UNTUK menyukseskan program bjbPreneur 2024 yang diluncurkan di Jakarta pada Kamis (1/2), bjbPreneur Kanwil 2 yang meliputi wilayah Jabodetabek hingga Pulau Sumatra melaksanakan webinar, pada Selasa (6/2).
Pada webinar yang berlangsung tiga jam itu dipandu oleh Nazla Afifah dengan narasumber Sonny Eko Hendarto, Manager Sentra UMKM untuk wilayah Jabodebek dan Sumatera bank bjb (kantor wilayah 2, atau juga disebut dengan wilayah Pakuan Raya) dan seorang kreator konten Fardy Yandi, selaku founder Sosial Kreatif.
Di hadapan para seserta webinar Soni memaparkan mengenai ekosistem kolaborasi bjbPreneur, mulai dengan perguruan tinggi kemudian komunitas UMKM dan juga ada binaan BUMN serta dengan bank bjb.
Soni juga mengatakan bahwa anak muda sekarang banyak yang bercita-cita ingin menjadi entrepreneur.
“Dan nanti akan lahir para entrepreneur, para pelaku usaha, para UMKM yang hebat, dan tentu saja memiliki kapasitas dan kemampuan di bidangnya,” ujarnya.
Dalam mengikuti program bjbPreneur, Soni juga menginformasikan bagaimana bjbPreneur memiliki banyak benefit yang didapatkan kan. Kemudian juga ada bootcamp, mentoring, dan juga dengan juri-juri yang luar biasa.
Menurut Soni, bjbPreneur 2024 merupakan salah satu program unggulan bank bjb di tahun ini. Diharapkan program tersebut berkelanjutan. Sebabnya, ini merupakan program untuk memunculkan para UMKM baru, startup, atau wirausaha baru yang nantinya juga akan menjadi salah satu penyokong perekonomian di Indonesia.
Dimulai dengan menulis,
Menurut Fardy yang saat ini berdomisili di Bandung dan Jakarta, pada awal mulai membangun konten, ia melakukan riset dan sharing sesuatu. Semua para content creative, katanya, menginginkan konten yang mereka buat bakal viral.
“Karena kalau sudah mulai viral pasti banyak views, ya otomatis cuan (untung) sudah mulai datang,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, banyak diantara mereka yang hanya fokus ke ‘cuan’ atau untung justru menghilang. Penyebabnya, lanjut Fardy, kapasitas seseorang tidak bisa dibohongi, tidak bisa di-shortcut. Pasti butuh waktu untuk membangun.
“Makanya mindset kawan-kawan semua adalah pada saat kita baru saja terjun di media sosial, kita harus punya mindset bahwa apapun yang kita bagikan, apapun brand yang dibagikan, konten apapun yang
Kita coba buat, jangan expect views-nya bakalan sebesar apa. Tugas kita adalah bagaimana bisa konsisten untuk selalu bikin konten, selalu share-in tentang konten,” tutur Ferdi.
Empat langkah
Fardy pun memaparkan semua konten itu dimulai dengan menulis, baik itu konten untuk video, naskah dan konten podcast, semuanya dimulai dari menulis. Nah proses pembuatan sebuah konten itu ada empat langkah,
Pertama itu pre-writing atau pre-production, ada writing atau produksinya. Post-production setelah itu baru mulai untuk posting.
“Kita juga perlu tools-tools yang bisa bikin kita bisa lebih produktif, bisa konsisten untuk terus bikin konten walaupun mungkin views-nya itu bakalan naik dan turun,” ujarnya saat membagi tips kepada peserta.
Menurut fardy apa yang membuat konten itu viral dan menjangkau banyak orang? Untuk itu perlu mempersiapkan diri. Sebelum produksi konten harus ada pre-production atau pre-writingnya dulu supaya kita sadar bahwa konten yang dibuat itu bukan hanya sekadar mendahulukan value, tapi juga tahu apa yang lagi dibutuhkan oleh pasar.
“Kawan-kawan semua yang mungkin saat ini posisinya sebagai UMKM, yang memproduksi sebuah produk, ya kawan-kawan harus melihat pasar
juga gitu, karena percuma produknya bagus, kontennya bagus tapi pasar gak butuh itu. Dan kita di sosial media sifatnya numpang, karena kita numpang, ya kita harus sadar bahwa apa yang kita punya, dan apa yang dibutuhkan oleh audiens, makanya harus ada relevansi antara kekuatan kita sebagai content creator dan juga apa yang dibutuhkan oleh audiens kita. Nah salah satu hal yang saya selalu lakukan adalah dengan listing topic ideas,” tuturnya.
Lebih lanjut Fardy mengatakan konten terbaik adalah konten yang sebenarnya sederhana. Kita sebagai manusia itu pasti selalu mengalami hal itu sehari-hari.Dan hal itu yang kita coba untuk kemas menjadi sebuah konten. Karena pada saat konten kita relevan dengan banyak orang, dengan sesuatu yang kita pakai dengan lebih masuk ke mereka,
mereka akan cenderung untuk mau membagikan konten tersebut.
“Pada saat konten kita relevan dengan apa yang mereka butuhkan, mereka akan dengan sangat ikhlas untuk sharing konten tersebut,” katanya lagi.
Setelah membuat prewriting lalu bagaimana mengeksekusi menulisnya?
“Konten ini kita harus punya mindset bahwa we have to do it professionally gitu. Walaupun mungkin force-nya masih sedikit, belum dapat cuan, ya mindset kita di situ dulu gitu. Karena tugas kita di awal adalah gimana membangun audiencenya.”
Nah, waktu pre-writing atau pre-production dengan waktu memproduksi kontennya itu sebisa mungkin beda. Misalnya, di, hari Senin waktu untuk brainstorming bersama tim. Baca beberapa buku, baca beberapa konten.
“Pokoknya sebisa mungkin di-list sebanyak-banyaknya idea.
Biar pada saat ada hari untuk mengeksekusi konten tersebut, setidaknya tidak bingung. Kayak, ah konten apa ya hari ini. Makanya penting untuk punya bank ide dan mencatat setiap kali ada ide. Jadi kawan-kawan mungkin ide kan datang tak diundang ya.”
Fardy mengaku tidak setiap hari produktif memproduksi konten,
tapi mengapa sampai hari ini hampir setiap hari itu selalu posting? Jawabannya adalah, menurutnya, karena ia punya banyak ide konten. Punya banyak stok ide yang bisa diulang-ulang terus..
“Makanya buat kawan-kawan semua yang mungkin kadang bingung bagaimana caranya tetap bisa konsisten bikin ide. Jadi kita bisa bikin konten pada saat moodnya lagi naik dan turun. Sebisa mungkin untuk punya banyak list idea yang bisa dieksekusi nantinya ketika kawan-kawan merasa lagi tidak punya ide nih untuk dieksekusi.”
Kemudian Fardy pun mengajak peserta webinar untuk membuat list topik yang menurut mereka menarik. Lalu di-breakdown sesuai dengan personal story masing-masing. Menurutnya Setiap konten pasti ada pasarnya.
“Dan kita nggak pernah tahu kapan konten itu akan naik. Kita nggak akan pernah tahu apakah dari 10 atau 20 konten yang kita buat justru akan mendekatkan kita dengan target pasar yang kita inginkan.”
Memulai produksi
Fardy menambahkan yang paling penting dalam menyuarakan sebuah konten, harus disadari bahwa setiap orang punya gaya penulisannya masing-masing. Setiap orang punya gaya konten masing-masing.
“Mulailah dari apa yang kawan-kawan bisa. Kawan-kawan harus ingat bahwa setiap konten itu pasti punya story. Dan setiap story itu harus punya tujuan. Jadi kalau kawan-kawan mau bikin konten, itu harus punya tujuan yang jelas sebagai UMKM.”
Fardy mengatakan pada saat seseorang hendak membuat konten harus tahu dulu tujuannya. Apakah ingin memberi informasi atau edukasi, kasih motivasi atau inspirasi, atau bisa juga bikin konten hanya untuk menghibur. Atau mungkin bikin konten untuk dokumentasi atau mendokumentasikan diri.
“Kalau aku, ada tiga alur saat menulis skrip untuk konten, yaitu alur konteks, contoh, dan solusi. Jadi memang kalau dibilang ya, penghasilan Fardy Rp90 juta, itu semua dari dunia digital. Dan gimana caranya biar kawan-kawan
juga bisa mendapatkan hal yang sama, mungkin saat ini posisinya sebagai UMKM, atau mungkin belum punya bisnis sama sekali, harus mulai dari mana? Tugas kawan-kawan semua adalah mulailah untuk building audience dulu,” katanya.
Langkah pertama, tambahnya, aktif untuk posting Reels atau TikTok setiap hari, minimal sekali sehari. Kenapa penting? Karena Reels sama TikTok itu nggak perlu yang maksimal banget, gitu. Nggak perlu yang terlalu heboh, nggak perlu yang terlalu berkualitas, kawan-kawan bisa mulai dengan, ya,
your daily content yang kawan-kawan bisa lakukan. (SG-1)
Jadi entah itu di Instagram, entah itu di TikTok, entah itu di Twitter gitu. Tugas kita serving dulu gitu. Semakin sering kita serving, semakin sering kita giving, orang akan dengan sangat ikhlas mau follow kita gitu.
Sayangnya pada saat orang-orang baru terjun di dunia konten, bisnis ya, mereka tuh langsung lempar penjualan, lempar produknya.
Bangun audience dengan cara apa? Dengan bikin konten.
Active marketing, ini aku lakukan di awal-awal, kalau misalkan ada brand lokal yang nanya, kayak, Kavar,
produksinya masih sedikit, aku nggak ada budget untuk ads, aku nggak ada budget untuk endorsement, apa yang aku harus lakukan, gitu. Yang pertama adalah aktif untuk posting Reels atau TikTok setiap hari,minimal sekali sehari.
Kenapa penting? Karena Reels sama TikTok itu nggak perlu yang maksimal banget, gitu. Nggak perlu yang terlalu heboh, nggak perlu yang terlalu berkualitas, kawan-kawan bisa mulai dengan, ya, your daily content yang kawan-kawan bisa lakukan. (SG-1)