Soko Kreatif

Bandung Idea Connect #9: Entrepreneur Kreatif Itu Bukan Sekadar Jadi “Pebisnis”

Bandung Idea Connect #9 digelar pada Selasa (15/11) sore di Let's Go Gelato Bengawan. Kali ini, para pelaku kreatif Kota Bandung membincangkan tema Creative x Entrepreneur.

By Sokoguru  | Rauf Muhammad  | Sokoguru.Id
16 November 2022
Peserta Bandung Idea Connect berfoto bersama setelah diskusi selesai.

sokoguru.id— Sore yang sejuk di tengah Kota Bandung, Komite Ekraf Kota Bandung dan Disbudpar Kota Bandung untuk ke-9 kalinya mengadakan kegiatan Bandung Idea Connect dengan tema Creative x Entrepreneur, yang diselenggarakan Selasa (15/11), di Let’s Go Gelato Bengawan.

Acara ini dibuka oleh Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Kota Bandung, Sri Susiagawati, SE.,MM., yang mengungkapkan bahwa aktivitas entrepreneur saat ini tidak bisa lepas dari teknologi, produktivitas, kreativitas, dan politik.

“Bisnis sekarang menghadapi agenda ekspor, impor, yang tentunya memiliki regulasi nasional sampai internasional. Sehingga akhirnya indikator entrepreneur kekinian adalah komunikasi global,” terang Sri.

Bandung Idea Connect #9 ini menghadirkan entrepreneur Kota Bandung yang sudah berpengalaman, seperti Aprilia Melisa (Founder Let’s Go Gelato Indonesia, dan Papyrus Photo), Deri Pribadi Aska (Founder Lokal Lestari dan Tukang Kopi Warkop Sepenuhati), dan Dwi Purnomo (Founder The Local Enablers dan Ketua Komite Ekraf Bandung).

Semua pembicara berbagi kreativitasnya dalam menghadapi tantangan-tantangan bisnis.

Mentalitas, Modal Utama Entrepreneur

Dalam kesempatan ini Aprilia Melisa menerangkan pentingnya mentalitas bagi para entrepreneur. April membagikan pengalamannya merintis Papyrus Photo sejak tahun 2002, dan terciptanya Let’s Go Gelato.

“Menjadi entrepreneur itu tidak membutuhkan kapital sebesar-besarnya. Tapi harus memiliki mentalitas yang sekuat-kuatnya. Jadi kapital yang ada bisa dimaksimalkan untuk kemajuan usaha,” terang April.

Selanjutnya, April menjelaskan tentang banyaknya risiko yang terdapat dalam bisnis. Baginya, semua tindakan dan keputusan memiliki risiko. Tetapi pada akhirnya seorang entrepreneur pasti bisa melewatinya tanpa mengambil banyak risiko.

“Ada entrepreneur yang punya banyak modal tapi mentalnya terbatas, mereka akan sulit berkembang. Malah yang sebaliknya punya kesempatan berkembang sangat luas. Intinya entrepreneur harus mau melihat market, coba menjawab kebutuhan market, dan tidak takut mengambil keputusan karena sudah punya perhitungan risiko,” katanya.

Entrepreneur Berangkat dari Kebermanfaatan

Sementara itu, Deri Pribadi Aska berbagi soal pentingnya kebermanfaatan bisnis seorang entrepreneur. Idealisme yang dipegang Deri sebagai entrepreneur memberi warna pada bisnis kopi yang dijalankannya.

“Saya selalu mengutamakan tiga hal, people, planet, profit. Semuanya harus kebagian manfaatnya. Prinsip ini yang selalu saya bawa pas bikin usaha,” jelas Deri.

Sebelum menjalankan Warung Kopi Sepenuhati, Deri mencoba berbagai bisnis selama 15 tahun. Selama itulah ia belajar bahwa berbisnis bukan hanya urusan untung rugi, tetapi juga kebermanfaatan. Untuk aspek people, Deri menerapkan warung kopinya sebagai tempat menyeduh dan tempat belajar meracik kopi.

“Kalau aspek planet, jangan sampai bisnis kita menambah masalah yang ada di bumi. Apa lagi kopi ini wastenya banyak. Jangan sampai masalah sampah makin parah dengan adanya warung kopi saya,” katanya.

Untuk itu, Deri banyak melakukan perubahan untuk mengurangi dampak waste dari industri kopi. Misalnya, menggunakan botol kaca untuk take away dan tidak menyediakan sedotan plastik.

Entrepreneur untuk Semua Orang



Terakhir, Dwi Purnomo menegaskan bahwa entrepreneurship bukanlah sebuah profesi, melainkan karakter. Karakter entrepreneurship mesti memiliki insting untuk memberikan solusi dengan cara yang kreatif.

“Entrepreneurship sering disalah artikan dengan pebisnis. Tidak semua orang harus jadi pebisnis. Tapi semua orang mesti mempunyai jiwa entrepreneurship. Harus bisa memberikan solusi,” ungkap Dwi.

Tetapi hal itu bukan berarti entrepreneurship ini sebuah karakter yang terlalu serius dan berfokus kepada pemecahan masalah dengan solusi yang kreatif. Untuk memiliki jiwa entrepreneurship diperlukan banyak cara kreatif dan ekploratif dalam menemukan solusi.

Semua hasil dari pertemuan Bandung Idea Connect ini kemudian akan dijadikan rekomendasi untuk penerapan kebijakan di Kota Bandung. Khususnya untuk pelaku ekonomi kreatif dan berbagai sektor yang sudah dibahas dalam acara ini.