SOKOGURU - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, jika kebutuhan hewan kurban sapi dan kambing/domba pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 2.074.269 ekor atau naik 1,98% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, ketersediaan nasional hewan kurban mencapai 3.217.397 ekor, sehingga terdapat surplus sekitar 1,14 juta ekor.
Meski begitu, Kementan memastikan kecukupan hewan kurban secara nasional, dan sudah menyiapkan mekanisme distribusi dari daerah surplus ke daerah yang kekurangan.
Dengan banyaknya ketersediaan hewan kurban jelang Lebaran Idul Adha 2025, Kementan akan memperketat pengawasan kesehatan untuk mencegah penyakit hewan menular strategis (PHMS) dan zoonosis.
"Upaya ini dilakukan melalui koodirnasi intensif dengan dinas peternakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, dikutip dari keterangan resmi ditjenpkh.pertanian.go.id, pada Kamis (8/5).
Agung mengatakan, pentingnya pengawasan lalu lintas ternak dan mitigasi risiko di seluruh rantai distribusi hewan kurban.
Adapun pengawasan harus dilakukan di peternakan, pasar hewan, tempat penjualan, hingga rumah potong hewan (RPH) atau lokasi pemotongan non-RPH.
"Kebutuhan hewan kurban yang meningkat signifikan turut memicu tingginya mobilisasi ternak antar wilayah. Jika tidak diantisipasi serius, hal ini dapat membuka celah masuknya penyakit seperti PMK, LSD hingga Anthrax," ujarnya.
Satu di antara langkah konkret yang diwajibkan yakni melakukan vaksin Penyakit Kuku dan Mulut pada hewan kurban di sekitar titik penjualan dalam radius minimal tiga kilometer.
Vaksinasi harus dilakukan paling lambat enam bulan sebelum penyembelihan. Kementan juga mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan kepada petugas kesehatan hewan, jika menemukan gejala sakit pada hewan kurban.
Selain itu, Kementan meminta pemerintah daerah aktif melaporkan hasil pemeriksaan hewan baik sebelum maupun sesudah pemotongan, melalui aplikasi iSIKHNAS.
Sistem pelaporan darurat juga wajib diaktifkan, didukung dengan penguatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada publik.
"Dengan sinergi semua pihak, kita berharap Idul Adha tahun ini bukan hanya khidmat secara spiritual, tetapi juga aman dari sisi kesehatan," kata Agung.
Di samping itu, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Kementan, Nuryani Zainuddin menyoroti pentingnya pelaksanaan pemotongan hewan qurban yang higienis dan memperhatikan kesejahteraan hewan.
Nuryani juga mengingatkan, agar masyarakat memilih hewan kurban yang sehat, cukup umur, dan bebas dari gejala penyakit.
Menurut Nuryani, pelaksanaan kurban yang baik bukan sekadar hanya terkait dengan syariat agama melainkan juga melindungi kesehatan masyarakat.
"Penanganan daging dan jeroan yang tidak higienis bisa menjadi jalur masuknya penyakit zoonosis ke manusia. Di sini perlu edukasi dan kesadaran kolektif," ujarnya.
Kementan lalu mengingatkan, jika hewan kurban yang tidak terjual tidak boleh dikembalikan ke daerah asal.
Hewan tersebut harus dipelihara, dipotong di RPH setempat, atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah penyebaran penyakit lintas wilayah. (*)