BANK Indonesia mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2024 tumbuh lebih tinggi. Posisi M2 pada bulan tersebut tercatat sebesar Rp8.888,4 triliun atau tumbuh 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 5,3% (yoy).
“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,9% (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2% (yoy),” kata Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono, dalam siaran pers yang dilansir bi.go.id, Kamis (25/4).
Perkembangan M2 pada Maret 2024, lanjutnya, terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.
Baca juga: Pada Februari 2024 Uang Beredar Tumbuh Positif
Penyaluran kredit pada Maret 2024 tumbuh sebesar 11,8% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,0% (yoy).
“Kredit yang diberikan hanya dalam bentuk pinjaman (loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (Debt Securities), tagihan akseptasi (Banker's Acceptances), dan Tagihan Repo,” imbuh Erwin.
Selain itu, jelasnya, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor Bank Umum berkedudukan di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada Pemerintah Pusat dan bukan penduduk.
Baca juga: Tumbuh Lebih Tinggi Uang Beredar di Indonesia pada Januari 2024
Perkembangan kredit
Bank Indonesia mencatat kredit yang disalurkan oleh perbankan tumbuh lebih tinggi. Penyaluran kredit pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp7.187,6 triliun atau tumbuh 11,8% (yoy).
“Perkembangan itu khususnya didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit pada debitur korporasi 15,7% (yoy) dan kredit lainnya 25,3% (yoy),” kata Erwin.
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan penyaluran kredit pada Maret 2024 dipengaruhi oleh perkembangan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.
“Kredit modal kerja pada Maret tumbuh 11,8% (yoy), kredit investasi tumbuh 14,0% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 11,3% (yoy). Sementara untuk kredit konsumsi tumbuh 10,0%, ini juga lebih tinggi dari Februari sebesar 9,4% (yoy).”
Sedangkan kredit properti tumbuh 7,7%, setelah tumbuh 7,9% (yoy) pada Februari 2024. Begitu pula penyaluran kredit untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada Maret 2024 tumbuh 8,7% (yoy). Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 8,9% (yoy).
“Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM terutama pada skala mikro (22,7%,yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit UMKM dipengaruhi oleh kredit investasi 20,9% (yoy) dan kredit modal kerja 4,8% (yoy).
DPK
Sementara itu, Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 18,0% (yoy), setelah terkontraksi sebesar 1,0% (yoy) pada Februari 2024. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih terkontraksi sebesar 1,1% (yoy), setelah tumbuh sebesar 2,3% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp8.333,0 triliun atau tumbuh 7,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 5,4% (yoy).
Lebih lanjut, pria dari Departemen Komunikasi BI itu mengatakan pada Maret 2024 giro tumbuh 8,6% (yoy) setelah bulan sebelumnya tumbuh 6,4% (yoy).
“Tabungan tumbuh 5,8% (yoy), yang pada bulan sebelumnya 4,3 (yoy). Sementara simpanan berjangka tumbuh 7,8% (yoy) setelah pada Februari 2024 tumbuh 5,5% (yoy),” tambah Erwin. (SG-1)