Menteri Koperasi dan UMKM (KemenkopUKM) Teten Masduki meminta para pelaku usaha UMKM mampu menciptakan ekonomi baru, bukan menjadi kompetitor dari para Pelaku usaha yang sudah ada. Untuk itu perlu melahirkan ide dan inovasi baru.
“Kami mengadakan survei hasilnya menunjukkan sebanyak 72% anak muda ingin jadi pebisnis bukan ingin jadi pegawai kantoran. Karena itu kita bisa mulai menggali dari kampus-kampus. Dunia kampus juga diminta bisa menjadi public entrepreneur,” katanya pada acara Entrepreneur Hub Wirausaha Mudah, di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, Senin (4/12).
Hadir pada acara tersebut Rektor Unpar Prof Tri Basuki Joewono, PhD, Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM Siti Azizah, COO Sevenpreneur Stanley Sebastian, Tenaga Ahli Bidang Kewirausahaan Wisnu Sakti Dewobroto, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung Atet Deni Handiman, serta sejumlah pejabat lainnya.
Di hadapan 600-an peserta yang merupakan UMKM binaan dari Unpar, Dinas Koperasi dan UMKM Pemprov Jabar, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung, Cimahi, Komunitas Sokoguru, Lazada, Grab, dan lainnya, Teten juga meminta rektor Unpar untuk melihat para mana mahasiswa yang ingin jadi pebisnis.
“Mungkin pak rektor nanti, karena tadi 72% ingin jadi pengusaha mungkin nanti yang skripsi hanya 30%, dan yang 70% nanti mereka begitu masuk kuliah, mereka dibimbing membuat proposal bisnis, kemudian diinkubasi untuk mereka begitu lulus sudah punya usaha dengan bisnis model. Nah Beberapa universitas sudah ada, dan punya bisnis,” tambahnya.
Lebih lanjut, Teten juga memaparkan bahwa Indonesia pada 2045 diprediksi akan menjadi empat kekuatan ekonomi dunia, selain Thailand, Amerika Serikat, Tiongkok , India.
“Saat ini kita sudah masuk jadi negara dengan pendapatan menengah, dengan US$500 per-kapita. Kalau kita bandingkan dengan Korea Selatan yang perkapitanya sudah US$36.000. Untuk menjadi negara maju, selain kita harus membangun birokrasi, juga demokrasi. Tinggal kita harus mengoptimalisasi. Yang penting tinggal bagaimana meningkatkan SDM, jadi bagaimana negara-negara maju itu minimum entrepereneur-nya 4%. Dan kita saat ini, meskipun 99,9% Pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM, tapi persentase tingkat kewirausahaan kita masih 3,47%,” jelasnya lagi.
Sebabnya, kata Teten lagi, dari sekitar 2 jutaan UMKM di Indonesia masih 96% mikro. Masih UMKM yang bersifat Ekonomi Rumah Tangga. Teknologi meledak, inovasi dan teknologinya terbatas, tidak produktif. Jadi ekonomi yang dikuasai yang didominasi oleh UMKM itu bukan fenomena Indonesia.
“Kondisi di Jepang dan Korea sebetulnya sama. Konglomerasi itu baru 1%, cuma kalau di sana produk-produk UMKM nya sudah berbasis kreativitas dan inovasi,” imbuhnya.
Pada acara yang diselenggarakan oleh Kemenkop UKM, Entrepreneur Hub dan Universitas Katolik Parahyangan itu Menkop UKM juga memaparkan bagaimana menaikkan kewirausahaan dari 3,47% menjadi 4% di tahun 2024, yakni dengan harus melahirkan ekonomi baru dan entrepreneur baru.
Sementara itu, Rektor Tri Basuki Joewono mengatakan Unpar telah menjadi bagian entrepreneur sejak 2013 dalam rangka penguatan riset kewirausahaan universitas. Dan hasilnya telah menjadi pelaksanaan untuk pendampingan UMKM.
“Unpar juga menjadi supporter fasilitas yang sudah diterapkan pada UMKM di seluruh Jawa barat. Seperti kerja sama dengan PLUT Jawa Barat, kerja sama dengan yayasan-yayasan Bakti Astra, dan berbagai ekosistem-ekosistem wirausaha,” ujarnya.
Mahasiswa Unpar, lanjutnya, juga didorong untuk mengembangkan bisnis dan rencana usaha. Terdapat program pembinaan mahasiswa wirausaha. Komitmen UNPAR juga tercermin dari didirikannya pusat studi pengembangan UKM, serta juga memiliki inkubator bisnis pengembangan kapasitas pengembangan kewirausahaan mahasiswa.
“Platform pengembangan menunjukkan peran UNPAR dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan. Hari ini UNPAR ikut mengembangkan ekosistem kewirausahaan, besar harapan kami terus maju dalam pengembangan UMKM kedepannya,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Teten juga berdialog dengan mahasiswa Unpar yang juga menjadi pelaku usaha UMKM. Dalam dialog itu Menkop mengapresiasi para mahasiswa yang membuat produk berbeda atau baru.