SOKGURU - Di tengah hiruk-pikuk pasar tradisional, sebuah kios sederhana bernama “Kedai Lado Elly/Keju” menjadi pusat perhatian.
Dari kejauhan, warna-warni bumbu giling yang tertata rapi di baskom besar sudah menggoda mata.
Merah menyala dari cabai giling, hijau segar dari sambal ijo, hingga kuning keemasan dari bumbu kunyit berpadu menciptakan panorama rasa yang khas pasar Indonesia.
Seorang perempuan berhijab dengan celemek cokelat muda tampak cekatan melayani pembeli.
Tangannya lincah menakar bumbu, sementara senyumnya tetap terjaga meski suasana pasar riuh oleh suara tawar-menawar.
Di sampingnya, seorang pria dengan kaos hitam bertuliskan Greentight dan topi merah sesekali ikut membantu menjaga lapak.
Aroma rempah tercium kuat dari meja dagangan yang penuh dengan bawang merah, bawang putih, serai, dan daun jeruk yang diikat rapi.
Tak ketinggalan, kantong-kantong besar berisi kerupuk kering serta jajanan tradisional menggantung di bagian atas kios, menambah kesan meriah.
Bagi sebagian orang, kedai ini bukan sekadar tempat membeli bumbu. Ia adalah bagian dari denyut kehidupan pasar, tempat di mana rasa, aroma, dan cerita bercampur jadi satu.
Dari balik baskom-baskom besar berisi bumbu, tersimpan kisah perjuangan pedagang kecil yang menjaga cita rasa kuliner nusantara tetap hidup di tengah gempuran modernisasi.
Pentinya Program Daya
Potret aktivitas di pasar tradisional seperti Kedai Lado Elly/Keju adalah wajah nyata dari semangat wirausaha masyarakat Indonesia.
Para pedagang kecil ini bukan sekadar penjual bumbu, tetapi juga bagian dari denyut ekonomi rakyat.
Dari kios sederhana mereka, banyak keluarga menggantungkan harapan, mulai dari biaya pendidikan anak, kebutuhan sehari-hari, hingga menjaga tradisi kuliner nusantara tetap lestari.
Namun, di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0, pelaku usaha mikro di pasar tradisional menghadapi tantangan besar.
Mereka dituntut untuk mampu beradaptasi dengan cara-cara baru, mulai dari pemasaran digital, pencatatan keuangan berbasis aplikasi, hingga menjaga kualitas produk agar tetap bersaing dengan industri modern.
Sektor wirausaha memang memegang peranan penting dalam menyokong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kehadiran mereka membantu menciptakan lapangan kerja baru, menambah nilai pada produk lokal, sekaligus mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Baca Juga:
Tetapi tanpa peningkatan kapasitas, para pedagang pasar bisa tertinggal dalam arus perubahan zaman.
Melihat kondisi ini, Bank SMBC Indonesia hadir untuk memberi dukungan melalui program Daya.
Program ini tidak hanya mendorong tumbuhnya wirausaha baru, tetapi juga meningkatkan keterampilan manajemen dan literasi bisnis bagi pelaku usaha mikro hingga menengah.
Dengan kurikulum terarah, para pedagang bisa belajar bagaimana mengelola usaha lebih profesional, baik melalui seminar offline maupun materi pembelajaran online di www.daya.id.
Lebih jauh, upaya ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), mulai dari pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, hingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan demikian, lapak bumbu di pasar tradisional bukan hanya sekadar tempat jual-beli, melainkan simbol bahwa UMKM dapat menjadi tulang punggung ekonomi nasional—asal mendapat dukungan, akses pengetahuan, dan kesempatan untuk tumbuh bersama zaman. (*)