Bagaimana jadinya kalau stroberi yang baru saja kita gigit tidak membuat kita tersentak karena asamnya, tetapi terkejut karena manisnya? Inilah La Fresa, kebun dan juga tempat wisata stroberi asal Bandung.
Bisnis ini digawangi oleh suami-istri, Julianto dan Julia yang pindah ke Bandung untuk Bertani stroberi. Founder La Fresa ini memulai usahanya di Lembang karena sudah terkenal dengan stroberi, tetapi karena di Kawasan tersebut, Pasir Ipis, Lembang, adalah posisi yang tepat secara perhitungan ilmiah.
“Ketika kita baru mulai usaha, yang pertama dilakukan itu survey. Yang paling penting adalah di mana suhu dan kultur tanah paling tepat untuk stroberi Jepang bisa tumbuh.” Ujar Julia, Founder La Fresa pada Senin (27/3).
Berawal dari 20 Batang Pohon Stroberi
Stroberi Jepang yang termasuk ke dalam jenis stroberi impor dipilih La Fresa karena beberapa faktor. Pertama, ada potensi menawar pasar impor stroberi Indonesia yang mencapai 150 ton dan juga pasar stroberi lokal Indonesia yang lebih dari 5.000 ton.
La Fresa digarap sejak 2011, semula hanya di daerah pasir Ipis ini saja, tetapi kemudian bertambah menjadi 3 tempat, dan juga tempat wisata. Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia stroberi, sempat 2 tahun tanpa untung, kini La Fresa sudah merajai pasar ritel untuk stroberi, bahkan untuk kebutuhan Super Indo, adalah stroberi yang dikembangkan di La Fresa.
Ciri khas Stroberi La Fresa adalah rasanya yang manis dan olahannya yang organik. Tak salah jika La Fresa sudah menyandang title sebagai stroberi organik premium, dengan harga yang juga bersaing.
Bahkan di hari ini, La Fresa sudah bisa membuka lapangan pekerjaan untuk 130 petani di musim kemarau dan 100 petani di musim hujan. Di sisi manajemen, Julia juga Bersama dengan tim yang mengembangkan market dari La Fresa dan desain produk dan campaign yang trendi.
“Kita masih terus coba market, dan sekarang juga di sini (kebun Ps. Ipis) sedang dikembangkan juga Kawasan wisatanya untuk nanti bisa dipakai karyawisata. Di sini lahan kebunnya lebih luas jadi bisa sekalian karyawisata.” Tambah Julia.
Potensi Bisnis Stroberi dan Tetapkan Bisnis Selalu Terdata
La Fresa punya tiga prinsip: kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Ketiga faktor ini tak bisa dicapai tanpa penataan manajemen pertanian yang canggih, dan yang terdata (objektif).
Ketika kita bicara bisnis pertanian, tak jarang pembicaraannya seakan berjarak dengan penelitian. Padahal untuk berdaya, data itu penting. La Fresa telah mempraktekannya langsung sejak awal bisnis 2011 sampai hari ini di tiga lokasi berbeda.
“Kita kembangkan buah luar, jadi bapak (Julianto) selalu mengecek unsur-unsurnya. Seperti airnya, sinar matahari, di setiap petakpun bisa jadi berbeda. Itu dicatat dan diseleksi, sehingga bisa dievaluasi kemudian,” tutur Julia.
Dari pohon-pohon stoberi yang kecil-kecil 12 tahun lalu, professor dari luar negeri didatangkan untuk mengajarkan dan memberi pelatihan sampai standar perkebunan level Asia. Inilah yang membuat kualitasnya terjaga, terdata dan bisa mencakup berbagai wilayah bisnis.
Dengan prinsip-prinsip yang dipegangnya La Fresa terus berkembang, sampai produk-produk lahan stroberi, tempat wisata petik stroberi sampai ke pengembangan varietas stroberi lain, salah satunya adalah stroberi putih premium korea.
Satu ekosistem bisnis yang dibangun La Fresa adalah bukti bahwa pertanian bisa diolah secara scientific, secara kekinian, bergengsi dan menjanjikan.
Hal ini tak lepas dari peran konsultasi bisnis dan permodalan UMKM dari BRI yang approach kepada La Fresa dan membantu konsultasi, pembiayaan sampai penyaluran produk La Fresa. Relationship Manager BRI Cabang Setiabudi, Kiki Rakasiwi yang sudah mendampingi La Fresa menuturkan kebahagiaannya atas kemajuan bisnis stroberi premium ini.
"Dari mulai konsultasi bisnis, ke konsultasi produk, juga dibawa ke beberapa jejaring strategis itu kita kawal terus" tutur Kiki.
Dari tahap UMKM yang masih merangkak sampai hari ini langganan retail, Julia sendiri merasa sangat terbantu akan kehadiran pendampingan bisnisnya oleh BRI.