SokoBisnis

Di Tengah Dinamika Global, Menkeu Purbaya Sebut Ekonomi Indonesia Tetap Resilien

Stabilitas inflasi menjadi faktor kunci penopang daya beli masyarakat. Hingga Agustus 2025, inflasi tercatat 2,31%, level ideal dalam konsensus global 1%-3%.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
22 September 2025
<p>Menkeu Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta pada Senin, 22 September 2025. (Dok. Kemenkeu)</p>

Menkeu Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta pada Senin, 22 September 2025. (Dok. Kemenkeu)

 

SOKOGURU, JAKARTA- Perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah gejolak global. Prospek ekonomi nasional semakin positif didukung oleh pertumbuhan yang solid, inflasi stabil, dan perbaikan kinerja ekspor di tengah tren penurunan suku bunga global.

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Senin, 22 September 2025.

“Kinerja ekonomi berbagai negara masih resilien hingga tahun 2025, meskipun Amerika Serikat  pada periode yang bersamaan menerapkan tarif resiprokal tinggi. Indonesia menjadi bagian dari kelompok negara yang resilien,” katanya, seperti dikutip Keterangan resmi Kemenkeu.

Baca juga: Yuk! Berburu Diskon di Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025, Perkuat UMKM dan Pertumbuhan Ekonomi

Menkeu Purbaya mengatakan International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas proyeksi perekonomian global yang mencerminkan optimisme mulai menguat. 

Indonesia, sambungnya, termasuk negara yang mengalami revisi ke atas dengan pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksikan naik menjadi 4,8% dari sebelumnya 4,7%. Pemerintah optimistis realisasi bisa melampaui proyeksi tersebut.

“Saya pikir kita akan lebih dari situ ya. Bahkan tahun ini pun akan di atas 4,8%,” ujar Menkeu. 

Baca juga: Wirausaha Muda Bali Punya Modal Kuat untuk Jadi Besar, Beri Dampak pada Pertumbuhan Ekonomi

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% pada triwulan II-2025. Pertumbuhan tersebut didorong konsumsi rumah tangga yang meningkat 5%, serta investasi yang tumbuh 6,99%. 

Sektor manufaktur sebagai kontributor ekonomi terbesar kembali menguat dengan pertumbuhan mencapai 5,68% p, tertinggi sejak tahun 2022. 

“Jadi manufaktur kita di Q2 sudah mulai recover. Mungkin Q3 agak melambat sedikit, tapi Q4 pasti akan tumbuh lebih cepat lagi melalui dengan perbaikan ekonomi dan perbaikan demand karena supply uang ditambah di sistem perekonomian,” imbuhnya. 

Baca juga: Ini Langkah Pemerintah Jaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global
Di sisi lain, lanjut Menteri Purbaya lagi, kinerja ekspor Indonesia menunjukkan perkembangan menggembirakan. Berdasarkan data Bea Cukai hingga Agustus 2025, ekspor tumbuh 7,8% secara tahunan, terutama didorong sektor industri pengolahan dan hilirisasi mineral seperti nikel dan tembaga. 

Neraca perdagangan kumulatif Januari hingga Agustus 2025 bahkan melonjak 52,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut mencerminkan daya saing ekspor yang semakin kuat meskipun diwarnai dinamika tarif perdagangan global.

“Ini pertumbuhan yang amat spektakuler. Walaupun orang bilang karena mau ada tarif, mereka ini duluan front loading, tapi kalau saya lihat tetap aja tumbuh,” ungkap Menkeu. 

Stabilitas inflasi 

Sementara itu, stabilitas inflasi menjadi faktor kunci yang menopang daya beli masyarakat. Hingga Agustus 2025, inflasi tercatat 2,31% (year on year/yoy), level yang dinilai ideal dalam konsensus global 1% hingga 3%.

Menkeu menilai capaian tersebut lebih sehat dibanding beberapa negara kawasan, seperti Singapura 0,6 persen atau Malaysia 1,2 persen, yang mencerminkan lemahnya permintaan domestik di negara-negara tersebut. 

“Inflasi yang bagus itu bukan nol, bukan juga di atas 10%. Tapi sekarang konsensus ekonomi global antara 1% sampai 3% dan kita sekarang di 2,3%, level yang pas,” tambahnya. 

Lebih lanjut, Menkeu menegaskan, sinergi kebijakan fiskal dan moneter akan terus diperkuat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia sebelumnya telah menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin guna memperlonggar likuiditas perbankan dan mendorong pembiayaan produktif. 

“Sekarang semuanya sudah kita set agar ekonomi bergerak lebih cepat. Konsumsi dan investasi akan naik karena bunga turun, dan multiplier effect untuk pertumbuhan akan semakin signifikan,” jelas Menkeu.

Dengan kombinasi faktor eksternal yang membaik, inflasi yang stabil, serta permintaan domestik yang kuat, prospek ekonomi Indonesia hingga akhir 2025 dipandang semakin optimistis. 

Pemerintah, ujar Menkeu, meyakini momentum itu dapat menjadi landasan menuju pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan dalam beberapa tahun ke depan. (SG-1)