SOKOGURU - Pada suatu malam, Dita, seorang ibu rumah tangga di Bekasi, menyulap dapur mungilnya menjadi "studio mini".
Dengan satu ponsel dan tripod bekas, ia mulai merekam reaksinya terhadap video-video TikTok viral.
Sementara itu, Rafi, seorang mahasiswa jurusan teknik di Bandung, sibuk mencari pinjaman kamera demi memulai karier sebagai konten kreator.
Bedanya? Dita tak perlu dua kamera atau komputer canggih. Hanya satu HP, dan hasilnya: video VOD yang bisa dimonetisasi.
Hanya dengan satu HP pun sudah cukup
Video VOD alias video on demand menjadi primadona baru bagi kreator konten, terutama mereka yang bermain di konten reaksi (reaction video).
Banyak yang mengira membuat video ini membutuhkan perangkat mahal, padahal, hanya dengan satu HP pun sudah cukup untuk menghasilkan cuan.
Lalu, bagaimana caranya membuat video VOD hanya bermodalkan satu ponsel?
Mengapa konten ini bisa menghasilkan uang lebih besar daripada video reels biasa? Simak ulasan lengkapnya.
Video VOD yang dimaksud merupakan video berdurasi lebih dari satu menit, dan bisa diunggah di platform seperti Facebook Pro.
Keuntungan membuat video VOD dibandingkan reels
Video ini berisi reaksi atau komentar terhadap konten lain, seperti video TikTok, yang digabung dan direkam ulang menggunakan fitur duet.
Salah satu keuntungan membuat video VOD dibandingkan reels adalah potensi pendapatan iklan yang lebih besar.
Semakin panjang durasi video, semakin banyak pula iklan yang bisa ditampilkan, dari awal hingga akhir tayangan.
Biasanya, kreator membuat video ini menggunakan dua ponsel—satu untuk menonton, satu untuk merekam.
Namun kini, cukup dengan satu HP, video berkualitas tetap bisa dihasilkan. Triknya? Menggunakan fitur duet di TikTok dan mengedit ulang menggunakan aplikasi seperti CapCut.
Kreator disarankan menggunakan mikrofon kabel atau clip-on
Pertama, kreator cukup membuka TikTok, mencari video berdurasi satu menit ke atas, lalu pilih opsi "duet".
Di sini, mereka bisa mulai merekam reaksi secara langsung, dengan wajah mereka muncul di samping video utama.
Agar hasil rekaman lebih maksimal, kreator disarankan menggunakan mikrofon kabel atau clip-on sederhana.
Penggunaan tripod juga membantu menstabilkan posisi kamera dan menjaga konsistensi angle pengambilan gambar.
Setelah merekam, video bisa disimpan dan diedit di aplikasi CapCut. Di sana, kreator dapat menambahkan subtitle otomatis, stiker “follow”, dan menyesuaikan rasio video menjadi 1:1 agar tampil optimal di Facebook Pro.
Sehari ia bisa membuat tiga hingga lima video
Sebelum diunggah, penting memastikan video tidak mengandung musik berhak cipta, agar tidak terkena pelanggaran.
Kreator juga bisa mengatur suara utama (voice-over) mereka agar terdengar lebih jelas dibanding suara video reaksi.
Tempat mengunggah video VOD ini bukan di reels Facebook, tetapi di feed utama Facebook Pro.
Dengan begitu, sistem monetisasi akan membaca video tersebut sebagai konten panjang dan menempatkan iklan lebih banyak di dalamnya.
Menurut Dita, dalam sehari ia bisa membuat tiga hingga lima video reaksi hanya dari satu HP.
“Awalnya coba-coba, ternyata bisa dapat penghasilan lumayan dari iklan Facebook,” katanya.
Memahami algoritma platform sosial media
Fenomena ini menunjukkan bahwa siapa pun bisa jadi kreator tanpa perlu modal besar.
Kuncinya hanya konsistensi, kreativitas, dan memahami algoritma platform sosial media yang digunakan.
Facebook Pro menjadi ladang baru para kreator lokal untuk meraih penghasilan tambahan.
Tak hanya ibu rumah tangga atau mahasiswa, siapa pun bisa memulai dengan alat sederhana.
Dengan hanya satu ponsel, sebuah konten bisa menjangkau ribuan orang dan mendatangkan penghasilan.
Dunia digital memang membuka peluang luas bagi siapa pun yang mau mencoba. (*)