SOKOGURU, JAKARTA- Untuk mengembangkan produk suplemen kesehatan berbasis kelapa sawit sebagai pendukung program makan bergizi gratis (MBG), Kementerian Perindustrian(Kemenperin) berkomitmen untuk terus menjalankan hilirisasi industri kelapa sawit, khususnya pada produk Betacarotene (Pro Vitamin A) dan Tocopherol (Vitamin E).
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada Rapat Kick Off Kerja Sama Riset Kolaboratif antara Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi) dan PT Kimia Farma Tbk di Jakarta, Jumat, 9 Mei 2025.
“Riset Kolaborasi ini merupakan langkah strategis untuk mendukung kecukupan nutrisi masyarakat melalui produk kesehatan yang berasal dari komoditas andalan nasional, kelapa sawit, termasuk dalam rangka menanggulangi stunting dan wasting,” ungkapnya, dalam keterangan resmi Kemenperin, Minggu sore, 11 Mei.
Baca juga: Indonesia dan Malaysia Perkuat Kerja Sama Strategis dalam Industri Kelapa Sawit
Hilirisasi tersebut, lanjut Putu, sekaligus mendorong peningkatan nilai tambah komoditas kelapa sawit nasional dan memperkuat ketahanan nutrisi masyarakat.
Upaya tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden RI untuk mengoptimalkan peran kelapa sawit dalam ketahanan nutrisi nasional, dan melengkapi peran kelapa sawit yang saat ini dimanfaatkan sebagai sumber ketahanan energi melalui bahan bakar nabati.
Selain itu sebagai sumber ketahanan pangan melalui minyak goreng sawit dan produk lemak padatan pangan lainnya.
Baca juga: Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Melalui Inovasi Teknologi
Selama ini, kata Putu, masyarakat luas belum menyadari, minyak sawit mengandung nutrisi penting seperti Betacarotene, Tocopherol, MCT (Medium Chain Triglyceride), Squalane, dan Antioxidants yang berkhasiat menjaga kesehatan tubuh manusia.
Proses produksi minyak sawit modern melalui pemurnian minyak secara kimiawi justru menghilangkan kandungan nutrisi penting alami dari minyak sawit. Sehingga kebutuhan vitamin dapat dipenuhi dari suplemen kesehatan sintetik atau dari sumber lainnya.
“Suplementasi vitamin dari sumber nabati, termasuk dari minyak kelapa sawit yang diproses alami, merupakan opsi cerdik untuk menjaga kecukupan nutrisi masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak sekolah dan ibu hamil atau menyusui,” ungkap Putu.
Baca juga: Rumah Tamadun Olah Limbah Sawit Jadi Tas dan Teh, Buka Lapangan Kerja Bagi Perempuan
Lebih lanjut, Dirjen Industri Agro menambahkan, Kemenperin melengkapi dukungan fasilitasi riset kolaboratif dengan kegiatan penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) produk suplemen kesehatan berbasis kelapa sawit sebagai pendukung program MBG. Keberadaan SNI produk suplemen kesehatan itu sangat penting untuk membuka peluang seluruh pihak, baik pihak BUMN, swasta, dan/atau pihak lain untuk dapat terlibat dalam program nasional menjaga kecukupan nutrisi masyarakat termasuk melalui program MBG.
“Rapat kick off juga dimaksudkan untuk membentuk pioneering model kerja sama kolaboratif antar pihak sehingga mendukung upaya mentransformasikan inovasi hasil riset menjadi skala komersial, dengan fasilitasi dari Kementerian Perindustrian,” imbuhnya.
Dalam hal ini, Kemenperin akan memfasilitasi diadakannya pertemuan teknis ilmiah untuk membulatkan konsep pengembangan produk suplemen bersama ahli atau pakar gizi nasional.
Langkah selanjutnya, Kemenperin akan menjembatani aspek legal kerja sama termasuk manajemen kekayaan intelektual serta menentukan requirements agar hasil riset kolaboratif ini dapat diimplementasikan menjadi program skala nasional, khususnya mendukung program MBG.
“Diharapkan model pionir collaborative research antara pihak Maksi dan PT Kimia Farma Tbk dalam produk suplemen kesehatan berbasis kelapa sawit. Ini dapat menjadi tonggak sejarah baru pengembangan bidang industri agro yang masih terbuka lebar dan potensial dieksplorasi mendalam hingga sampai pada skala industri komersial,” pungkas Putu. (SG-1)