BRI UMKM Expo(RT) 2025 kembali menegaskan perannya sebagai pendorong utama bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menembus pasar global.
Dengan nilai transaksi yang menembus USD 90,6 juta atau sekitar Rp1,5 triliun, serta kehadiran lebih dari 63 ribu pengunjung, ajang ini membuktikan bahwa produk-produk UMKM Indonesia memiliki daya saing di tingkat internasional.
Apresiasi layak diberikan kepada BRI atas komitmennya dalam menggelar acara ini secara konsisten, termasuk melalui sesi business matching yang mempertemukan pelaku UMKM dengan calon pembeli dari berbagai negara.
Baca juga: UMKM Pilar Ekonomi, Menteri Maman Ajak Siswa SMA Tanamkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini
Kehadiran 1.000 UMKM dalam event ini bukan hanya menunjukkan animo tinggi dari pelaku usaha kecil dan menengah, tetapi juga menandakan semakin kuatnya kepercayaan dunia terhadap produk lokal Indonesia.
Namun, terlepas dari capaian positif tersebut, satu pertanyaan krusial tetap mengemuka: apakah kesuksesan ini berkelanjutan atau hanya sekadar euforia sesaat?
Business matching dan transaksi besar tentu menjadi pijakan awal yang baik, tetapi tanpa strategi jangka panjang yang konkret, tantangan dalam ekspor tetap menjadi momok bagi UMKM.
Salah satu tantangan terbesar adalah keberlanjutan akses pasar. BRI telah berkomitmen mengadakan sesi business matching dua kali dalam sebulan, sebuah langkah positif yang patut diapresiasi.
Namun, tanpa dukungan lebih luas dari berbagai pihak—baik pemerintah, lembaga keuangan, maupun sektor swasta—UMKM akan kesulitan mempertahankan dan memperluas jangkauan pasarnya.
Baca juga: Perluas Pasar, UMKM Indonesia Jajaki Kemitraan dengan Malaysia
Regulasi ekspor yang kompleks, sertifikasi produk yang mahal, serta ketahanan modal yang terbatas masih menjadi kendala utama yang perlu diatasi.
Skema pembiayaan juga menjadi faktor krusial dalam menopang keberlanjutan ekspor UMKM.
Tidak sedikit pelaku usaha kecil yang mengalami kesulitan memenuhi permintaan dalam jumlah besar akibat keterbatasan modal.
BRI memang telah menyediakan berbagai skema kredit berbunga rendah, tetapi lebih dari itu, diperlukan model pendanaan yang lebih fleksibel dan insentif khusus bagi UMKM yang berhasil menjalin kontrak jangka panjang dengan buyer internasional.
Selain itu, literasi ekspor masih menjadi pekerjaan rumah besar. Banyak UMKM yang belum memahami prosedur ekspor, pajak, hingga standar produk yang harus dipenuhi untuk bisa bersaing di pasar global.
Baca juga: UMKM Jakarta Unjuk Gigi di Inacraft 2025, Targetkan Pasar Nasional dan Internasional
Oleh karena itu, pendampingan berkelanjutan harus menjadi bagian dari strategi besar, bukan sekadar materi tambahan dalam event tahunan.
Acara seperti BRI UMKM Expo(RT) bisa menjadi momentum edukasi, tetapi tanpa ekosistem pendukung yang solid, efeknya tidak akan maksimal.
Kisah sukses PT Siger Jaya Abadi yang menandatangani kontrak ekspor senilai USD 13,05 juta dengan Bluestar Food Corporation memang menginspirasi.
Namun, tantangan sesungguhnya adalah memastikan bahwa kesuksesan seperti ini bukan hanya pengecualian, melainkan menjadi standar baru bagi UMKM lainnya.
Keberhasilan satu atau dua UMKM menembus pasar global tidak akan cukup jika ribuan lainnya masih terhambat oleh persoalan yang sama dari tahun ke tahun.
BRI telah mengambil langkah nyata dalam membuka jalan bagi UMKM untuk naik kelas dan bersaing di tingkat internasional.
Namun, tanggung jawab ini tidak bisa hanya dibebankan pada satu institusi saja.
Pemerintah, asosiasi bisnis, dan sektor swasta harus bahu-membahu menciptakan ekosistem yang kondusif bagi UMKM agar tidak hanya berhasil menembus pasar global, tetapi juga mampu bertahan dan berkembang di dalamnya.
Indonesia tidak hanya membutuhkan event spektakuler, tetapi juga komitmen nyata dalam mendukung UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional.
Dengan sinergi yang kuat antara berbagai pihak, UMKM Indonesia bukan hanya bisa bertahan, tetapi juga menjadi pemain utama dalam rantai pasok global.
Kini saatnya kita bersama-sama memastikan bahwa langkah besar ini bukan sekadar euforia, melainkan awal dari perubahan yang berkelanjutan. (SG-2)