Soko Berita

KKP Bangkitkan Kembali Geliat Budi Baya Rumput Laut Kepulauan Seribu

Percontohan budi daya rumput laut di Pulau Kongsi melibatkan kelompok pembudi daya Cottoni Jaya Pulau Pari yang telah memproduksi 8,8 ton rumput laut kering.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
24 Maret 2025

Kegiatan Percontohan budi daya rumput laut di perairan Pulau Kongsi mengarah kepada cara budi daya rumput laut yang baik dengan mengacu kepada SNI Budi Daya Rumput Laut, mulai dari pemilihan lokasi, seleksi bibit, penggunaan metode dan waktu tanam yang tepat, serta penanganan pasca panen. (Dok.KKP)

 

SOKOGURU, Jakarta- Untuk mengembalikan kejayaan Kepulauan Seribu akan produksi rumput lautnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini membuat percontohan budi daya rumput laut di Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, dengan melibatkan masyarakat setempat.

Percontohan budi daya rumput laut itu bertujuan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), sekaligus mengenalkan kembali rumput laut sebagai mata pencaharian potensial.

Demikian disampaikan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM) KKP, I Nyoman Radiarta, dalam keterangan resmi KKP Senin (24/3). 

“Budi daya rumput laut tersebut merupakan penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan yang terdapat di lokasi SMART Fisheries Village (SFV) atau desa perikanan cerdas di Pulau Kongsi. SFV di pulau ini dibangun oleh BPPSDM KKP melalui Balai Riset Perikanan Laut (BRPL),” ujarnya.

Baca juga: Peringati Hari Gizi Nasional, KKP Perkuat Hilirisasi Rumput Laut di Karawang

Budi daya rumput laut di Kepulauan Seribu, lanjut Nyoman, pernah mengalami kejayaan. Namun, masyarakat yang dulu berjibaku dengan kegiatan tersebut, kini banyak beralih ke usaha lain lantaran budi daya rumput laut kurang menjanjikan keuntungan imbas serangan penyakit ice-ice salah satunya.

“Konsep SFV digunakan sebagai sarana pengembangan SDM baik dari aspek pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, serta sebagai sarana inkubasi bisnis untuk mencetak startup di bidang kelautan dan perikanan,” imbuhnya. 

Sementara itu, Kepala BRPL, Luthfi Assadad, mengatakan, pariwisata di Kepulauan Seribu semakin meningkat pesat, bahkan menjadi salah satu andalan pendapatan daerah, dan juga sumber nafkah bagi penduduk di sekitar.

Di sisi lain, ujarnya, terdapat zonasi atau pembagian tata ruang, di mana area Kepulauan Seribu di bagian selatan memang diarahkan untuk jasa, ekonomi dan perdagangan. 

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Produksi, KKP Kenalkan Inovasi Pengeringan Rumput Laut

Sehingga area yang sebelumnya digunakan untuk budi daya rumput laut dan penangkapan ikan, kini digunakan untuk kegiatan nonperikanan.

“Menghadapi paradigma tersebut, kami membuat sebuah percontohan budi daya rumput laut di perairan Pulau Kongsi untuk pengembangan SDM, dengan melibatkan kelompok pembudi daya rumput laut dan pembudi daya ikan (Pokdakan) Cottoni Jaya dari Pulau Pari,” jelas Luthfi lagi. 

Kegiatan itu, lanjutnya, mengarah kepada cara budi daya rumput laut yang baik dengan mengacu kepada SNI Budi Daya Rumput Laut, mulai dari pemilihan lokasi, seleksi bibit, penggunaan metode dan waktu tanam yang tepat, serta penanganan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah produk rumput laut. 

Baca juga: Di Pulau Untung Jawa, KKP Bagikan Benih Ikan Kerapu dan Rumput Laut ke Masyarakat

Ketua Pokdakan Cottoni Jaya, Hanafi, menyampaikan, sepanjang 2024 pihaknya telah memproduksi sebanyak 8,8 ton rumput laut kering. 

Tempat magang

Sebagai mitra SFV Pulau Kongsi, Pokdakan Cottoni Jaya merasa sangat terbantu dengan pendampingan yang diberikan oleh SFV Pulau Kongsi. “Dengan adanya pendampingan ini, hasil yang lebih besar menjadi harapan di tengah gempuran pergeseran tata guna lahan dan mata pencaharian di lingkungan masyarakat setempat,” ujarnya.

Di sisi lain, Penyuluh Perikanan Kepulauan Seribu, Tommi Susilo Utomo Lamanepa,  juga menyampaikan, sejak terbangunnya SFV Pulau Kongsi, Pokdakan Cottoni Jaya khususnya dan masyarakat Pulau Pari pada umumnya bertambah semangat dalam menjalankan aktifitas kegiatan di sektor kelautan dan perikanan. 

Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat juga semakin menarik karena adanya tambahan pengetahuan yang diterima oleh masyarakat mengenai budi daya rumput laut.

Di sisi lain, percontohan budi daya rumput laut ini juga menjadi ajang pembelajaran dalam bentuk pelaksanaan magang mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. 

Pada 2024 terdapat 19 mahasiswa dan taruna dari enam kampus yang mengikuti magang di Pulau Kongsi. Jumlahnya meningkat pada tahun ini. Per Maret 2025 tercatat sebanyak 29 mahasiswa dan taruna dari tujuh kampus telah menyelesaikan magang di SFV Pulau Kongsi, yang sebagian besarnya mengambil tema rumput laut sebagai topik kegiatan magang. 

Di tahun ini, peserta magang dari Universitas Brawijaya dan Universitas Nahdhatul Ulama Purwokerto mengambil tema teknik budi daya rumput laut. 

Adapun mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran, serta Institut Teknologi Sumatera Lampung mengambil tema pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan rumput laut.

“Para pengelola SFV Pulau Kongsi berharap, percontohan budi daya rumput laut yang dibangun di SFV tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik sebagai percontohan penyuluhan, sarana pembelajaran bagi mahasiswa dan taruna, maupun diseminasi teknologi kepada masyarakat,” harap Luthfi.

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong penguatan ekonomi masyarakat pesisir melalui skema kegiatan budi daya yang disertai dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Tujuannya agar kegiatan tidak hanya produktif tapi juga ramah lingkungan. (SG-1)