SOKOGURU - Bulan Ramadan 2025 terasa lebih sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pedagang mengeluhkan bahwa masyarakat lebih banyak melihat-lihat tanpa membeli.
Biasanya, awal Ramadan ditandai dengan peningkatan konsumsi dan kepadatan di pusat perbelanjaan, namun kali ini suasananya lebih tenang.
Apakah ini pertanda daya beli masyarakat sedang menurun?
Kondisi Ekonomi Indonesia yang Suram
Fenomena sepinya Ramadan 2025 semakin memperjelas kondisi perekonomian Indonesia yang menunjukkan banyak tanda-tanda perlambatan.
Stok barang di supermarket melimpah, tetapi permintaan tetap rendah. Beberapa pelaku usaha mulai khawatir dengan berkurangnya aktivitas jual beli yang biasanya meningkat di bulan suci.
Indikator Penurunan Daya Beli
Dibandingkan tahun lalu, kondisi Ramadan saat ini jauh lebih lesu. Indeks belanja supermarket menunjukkan penurunan drastis dari 600 di bulan Desember tahun lalu menjadi 455,1 pada Januari. Ini menandakan bahwa masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya, bahkan di momen yang biasanya menjadi puncak konsumsi.
Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen
Banyak faktor yang membuat masyarakat lebih selektif dalam berbelanja, seperti kelangkaan gas LPG, harga BBM yang tidak stabil, serta ancaman kehilangan pekerjaan akibat efisiensi di berbagai sektor.
Semua ini menciptakan ketidakpastian yang membuat masyarakat cenderung menunda konsumsi barang-barang non-prioritas.
Dampak bagi Pelaku Usaha dan UMKM
Bagi pelaku usaha, Ramadan seharusnya menjadi periode emas untuk meningkatkan pendapatan.
Namun, kenyataannya, sektor makanan dan minuman harus menghadapi tantangan besar.
Konsumen masih membutuhkan makanan untuk berbuka dan sahur, tetapi mereka cenderung menghemat pengeluaran.
Penjual sembako masih memiliki permintaan yang stabil, namun bisnis ritel dan manufaktur mengalami tekanan besar.
Sektor yang Paling Terpukul
Industri manufaktur dan ritel konvensional yang berharap tumbuh 5-10% justru mengalami tantangan berat akibat serbuan produk impor.
Beberapa perusahaan besar, seperti Sritex dan Yamaha Music Indonesia, bahkan harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kondisi pasar yang tidak menguntungkan.
Pergeseran Pola Belanja Konsumen
Survei terbaru menunjukkan bahwa 87% konsumen kini lebih memprioritaskan pembelian makanan dan minuman, sementara sektor lain seperti pakaian, perabot rumah tangga, dan elektronik mengalami penurunan permintaan drastis.
Hanya 7% konsumen yang masih mempertimbangkan membeli ponsel baru saat lebaran, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih konsumtif.
Masyarakat Berhemat dan Mengandalkan Tabungan
Sebagian besar masyarakat masih mengandalkan tabungan untuk memenuhi kebutuhan Ramadan.
Sebanyak 84% konsumen terpaksa menggunakan simpanan mereka untuk belanja, sementara 33% lainnya mulai mengurangi pembelian barang non-esensial.
Situasi ini menunjukkan bahwa daya beli belum sepenuhnya pulih.
Peran THR dalam Meningkatkan Konsumsi
Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi faktor kunci dalam mendorong konsumsi di bulan Ramadan.
Jika perusahaan membayar THR tepat waktu, maka masyarakat akan memiliki daya beli yang lebih baik, yang pada akhirnya menggerakkan roda ekonomi, terutama bagi UMKM yang bergantung pada perputaran uang selama periode ini.
Perlu Intervensi Pemerintah
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah harus turun tangan dengan kebijakan yang mendukung stabilitas harga sembako, memastikan pembayaran THR tepat waktu, serta menjaga arus mudik tetap lancar agar ekonomi daerah tetap bergerak.
Tanpa langkah konkret, Ramadan bisa menjadi periode sulit bagi banyak sektor usaha.
Optimisme di Pertengahan Ramadan
Meski awal Ramadan terasa lesu, ada potensi peningkatan konsumsi di minggu ketiga dan keempat.
Survei menunjukkan bahwa 38% konsumen akan mulai berbelanja menjelang akhir Ramadan.
Jika ini terjadi, sektor-sektor seperti transportasi, makanan dan minuman, serta fesyen masih bisa mendapatkan momentum untuk meningkatkan penjualan.
Ramadan 2025: Adaptasi atau Kehancuran?
Situasi ini mengajarkan bahwa bisnis harus lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan tren konsumsi.
Pelaku usaha perlu menyesuaikan strategi agar tetap relevan di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Mereka yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan konsumen akan bertahan, sementara yang tidak bisa berinovasi mungkin akan kesulitan.
Akankah Ramadan 2025 Jadi yang Paling Sepi?
Meskipun ada prediksi bahwa belanja masyarakat bisa mencapai USD 73 miliar atau sekitar Rp1.188 triliun, tantangan tetap ada.
Jika badai PHK terus berlanjut dan pemerintah tidak segera mengambil langkah nyata, Ramadan kali ini bisa menjadi yang paling sulit dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, jika semua faktor bisa tersinergikan dengan baik, pasar masih berpotensi pulih menjelang hari raya. (*)
Disclaimer: Sudut Pandang adalah bukan produk jurnalistik, melainkan opini pribadi penulis. Penulis, Rizki Laelani adalah Mahasiwa Pascasarjana KPI UIN BANDUNG.