SOKOGURU, Bandung -- Kota Bandung terus melangkah menuju kota yang lebih bersih dan ramah lingkungan dengan menggalakkan program Kawasan Bebas Sampah (KBS).
Hingga saat ini, tercatat sudah 466 RW dari lebih dari 1.500 RW yang menerapkan konsep KBS—yakni sekitar 28%–29% dari total RW di Bandung.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Kawasan Bebas Sampah (KBS)?
Baca juga: Warga Ciptakan Mesin Pemusnah Sampah Bertenaga Air, Pemkot Targetkan 30 Mesin di Tiap Kecamatan!
Plt. Kepala UPT Pengelolaan Sampah DLH Kota Bandung, R. Ramdani, menjelaskan bahwa KBS bukan berarti wilayah benar-benar tanpa sampah.
Dok.Pemkot Bandung.
Namun KBS bertujuan agar warga di wilayah tersebut telah memiliki kesadaran untuk memilah, mengolah, dan memanfaatkan sampah langsung dari rumah.
“Ini adalah langkah awal menuju pengelolaan sampah yang lebih baik,” ungkap Ramdani di Bandung, pada Rabu, 14 Mei 2025.
KBS Turut Kurangi Beban Biaya Pengelolaan Sampah
Menurutnya, program ini penting karena akan mengurangi beban biaya pengelolaan sampah kota, serta mencegah penumpukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Baca juga: Tumpukan Sampah Pasar Gedebage Lenyap dalam 2 Hari! Perumda Pasar Juara Tuntaskan Masalah
Saat ini, Kota Bandung menghasilkan sekitar 140 rit sampah per hari, dengan 30 rit di antaranya harus dikelola langsung di dalam kota.
Dengan semakin banyaknya RW yang menerapkan KBS, beban pengelolaan sampah kota bisa ditekan secara signifikan.
Kang Pisman: Kearifan Lokal dalam Aksi Nyata
Salah satu fondasi program KBS adalah gerakan Kang Pisman, akronim dari Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan.
Gerakan ini sejalan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) namun dibalut dengan pendekatan kultural khas Sunda.
“Kesadaran warga adalah kunci. Jika dari tingkat rumah tangga sudah memilah sampah, maka proses pengelolaan selanjutnya jadi jauh lebih mudah,” jelas Ramdani.
Baca juga: Awasi Sampah Lewat CCTV, Pemkot Bandung Siapkan Langkah Baru Atasi Tumpukan Sampah
Selain menjaga lingkungan, pemilahan sampah juga berkontribusi pada kebersihan dan kesehatan warga, misalnya mencegah munculnya belatung karena sampah organik tidak tercampur dengan lainnya.
Meski belum semua warga di RW KBS aktif memilah sampah, keikutsertaan mereka tetap menjadi langkah awal yang penting untuk menciptakan perubahan berkelanjutan.
“KBS bukan sekadar target angka, tapi gerakan bersama demi lingkungan yang bersih dan sehat,” tegas Ramdani.
Dengan sinergi antara masyarakat, RW, dan pemerintah, Bandung punya peluang besar untuk menjadi kota pelopor pengelolaan sampah mandiri di Indonesia. (*)