SOKOGURU - Siapa sangka, mi dengan harga Rp10 ribuan bisa menghasilkan omzet triliunan rupiah? Mie Gacoan jadi salah satu brand kuliner paling fenomenal di Indonesia.
Konten tentang mereka sering viral di TikTok dan YouTube Shorts, tapi yang menarik, lebih banyak kontroversi dibanding informasi bisnisnya.
Kasus belatung di makanan, antrean ojol yang mengular, hingga isu sertifikasi halal, semuanya lebih gampang ditemukan daripada data keuangan mereka.
Tapi satu hal yang jelas, Mie Gacoan sukses menjadi mi pedas nomor satu di Indonesia meski bukan yang pertama.
Dari 10 Ribu ke Triliunan, Kok Bisa?
Menurut beberapa sumber, cabang Mie Gacoan yang laris bisa mencapai omzet Rp100 juta per hari.
Kalau dikali 30 hari, bisa mencapai Rp3 miliar per bulan. Dengan lebih dari 130 cabang di seluruh Indonesia, potensi pendapatan mereka bisa mencapai triliunan rupiah per tahun.
Meski angka ini masih asumsi kasar dan bisa bervariasi antar cabang, tetap saja ini membuktikan bahwa bisnis makanan murah bisa menghasilkan omzet luar biasa.
Rahasianya? Mari kita telusuri.
Mie Gacoan: Jiplak atau Inovasi?
Beberapa orang menyebut Mie Gacoan sebagai "copycat" dari Mie Kober, brand mi pedas yang sudah ada sejak 2010.
Mie Kober bahkan menggunakan tagline #PeloporBukanPengekor, seolah menyindir kompetitor.
Pendiri Mie Kober, Aris Ardiansyah, memulai bisnisnya dengan mengadopsi mi khas Malang dan memberikan nama unik seperti Mie Iblis, Mie Setan, dan Mie Angel—yang awalnya juga dipakai Mie Gacoan sebelum harus diubah karena sertifikasi halal.
Siapa Sebenarnya di Balik Mie Gacoan?
Mie Gacoan didirikan oleh PT Pesta Pora Abadi pada 2016. Banyak yang salah mengira bahwa pemiliknya adalah Haris Kristanto, seorang HRD di perusahaan tersebut.
Faktanya, pendirinya adalah Anton Kurniawan. Mie Gacoan awalnya bukan seperti yang kita kenal sekarang.
Awalnya, mereka menjual "Mie Nelongso" dan menggunakan brand "Warunk Gacoan" dengan menu utama mi berkuah seperti Mie Gacoan Kare dan Tomyam.
Seiring waktu, mereka bertransformasi menjadi jaringan restoran cepat saji yang menawarkan mi pedas dengan harga murah.
Kenapa Mie Gacoan Lebih Populer dari Mie Kober?
Mie Kober lebih dulu hadir, harganya mirip, bahkan menunya pun serupa. Tapi kenapa Mie Gacoan jauh lebih terkenal? Jawabannya ada pada strategi bisnis mereka.
Branding yang Kuat
Mie Gacoan selalu mengklaim diri sebagai "Mie Pedas No.1 di Indonesia" dan terus memperkuat citra tersebut di berbagai platform, dari website hingga media sosial.
Konsumen akhirnya mempersepsikan mereka sebagai brand mi pedas terbesar, meskipun bukan yang pertama.
Harga Murah, Tapi Menguntungkan
Mereka menggunakan strategi cross-subsidy, di mana produk utama (mi) dijual dengan margin rendah, tetapi keuntungan ditutupi dari penjualan tambahan seperti dimsum dan minuman.
Lokasi Strategis dan Suasana Nyaman
Cabang-cabang Mie Gacoan selalu memiliki tempat luas, parkiran memadai, dan desain modern.
Ini membuat pelanggan betah berlama-lama dan mendorong lebih banyak transaksi.
Operasional Efisien
Mie Gacoan mengoptimalkan sistem antrean dan pelayanan cepat, membuat mereka bisa melayani lebih banyak pelanggan dalam sehari dibanding kompetitor.
Jadi, Apa Rahasia Kesuksesan Mie Gacoan?
Keberhasilan Mie Gacoan bukan hanya soal harga murah, tetapi juga strategi branding yang cerdas, efisiensi operasional, dan pemanfaatan momentum dengan baik.
Mereka tidak perlu jadi yang pertama, yang penting mereka bisa jadi yang terbesar. Apakah strategi ini akan bertahan lama? Itu pertanyaan menarik yang patut kita nantikan jawabannya! (*)
