momen untuk hidup lebih sehat dan disiplin. Dan untuk para penyintas Tbcdi luar sana, tetap semangat, terus berjuang, dan jangan lupa jaga pola makan Anda. (SG-1)