Sokoguru.id - Pusat tekstil Cigondewah, atau yang dikenal sebagai KTC, merupakan salah satu kampung kreatif yang ada di Bandung. Bersama keempat kampung kreatif lain seperti Braga, Cigadung, Binong Jati dan Cinambo. KTC hadir sebagai salah satu industri yang bergerak di bidang sentra kain.
Haji Yosi Gaos, pria asli Bandung yang terkenal sebagai salah satu pendiri KTC. Dari mulai daerah kosong, hingga pada akhirnya menjadi sebuah sentra perekonomian besar di Bandung Selatan, Haji Yosi Gaos menjadi saksi hidup, perkembangan KTC.
Sebelum lahirnya Kawasan tekstil di Bandung, Cigondewah hanyalah desa kecil dengan luas tak lebih dari 400 hektare. Baru Ketika adanya program pemekaran wilayah tahun 1982, wilayah Cigondewah dipecah menjadi dua. Kedua daerah tersebut terkenal dengan Cigondewah Kaler, dibawah kendali Administratif kota Bandung dan Cigondewah Hilir dibawah kabupaten Bandung.
Cigondewah sendiri, menurut Yosi mulai dikenal awal dekade 1990an. Namun sejak tahun 1980an, sudah ada toko-toko kain yang berdiri di sana. “Sedangkan toko-toko yang di pinggir jalan sudah ada sejak tahun 80an yang hanya berjumlah sebanyak 12 toko saja Ketika itu,” ucap Yosi.
Namun, hanya sebagain saja daerah yang terkenal sebagai KTC. Karena lahan-lahan luas yang ada di belakangnya merupakan daerah yang dikenal sebagai tempat penyortiran limbah-limbah kain saja. Ia mengutarakan jika KTC sangat membutuhkan perluasan dan revitalisasi, sebab lahan sekelas industri seperti KTC, masih terbilang sempit.
Dalam pengamatannya, Yosi percaya bahwa KTC merupakan sentra dengan tempat yang cukup strategis. Dengan banyaknya kendaraan umum dan perumahan penduduk, KTC betul-betul ada di jantung ekonomi kota. “Hanya saja kami melihat lewat pengamatan kendaraan umum yang melintas daerah Cigondewah. Karena kan banyak perumahan juga di daerah Cigondewah. Jadi kayanya sangat cocok dijadikan sentra,” tutur Yosi.
Walau demikian, masih banyak kelemahan di sentra kain tersebut. Ketersediaan lahan menjadi salah satu permasalahan yang masih dialami hingga sekarang. Karena banyaknya pertokoan dan lahan yang sempit, membuat Cigondewah sudah diharuskan mengalami pemekaran lahan, sebab lahan parkir pun tidak ada di Kawasan ini. “Ketika itu saya yang mengkonsepkan sistem pertokoan. Tapi kelihatan kelemahannya adalah di lahan parkir.”
Pembangunan toko besar-besaran mulai terjadi pada periode tahun 2006-2007. Saat itu, mulailah dibangun sebanyak 50 pertokoan di Cigondewah. Di tahun 2007, pemerintah mulai mengadakan revitalisasi wilayah sentra menjadi kampung kreatif. “Tahun 2007 pemerintah sedang mengadakan revitalisasi 5 Kawasan kreatif yang pertama di Bandung, nah itu cikal bakal kampung kreatif,” jelas Yosi.
Lebih jauh lagi, keterlibatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), mulai mengangkat Cigondewah menjadi Kawasan Tekstil. “Dari situ, alhamdulilah terjadi peningkatan perekonomian masyaraktat sekitar yang dimulai dari toko-toko.”
Aktifitas Salah Satu Toko di Cigondewah
Mimpi H. Yosi adalah Cigondewah yang kedepannya bukan hanya menjadi sentra belanja, tetapi pemerintah harus memperluas hingga merambah pariwisata, yang tak hanya menghadirkan fenomena UMKM-nya saja. Sayangnya, hingga kini pemerintah belum tergerak untuk mengeksplorasi daerah Cigondewah Kembali.
“Jadi jika pemerintah ingin memperluas tempat seperti wisatanya ada, UMKM nya ada maka harus ada perluasan lahan namun kan hingga sekarang belum ada lagi follow up seputar itu. Karena Ketika tahun 2007 juga sama tidak ada tindak lanjut lagi. Jadi inginnya (Cigondewah) dijadikan 1 kawasan-istilahnya-seperti one stop shoping lah, segala ada. Tapi permasalahannya itu ada di ketersediaan lahannya.”
Seperti yang dapat lihat, Cigondewah bukan lagi sebagai sentra kain saja yang menyuguhkan berbagai macam kebutuhan tekstil. Lebih dari itu, Cigondewah berhasil menjadi salah satu daerah dengan referensi tekstil besar untuk wisatawan mancanegara.
“Jadi pada tahun 2007 juga rencana awalnya ingin membuka lahan di belakang KTC untuk dijadikan produksi-produksian untuk diperlihatkan kepada wisatawan yang berkunjung. Seperti misal, kan disini ada topi, boneka, tas, dan konveksi-konveksi kecil.” tuturnya.
Wisatawan asing yang berdatangan tersebut antara lain berasal dari daerah Afganistan, Yaman, hingga daerah-daerah Timur Tengah lainnya. Tak hanya itu, nama KTC juga sudah menjalar hingga ke luar negeri seperti Hongkong.
“Ketika itu juga banyak sekali yang mencari kain berwarna hitam karena kan sangat dibutuhkan oleh orang-orang timur tengah untuk pembuatan burka, cadar dan sebagainya. Termasuk ada orang-orang Indonesia yang mengetahui KTC dari Hongkong,”
Kain Majun Cigondewah