JAM masih menunjukkan pukul 06.30 WIB, Jumat (15/3) namun halaman Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Jawa Barat (Jabar) tampak ramai.
Sejumlah meja dari para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berjajar rapi memenuhi halaman Gedung DKP Jabar yang berada di Jalan Wastukencana.
Sejumlah pembeli yang didominasi ibu-ibu terlihat lalu lalang di antara meja-meja yang menghadirkan produk perikanan dan kelautan.
Baca juga: KKP Siapkan Strategi Pegembangan SDM Sektor Kelautan dan Perikanan
Para ibu mencari dan memilih produk dari hasil perikanan dan kelautan yang ingin dibeli dan dibawa pulang untuk dijadikan menu buka puasa dan sahur.
Dari beberapa meja dari pelaku UMKM, tampak seorang ibu yang mengenakan celemek hijau, berjilbab, dan mengenakan kacamata. Ia mengenal dirinya dengan nama ‘Aan Karina’ yang berusia 62 tahun.
Ibu yang akrab disapa ‘Bu Aan’ menawarkan sejumlah produk dari hasil perikanan dan menghadirkan aneka pepes ikan.
Baca juga: Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dikelola dengan Kebijakan Ekonomi Biru
Usaha “Dapur Bu Aan” yang dikelola Aan dan suaminya, Bambang, 67, menawarkan menu olahan dari ikan berupa beragam pepes ikan.
Pepes ikan yang dibungkus daun pisang itu terdiri dari pepes ikan gurame, nila, kembung banjar, ikan mas, dan ada pula bakwan Pontianak yang isinya seafood atau boga bahari.
Dalam menggeluti usaha produk olahan dari ikan, Bu Aan mengatakan bahwa ‘Dapur Bu Aan’ telah dibangunnya sejak 15 tahun lalu.
“Namun usaha saya menjadi binaan dari DKP Jabar baru sekitar 8 tahun,” kata Bu Aan yang berasal dari Taman Kopo Indah I Blok E No 75, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Baca juga: Desa Perikanan Cerdas, Dukung Pengembangan Kampung Nelayan di Indonesia
Bu Aan mengaku senang bisa secara rutin hadir dalam kegiatan Bazar Produk Perikanan dan Kelautan yang diadakan oleh DKP Provinsi Jabar.
“Saya ikut pameran yang diadakan DKP Jabar sebulan sekali pada hari biasa dan seminggu sekali pada bulan Ramadan,” tutur Bu Aan kepada Sokoguru.
Sebagai bagian dari UMKM binaan DKP Jabar, Aan mengaku senang dan bisa meningkatkan omzet penjualannya.
“Kalau hari biasa dari hasil pameran bisa mendapat sekitar Rp 1 juta sampai Rp 1,2 juta. Namun saat Ramadan untuk tahun lalu, bisa Rp 700 ribu per hari,” jelas Aan.
Sebagaimana yang dihadapi para pelaku UMKM lainnya, Bu Aan masih menghadapi soal makanan olahannya belum dikemas secara menarik.
Selain itu, Bu Aan mengaku produk olahan yang dari ikan membutuhkan alat presto yang kapasitas lebih besar.
“Harganya bisa puluhan juta rupiah. Selama ini masih menggunakan peralatan standar dan ukurannya masih kecil,’ jelas Bu Aan.
Saat ditanya apakah masih membutuhkan dana untuk meningkatkan usahanya, Bu Aan mengaku saat ini masih belum.
Ia menambahkan anggaran tambahan dibutuhkan jika omzetnya meningkat.
Bu Aan menjelaskan sebagai bagian dari UMKM binaan DKP Jabar selama ini telah mendapatkan pembekalan ilmu berupa pemasaran, packaging, dan peningkatkan omzet.
Namun UMKM ‘Dapur Bu Aan’ tampaknya masih perlu pembinaan, pendampingan, dan bantuan dari DPK Jabar agar bisa meningkatkan omzet penjualannya dan naik kelas.
Ditanya soal packaging atau label untuk produk ikan pepesnya, Bu Aan mengatakan anaknya dan temannya sedang merancangnya.
Menu Praktis untuk Sahur dan Buka Puasa
Tampak seorang ibu yang mengaku bernama Amelia, 38, dari Cileunyi, Cimahi, sedang asik memilih pepes ikan yang dijajakan di meja ‘Dapur Bu Aan”.
Ia mengaku senang dengan pepes ikan apalagi saat Ramadan seperti bulan ini. “Saya beli ikan pepes karen praktis untuk buka puasa atau sahur. Tak perlu masiah lagi.”
Amelia yang kantor berada di Jalan Wastukencana mengaku senang dengan pepes ikan apalagi saat Ramadan seperti bulan ini.
“Saya beli ikan pepes karen praktis untuk buka puasa atau sahur. Tak perlu masak lagi. Apalagi pulang kerja kan capai dan kadang malas untuk memasak,” tutur Amelia. (SG-2)