SokoKreatif

Pengembangan Ekosistem Ekraf Dorong Cetak Lapangan Kerja Baru di Jabar

Kegiatan ini fokus pada peningkatan kualitas dan kapasitas ekonomi kreatif untuk menanggulangi pengangguran mendorong terciptanya ekosistem yang kondusif bagi para pelaku ekonomi kreatif. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
19 Juni 2024
Kegiatan Workshop Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif 2024 di Green Forest by Horison, Bandung, Rabu (19/6).

JAWA BARAT (Jabar) menyumbang industri kreatif sebesar 27 persen dari angka nasional.

 

Workshop Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif 2024 bertujuan untuk membangun ekosistem, yang dapat mencipta lapangan kerja. 

 

Mengingat Jabar per hari ini  telah kehilangan sebanyak 14.000 pekerjaan dan sangat berdampak bagi masyarakat. 

 

Baca juga: Menparekraf Dorong Inovasi dan Kolaborasi Ekonomi Kreatif di Denpasar

 

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jabar Benny Bachtiar dalam Workshop Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif 2024 di Green Forest by Horison, Bandung, Rabu (19/6).


 

Workshop diselenggarakan berkat kolaborasi antara Disparbud Jabar dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf).

 

Workshop ini dilaksanakan selama dua hari pada 19-20 Juni 2024 sebagai upaya untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif (ekraf) di Jabar. 

 

 

Kegiatan ini dihadiri oleh 70 perwakilan ekonomi kreatif dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat.

 

Agenda workshop ini telah dilaksanakan sejak tahun 2020 dan terus berlanjut setiap tahunnya dengan tujuan mendukung penyelarasan dan pemerataan pembangunan ekosistem ekonomi kreatif tiap daerah. 

 

Khususnya di Jawa Barat, posisi ekonomi kreatif adalah bagian penting pembangunan ekonomi daerah. 

 

Kegiatan ini fokus pada peningkatan kualitas dan kapasitas ekonomi kreatif untuk menanggulangi pengangguran serta mendorong terciptanya ekosistem yang kondusif bagi para pelaku ekonomi kreatif. 

 

"Diperlukan sebuah workshop, makanya perlu kolaborasi pemerintah pusat dan masyarakat agar inisiatif ini dapat berjalan,” kata Benny. 

 

“Kita ingin industri kreatif menjadi daya tarik utama wisatawan mancanegara yang hadir di Indonesia, khususnya di Jawa Barat," ujar Benny. 

 

 

Ia menambahkan bahwa keberhasilan dari pembangunan ekosistem ekonomi kreatif ini diperlukan adanya pembangunan jejaring yang luas dan kolaborasi yang melibatkan pemangku kepentingan, pelaku ekonomi kreatif, dan stakeholder lainnya. 

 

"Kita harus adaptif dan inovatif dalam kegiatan ekonomi kreatif untuk tetap relevan dan berdaya saing,” terangnya. 

 

“Kita berkolaborasi, bekerja sama, gotong royong untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang kuat di Jawa Barat," tambah Benny.

 

Yanuar Arief, mewakili Direktur Kriya dan Fesyen Kemenparekraf, memberikan apresiasi kepada Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar atas terselenggaranya acara ini. 

 

"Ekonomi kreatif memiliki peran penting di Indonesia, menjadi yang terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Dengan lebih dari 700 bahasa dan lebih dari 1.000 etnis, Indonesia memiliki modal kreatif yang luar biasa," ungkapnya.

 

Menurut Yanuar, Kemenparekraf menyadari bahwa pelaku usaha membutuhkan dukungan untuk mengembangkan potensi mereka. 

 

"Kita perlu hexahelix atau pentahelix yang bisa dikolaborasikan oleh para pelaku ekonomi kreatif. Tahun ini, Kemenparekraf telah melakukan kolaborasi di 34 provinsi dengan melibatkan 1.700 orang," jelasnya.

 

Sebagai Agenda Penggalian Potensi 


 

"Lokomotif ekonomi Jawa Barat, ialah pariwisata. Harapan kami, kita saling menguatkan destinasi wisata dengan berkolaborasi menciptakan ekosistem industri kreatif yang baik,” jelasnya.

 

 “Sehingga produk seperti kuliner, kriya, seni, dan lainnya bisa ikut berkembang," kata Benny.

 

Agenda ini merupakan wadah bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk menggali potensi dan menemukan solusi atas permasalahan yang ada. 

 

Workshop ini pun didesain dalam format diskusi dua arah untuk menemukan langkah solutif untuk membangunekosistem ekonomi kreatif.

 

"Kalau kita ingin sukses, jejaring dan attitude adalah kuncinya. Kita juga harus adaptif terhadap teknologi. Sekarang, semuanya bisa dilakukan di balik layar tanpa perlu gerai fisik," pungkasnhya. (Fajar Ramadan/SG-2)