sokoguru.id - Para seniman dan pegiat stiker berkumpul dalam tajuk “Stiker Punya Skena” di Ethouse Artspace, The Hallway Space, Bandung. Bukan hanya datang dari Bandung, tetapi datang juga dari Jawa Tengah. Dalam acara ini dibahas terkait seni jalanan (street art) dan dampaknya kepada komunitas.
“Para seniman stiker memerlukan ruang ini saling berinteraksi, bertukar pikiran, sekaligus menggali lebih dalam tentang pesan dan makna di balik stiker-stiker yang mereka temui di kota. Acara ini juga ingin mengapresiasi kontribusi para seniman dalam menghidupkan skena seni jalanan dan menginspirasi masyarakat melalui seni stiker.” Tutur Muhamad Erwin Ramadhan, seniman yang juga pemilik Ethouse.
Para seniman stiker berbagi cerita, pandangan, dan pemikiran tentang seni jalanan melalui stiker. Acara ini juga diisi dengan pameran karya stiker dari berbagai seniman yang berpartisipasi. Selain Erwin, beberapa seniman yang turut bicara dalam acara ini antara lain; Kury Yusuf, Algi Guttur dan Putut Pramudiko.
“stiker menjadi medium yang unik dalam berbagi cerita dan menyampaikan makna mendalam secara singkat dan langsung. Stiker juga punya skena-nya sendiri, berdampak bukan hanya kepada dunia kesenian, tetapi juga dunia bisnis sampai Gerakan sosial. Jadi Stiker adalah kalcer, dan harus saling terhubung” Tutur Kury Yusuf, pegiat stiker asal Magelang, Jawa Tengah.
Stiker Bukan Hanya Hiasan, Stiker Adalah Pesan Kepada Dunia
Skena, kata yang sering kita baca dan dengar akhir-akhir ini di dunia internet. Kata itu berkaitan dengan musik dan lingkungannya, tapi bukan hanya musik yang punya skena, stikerpun punya. Para pegiat stiker ini membagikan ceritanya, peluang dan sepak terjang karya-karya mereka.
Muhamad Erwin Ramadhan membangun Ethouse Art Space Salah satu tempat yang menjadi sarang bagi seniman stiker dan seni jalanan di Kota Bandung. Melalui Ethouse, Muhamad Erwin Ramadhan mendorong pertumbuhan skena seni jalanan dan memberikan wadah bagi para seniman untuk mengekspresikan diri dan berkarya. Nama panggungnya “Merxdar” bukan saja menghiasi jalanan kota Bandung, tetapi juga sudah berkolaborasi dengan berbagai jenama lokal untuk menambahkan nilainya.
Satu lagi pembicara adalah Kury Yusuf, pria asal Magelang, Jawa Tengah ini membawa label Propagandasmu di semangat kesenian stikernya. “Stiker adalah parts of art dia jadi penyampai pesan sosial, ide yang menyasar khalayak umum. Namun, penempatannya harus diperhatikan agar tidak mengganggu estetika kota. Terlebih di tempat sakral atau beberapa tempat tertentu. Tuturnya.
Satu lagi Putut Pramudiko, seorang seniman street art yang terkenal dengan stiker berpesan "Buat Kamu?" di sudut-sudut jalan kota Bandung. Dalam penuturannya, inspirasi stiker bukan hanya berasal dari kajian yang rumit, tetapi bisa sesederhana cerita personal yang bisa relate dengan orang lain.
Stiker “Buat Kamu?” sejatinya adalah pesan cinta Putut Pramudiko di dunia perkuliahan. Namun respons masyarakat seni di Bandung menghargai karyanya jauh lebih daripada itu. Stiker ini menjadi medium pesan cinta dan harapan bagi siapa pun yang melihatnya. Bagi Putut, seni jalanan adalah terapi pribadi dan stiker "Buat Kamu" menjadi identitas karya yang mewakili perasaan dan emosinya.
Stiker, Identitas Pengguna dan Peluang Bagi UMKM
Stiker adalah simbol bagi siapa yang memilikinya. Dari mulai logo organisasi, logo band, media promosi perusahaan, sampai ekspresi diri seperti yang dibuat Putut pun hadir. Simbol-simbol ini melekat bagi setiap orang yang mengaplikasikannya.
“Kita lihat ada stiker organisasi yang mengharuskan orang jadi anggota, ataupun jadi kerabat untuk mendapatkannya. Juga ada stiker yang menandakan pencapaian seperti ketinggian gunung yang pernah didaki ataupun semacamnya” tutur Putut.
Karena stiker adalah simbol yang melekat menjadi identitas pemakaiannya, maka stiker brand juga tidak lepas dari peluang ini. Berbagai jenama menggunakan stiker sebagai media promosinya.
“Kita tahu ada kawan kita menggunakan stiker brand tertentu, mulai di helm motor, sampai di kaca rumah sampai di kaca belakang mobil. Mereka menandakan identitas jenama atas stiker tersebut, ataupun langsung ke layanannya. Kita tak jarang melihat iklan-iklan sliweran di tiang listrik ataupun di fasilitas publik. Itu cara yang efektif, tetapi lebih bagus kalau kita perhatikan etikanya.” Tutur Trio Muharram menyimpulkan pertanyaan terkait Bagaimana peluang stiker bagi jenama lokal, khususnya UMKM?
Bersambung dengan apa yang disampaikan Kury Yusuf di atas, Jenama (brand) lokal tentu bisa memanfaatkan ruang publik sebagai ruang stiker, tetapi jauh lebih mantap jika apa yang disampaikan stiker tersebut menyuarakan permasalahan publik, bukan hanya nama dan layanan jenama saja, karena jika demikian maka stiker-stiker hanya akan menjadi iklan illegal.
“Pernah beberapa kali berkolaborasi dengan brand, dan stiker adalah salah satu jalannya. Dengan kita saling terhubung sebagai seniman stiker, banyak peluang yang bisa dieksekusi, banyak pendokumentasian yang bisa dilakukan, dan Gerakan stiker yang lebih berdampak” tutup Muhamad Erwin Ramadhan.