SEJUMLAH merek mobil ternama memamerkan produk kendaraan listrik di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City Tangerang.
Antusiasme pengunjung terlihat tinggi saat mendengarkan informasi yang disampaikan petugas terkait produk kendaraannya. Namun, dalam diskusi di arena pameran pada Senin (22/7), Kompas memaparkan hasil survei terkait sikap masyarakat terhadap mobil dan sepeda motor listrik.
Hasilnya, 54,9% responden menyatakan tak berminat membeli kendaraan listrik (mobil maupun sepeda motor). Selain itu, terdapat 19,9% responden yang berminat membeli motor listrik, 13,9% berminat membeli motor dan mobil listrik, serta 5,5% berminat membeli mobil listrik.
Baca juga: IONIQ 5 N, Mobil Listrik High-Performance Produksi Lokal Pertama Siap Meluncur
Demikian laporan Kontan yang dikutip situs resmi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Rabu (24/7).
Survei dilaksanakan pada 27 Mei sampai 2 Juni 2024 itu melibatkan 1.200 responden dari 38 provinsi di Indonesia. Responden terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 17 hingga 56 tahun serta mewakili berbagai kelas baik kalangan bawah, menengah, maupun atas.
Peminat sepeda motor listrik tersebar di berbagai daerah seperti Jawa (20,2%), Bali Nusa Tenggara (24,4%), Kalimantan (23%), dan Sulawesi (25 %). Di sisi lain, peminat mobil listrik cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa (6,1%), dan Sumatra (8,1%).
Baca juga: GIIAS 2024: PLN Sediakan Infrastruktur Charging Station Secara Masif
Dari sisi usia, motor listrik banyak diminati oleh responden kelompok usia 17 sampai 24 tahun atau generasi Z, yakni 25,9%. Mobil listrik juga banyak diminati oleh kelompok usia tersebut yakni 8,6%.
Dari segi kelas sosial ekonomi, peminat terbesar motor listrik berasal dari responden kelas atas yakni 22%. Namun, responden kelas menengah bawah juga punya ketertarikan yang tinggi pada motor listrik yakni 21,4%. Adapun peminat mobil listrik masih didominasi oleh responden kelas atas dan kelas menengah atas masing-masing 10% dan 8%.
Survei tersebut juga memperlihatkan 63,5% responden mengaku tidak tahu program subsidi pemerintah untuk mobil dan sepeda motor listrik. Sebanyak 51,3% responden menilai harga kendaraan listrik setelah subsidi masih belum sesuai dengan kemampuan finansial mereka.
Baca juga: GIIAS 2024: Tidak Selalu Beli Mobil, Pengunjung Ingin Tahu Teknologi Masa Depan Otomotif
Meski diklaim lebih ramah lingkungan dan minim biaya perawatan, masih ada sejumlah stigma negatif yang melekat pada kendaraan listrik di mata sebagian masyarakat.
Misalnya terkait harga jual kembali (resale value), kemampuan jarak tempuh, daya tahan terhadap air, ketersediaan charging station, hingga durasi pengisian baterai. Saat ini pun pangsa pasar mobil listrik masih di kisaran 2,7% dari total penjualan mobil nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar motor listrik yang masih sekitar 1,5% dari total penjualan motor di dalam negeri.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengatakan, saat ini pembeli kendaraan listrik, khususnya mobil listrik, didominasi oleh masyarakat kalangan atas.
Mobil listrik juga cenderung dibeli bukan sebagai kendaraan pertama. Gaikindo juga menganggap, mayoritas konsumen lebih sering mencari mobil dengan harga di bawah Rp400 juta. Sayangnya, belum banyak merek atau model mobil listrik yang tersedia dengan harga seperti itu.
“Rata-rata harga mobil listrik masih relatif mahal. Memang ada pembelinya, tapi terbatas,” katanya.
Terlepas dari itu, Gaikindo tetap memandang kendaraan listrik sebagai bagian dari masa depan industri otomotif. Namun, kembali lagi, transisi menuju era kendaraan listrik tak bisa dilakukan secara instan.
Franciscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, HMID, menilai, kekhawatiran terhadap keandalan mobil listrik sebenarnya sudah bisa diatasi seiring kemajuan teknologi.
Sebagai contoh, saat ini sudah mulai bermunculan mobil listrik yang bisa melaju hingga lebih dari 500 kilometer di Indonesia. “Kami juga berinisiatif memperbanyak fasilitas charging station,” kata Soerjo.
Masih kurang berminatnya masyarakat terhadap mobil listrik disampaikan, salah seorang pengunjung GIAAS 2024, Romi saat ditemui Sokoguru di Hall 3, tempat dipamerkannya BMW, Volvo, dan Mini Cooper.
Terkait banyaknya mobil listrik yang dipamerkan, ia dengan jujur mengatakan bukan pengagum mobil listrik.
“Sekarang belum ya, mungkin 5-10 tahun ke depan. Seperti motor listrik, waktu datang kita masih ragu, tetapi sekarang baru kita melek. Tapi mobil listrik lebih menjanjikan ke depannya. Ya mudah-mudahan dengan semakin banyaknya merek mobil listrik, harga bisa lebih turun,” jelas warga BSD itu yang sudah memiliki BMW seri 3.
Menurutnya, dibutuhkan waktu untuk beralih ke mobil listrik. Ia juga berharap pemerintah memberi subsidi kepada mobil listrik untuk mendongkrak kemampuan atau daya beli masyarakat. (SG-1)