Soko Kreatif

Jatuh Bangun Industri Keramik Kiaracondong

Industri keramik Kiaracondong kini harus kehilangan banyak rumah produksi karena berbagai permaslahan yang dihadapi. Salah satunya datang dari cerita Iwan Sofyan yang sejak lama menjadi pengrajin keramik di sentra tersebut.

By Sokoguru  | Salsabilla Ramadhanty  | Sokoguru.Id
30 Agustus 2022
Berbagai Macam Jenis Keramik di Galeri Iwan Sofyan

Sokoguru.id - Kota Bandung terkenal sekali dengan wisata dan berbagai macam kulinernya. Hal tersebut karena kreativitas warganya yang tak pernah surut. Salah satu yang menjadi daya tarik, adalah kota Bandung memiliki banyak sekali sentra UMKM yang tersohor.


Salah satunya adalah sentra keramik yang berada di jalan Kiaracondong dekat dengan stasiun kereta api. Industri keramik ini sudah berdiri sejak tahun 1960 silam. Ada sebanyak 30 rumah produksi yang membuat berbagai macam keramik di sana.


Pihak Sokoguru.id, mengunjungi salah satu rumah produksi yang masih berjualan keramik. Pemiliknya bernama Iwan Sofyan. Ia menggeluti produksi keramik sejak industri ini didirikan di Kiaracondong. Rumah produksi keramik miliknya sendiri, bahkan kini sudah berada di tangan generasi ke tiga dan tetap aktif memproduksi keramik seacara turun temurun.


Ia menjelaskan kepada kami, jika hingga hari ini rumah produksi keramik di kawasan tersebut sudah menyusut hingga 90%, dan hanya menyisakan 3 rumah produksi yang tetap aktif membuat keramik.


"Dahulu kan ada 30 rumah produksi. Sekarang cuman ada 3 rumah produksi," jelas Iwan. Ia menambahkan, alasan industri keramik di Kiaracondong mengalami penurunan karena tidak adanya afirmasi lebih lanjut oleh pemerintah setempat.


Alhasil, industri keramik yang dahulu tersohor, kini harus setengah mati mempertahankan citra dan eksistensinya dari berbagai modernitas produk rumah tangga. Karena sudah banyak sekali produk rumah tangga yang teralihkan oleh barang-barang bermaterial plastik.


"Dulu kan makannya ada sentra keramik itu, karena kebanyakan perabot dapur macam-macam kaya gitu, dibuat dari keramik. Tapi semenjak ada plastik, kan orang lebih memilih pake itu," sambung Iwan.


Tak dapat dipungkiri, jika penggunaan plastik di berbagai sendi kehidupan, mempengaruhi produksi keramik di Kiaracondong. Dari mulai perabot dapur, hingga perabot interior, hampir digantikan oleh barang-barang bermaterial plastik dan kayu.


Segmentasi pasar untuk keramik pun, akhirnya berubah. Awalnya, segementasi pasar keramik tidak memiliki batasan serta condong kepada konsumen ibu rumah tangga. Namun, segmentasi pasar tersebut berubah menjadi lebih sempit hari ini.


"Awalnya kan yang beli itu kaya ibu-ibu, misalnya beli piring, gerabah, atau guci buat hiasan sekarang kan diganti jadi plastik. Makannya yang beli juga sekarang mah sudah khusus yang suka seni. Karena orang menilai keramik itu sudah sebagai barang bernilai seni tinggi," papar Iwan.

Iwan Sofyan di Galeri Keramik Miliknya

Ia melanjutkan, banyak pembeli yang memandang ahli fungsi keramik dengan berbeda. Dari mulai fungsi keramik sebagai barang siap pakai, menjadi barang antik bernilai seni. Sehingga fungsi keramik menjadi lebih sempit hanya sebagai hiasan dan apresiasi seni saja.


"Keramik saya juga tahun lalu sempat dibeli sama orang dari Belanda. Tapi kan itu yang melihat keramik sebagai barang seni," katanya.


Bahkan, dirinya sempat mengekspor keramik produksinya ke berbagai negara. Seperti Amerika, Swiss, Belgia, Belanda hingga Perancis. Namun, karena peralihan preferensi konsumen ditambah dengan adanya pandemi, usaha keramiknya sepi pembeli.


Walau demikian, Iwan mengaku tetap memproduksi keramik. Sebelumnya, ia sempat menjual vas keramik di kawasan pasar bunga Bandung, dan bahkan menjualnya melalui instagram pribadi miliknya.


Pendapatannya dari memproduksi keramik mengalami pasang surut. Bahkan ia mengaku sempat tak memiliki pembeli dalam waktu sebulan. Permasalahan terkait itu, salah satunya karena tak ada pihak yang mampu memfasilitasi industri keramik ini.


Rumah produksi Iwan, kini hanya memiliki 10 pegawai. Biasanya ia mempekerjakan 12-20 pegawai. Namun, kini ia harus mengurangi pegawai dikarenakan ketidakseimbangan produksi dan pendapatan yang ia terima.

Galeri Keamik Iwan Sofyan

"Banyak yang kesini dari pemerintah juga. Tapi setelah itu gak ada kelanjutan lagi. Apakah dikasih fasilitas atau apa. Minimal kan setelah pemerintah kesini kan harusnya sentra keramik ada di catatan kecamatan," keluh nya.


Baginya, pihak pemerintah belum sama sekali memberikan fasilitas untuk industri keramik seperti di Kiaracondong. Ia berharap, jika pemerintah mampu mendorong kembali produksi keramik dengan promosi dan fasilitas yang memadai untuk para pengrajinnya.


Hingga kini, sentra keramik Kiaracondong masih bertahan dan berdiri dengan ciri khas dan keunikannya. Dengan semangat serta kreativitas pengrajinnya, sentra industri keramik di Bandung diharapkan mampu mempertahankan keunggulannya dibawah tekanan zaman dan modernitas.