sokoguru.id—Ada banyak hal yang bisa dikenang dari Ijen. Dataran tinggi di wilayah Jawa Timur itu memiliki keindahan alam yang tak tergantikan. Tambang belerang, kawah yang tenang, dan api biru abadi suguhan alam Ijen yang biasa memukau pelancong.
Namun salah satu hal yang membuat Ijen harum adalah kopi arabikanya. Kopi arabika Ijen sudah lama terdengar di industri kopi Indonesia. Namanya sering disebutkan beriringan dengan kopi Gayo, Mandailing, dan Java Preanger.
Salah satu penghasil kopi terbaik dari Ijen adalah Pengolah Kopi Ijen Lestari (Ijen Lestari). Sang Founder, Dandy Dharmawan merupakan warga asli Ijen yang menyadari potensi kopi arabika yang melimpah di kampung halamannya.
“Awalnya saya tertarik ke kopi itu pas kuliah di Bogor. Ada cafe namanya Malabar Mountain. Itu kopinya cuma dari gunung Malabar, tapi diproses beda rasanya bisa beda-beda. Saya takjub saat itu, dan ingat di kampung halaman juga banyak kopi arabika. Jadi kenapa saya ga coba terapin aja?” kisah Dandy.
Pulang Ke Kampung Halaman
Setelah menyelesaikan studi di Bogor, Dandy kembali ke kampung halamannya untuk melihat kondisi kopi di lapangan. Ia menemukan bahwa kopi arabika yang ditanam oleh para petani belum mencapai potensi terbaiknya, baik dari segi pertanian maupun pengolahan.
“Kebanyakan petani kopi belum tahu cara pengolahan kopi yang baik. Ada yang salah dari pemetikannya, pengupasannya, fermentasinya, penjemurannya, macem-macem,” terang Dandy.
Melihat tantangan seperti itu di lapangan, Dandy tidak mengurungkan sedikit pun niatnya untuk terjun di industri kopi. Ia paham betul, jika kopi diolah dengan baik, maka hasil akhirnya akan baik pula. Akhirnya Dandy meluangkan waktunya untuk menyosialisasikan teknik pengolahan kopi yang baik kepada para petani.
Membentuk Ijen Lestari, Menjaga Kualitas Kopi
Panen musim pertama Ijen Lestari dimulai pada tahun 2015. Dandy belum sepenuhnya mengolah kopi sendiri. Berbekal kepercayaan kepada mitra petani, Dandy mengumpulkan green bean olahan para petani untuk dijual kembali.
“Sebelumnya kan saya sudah sosialisasi teknik pengolahan ke petani. Jadi dua musim pertama Ijen Lestari tidak begitu banyak mengolah kopi sendiri. Tapi mengambil green bean hasil olahan para petani. Pelan-pelan kelihatan kalau olahan petani sudah semakin bagus,” jelas Dandy.
Dengan menyosialisasikan teknik pengolahan kopi kepada petani, sesungguhnya Dandy ingin menunjukkan bahwa dengan mengolah kopi sendiri, petani dapat menambah nilai ekonomi dari kopi. Biasanya para petani menjual kopi dalam bentuk ceri atau gabah, kepada pabrik besar yang menjual kopi sachet komersial.
“Dampaknya terasa langsung untuk para petani yang awalnya jual ceri atau gabah, sekarang jual green bean. Tapi sistem ini pun masih ada kendalanya. Karena Ijen Lestari dapat kiriman dari banyak petani, konsistensi kualitas kopinya yang sulit dijaga,” terang Dandy.
Di panen musim ketiga Ijen Lestari, Dandy sudah mulai berfokus untuk memproduksi kopi sendiri. Ia membeli ceri kepada para petani dan mengolahnya dengan tekniknya sendiri. Proses-proses kopi baru yang Dandy terapkan mampu membawa Ijen Lestari ke pasar nasional dan bertahan hingga panen musim ketujuh (2022).
Bahkan dalam kontes kopi Internasional, Cup of Excellence Indonesia 2021, Ijen Lestari meraih peringkat keempat kopi terbaik. Kopi yang dilombakan adalah kopi Ijen dengan proses Carbonic Maceration Natural, yang berhasil meraih poin 88.75. Kopi terbaik keempat di Indonesia itu berhasil ditebus oleh Supremo Coffee dengan total lelang $27,860.80.
Penciptaan Sistem Pre-Order, Sistem Baru Jual Beli Kopi
Dengan mengolah kopi sendiri, Ijen Lestari telah menunjukkan kepada dunia bahwa kopi Indonesia memiliki kualitas yang baik. Dandy menjaga reputasi itu dengan terus mengolah kopi sendiri, dan tidak mengambil barang dari orang lain untuk dijual.
Di Indonesia sendiri banyak sekali pedagang kopi yang biasa menjual kopi hasil olahan orang lain. Hal itu wajar terjadi karena kebanyakan pengolah tidak memiliki sistem yang cukup baik untuk menyiasati siklus industri kopi.
Biasanya para pengolah mengandalkan modal yang tersisa dari panen sebelumnya. Kemudian mereka mengolah kopi dengan berbagai proses dan urusan penjualan belakangan. Dandy melihat adanya ketidakpastian supply and demand dalam sistem bisnis kopi yang seperti ini.
“Kalau kualitas kopinya sudah konsisten kita bisa buka pre-order sebelum masa panen. Jadi kita bisa mengukur kebutuhan pasar kopi Ijen ini seberapa banyak. Kita juga sudah bisa mengukur tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah kopi,” ungkap Dandy.
Sistem pre-order yang dilakukan Dandy bersama Ijen Lestari ini merupakan yang pertama dalam industri kopi. Risiko yang ditimbulkan pun dapat diminimalisir dengan sistem pre-order kopi. Modal yang ada bisa dimaksimalkan, serta ada suntikan dana dari para pemesan kopi.
“Dengan sistem ini Ijen Lestari produksi 17 ton green bean
dan habis di bulan Agustus. Di bulan April kita mulai open pre-order, dapet
pesanan 10.598 kilogram kopi. Kalau pre-order kita jadi lebih pasti kerjanya.
Kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja bisa dibaca dari orderan,” terang Dandy,
“rencananya tahun depan target kita naik di 20-22 ton green bean,” pungkasnya.