Soko Berita

Iran Sebut Israel 'Anak Papa' AS di Tengah Perang, Beri Ultimatum Serius pada Donald Trump

Menlu Iran Abbas Araghchi sindir Israel 'anak papa' AS dalam konflik. Peringatan keras Trump terkait Khamenei usai perang 12 hari. Gencatan senjata disepakati.

By Pipin Lukmanul Hakim  | Sokoguru.Id
30 Juni 2025
<p>Ilustrasi bendera Iran. Menlu Iran Araghchi beri sindiran menohok pada Iran dan ultimatum Trump secara serius. (Foto: Pixabay).</p>

Ilustrasi bendera Iran. Menlu Iran Araghchi beri sindiran menohok pada Iran dan ultimatum Trump secara serius. (Foto: Pixabay).

SOKOGURU - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi belum lama ini melontarkan sindiran pedas terhadap Israel 'anak papa', yang sangat bergantung pada Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi Terehan.

Pernyataan ini muncul usai 12 hari konflik sengit yang berakhir pada 24 Juni lalu setelah kedua belah pihak saling sepakat untuk gencatan senjata.

Melalui unggahan di platform X, Araghchi menegaskan, jika Israel tidak berdaya tanpa dukungan militer dari AS.

Seperti dilaporkan Timesofindia, Araghchi menyamakan intervensi AS dalam menyerang fasilitas nuklir Iran di tengah peperangan dengan Israel sebagai respons seorang 'ayah' yang membela anaknya.

"Rakyat Iran yang Agung dan Perkasa telah menunjukkan kepada dunia, jika rezim Israel TIDAK PUNYA PILIHAN selain LARI ke 'Papa', demi menghindari dihancurkan oleh rudal kami," demikian cuita Araghchi.

Sindiran ini secara langsung merujuk pada serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran yang terjadi saat Teheran terlibat konflik dengan Israel.

Pernyataan Araghchi ini memperkuat narasi alianis AS-Israel, sembari berusaha menggambarkan Israel sebagai pihak yang lemah, dan sangat bergantung pada Paman Sam.

Peringatan Keras untuk Donald Trump

Selain sindiran itu, Araghchi juga turut melayangkan peringatan tegas kepada Presiden AS, Donald Trump.

Baca Juga:

Ia mendesak Trump untuk menghentikan retorika yang tidak sopan, dan merendahkan Pemimpin Tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei.

Araghchi mengultimatum, jika akan ada konsekuensi serius kalau AS terus menghina pemimpin spiritual Iran tersebut.

"Trump harus menyingkirkan nada tidak sopan dan tidak dapat diterima terhadap Khamenei, dan berhenti menyakiti jutaan pengikut setia beliau," tulis Araghchi.

Ia menekankan, jika Trump benar-benar menginginkan kesepakatan dengan Iran, rasa hormat adalah kunci, bukan penghinaan.

"Jika delusi memicu kesalahan yang lebih besar, Iran tidak akan ragu untuk menunjukkan kemampuan nyatanya, yang pasti akan MENGAKHIRI semua ilusi tentang kekuatan Iran. Niat baik dibalas dengan niat baik, dan rasa hormat dibalas dengan rasa hormat," cuitan Araghchi.

Gencatan Senjata dan Klaim Kemenangan

Pernyataan keras Araghchi ini muncul beberapa hari setelah gencatan senjata mengakhiri konflik 12 hari antara Iran dan Israel yang dimediasi oleh AS. Meski konflik telah selesai, ketegangan masih sangat tinggi.

Di lain sisi, Khamenei mengklaim jika Teheran sudah berhasil mengalahkan Israel dan bahkan memberikan 'tamparan' kepada Washington selama perang berlangsung.

Namun klaim kemenangan ini langsung ditolak oleh Trump, yang menyebut Khamenei sebagai pembohong dan 'konyol'.

Trump bahkan membekukan wacana pencabutan sanksi terhadap Iran. Di platform Truth Social, Trump menulis, ia menolak permintaan pasukan AS maupun Israel untuk 'menghabisi' sang Ayatollah, meski sudah mengetahui lokasi rahasianya.(*)