DALAM era digital yang semakin canggih, tantangan dalam memilah dan memilih informasi menjadi semakin kompleks.
Sub Koordinator Penguatan Keterbukaan Informasi Publik Diskominfo Kota Bandung, Yusuf Cahyadi Manurung, menyoroti pentingnya keterampilan literasi digital yang dipadukan dengan nilai-nilai Pancasila dan budaya lokal.
Hal ini disampaikan Yusuf dalam Workshop Literasi Digital Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berlangsung pada Rabu (31/7).
Baca juga: Menparekraf Pacu Literasi Digital Santri di Balikpapan Lewat Santri Digitalpreneur
Pentingnya Pilah Informasi di Era Digital
Yusuf menggarisbawahi betapa krusialnya pengenalan dan penanaman nilai Pancasila dan budaya kepada generasi muda sebagai benteng diri.
“Ketika mereka terpapar berbagai informasi, mereka harus mampu membedakan mana yang sesuai dengan nilai dan norma serta mana yang negatif,” ujar Yusuf dalam keterangan pers, Rabu (31/7).
Dalam dunia digital yang penuh kebebasan, konten seperti game online, meskipun mudah diakses, sebenarnya memiliki batasan dan kategori umur.
“Beberapa game mengandung konten kekerasan, sehingga pendampingan orang tua, guru, dan teman sangat dibutuhkan,” ujar Yusuf.
Baca juga: Menparekraf Berharap Santri Digitalpreneur 2024 Cetak Generasi Pesantren Modern
“Nilai Pancasila dan literasi digital yang tertanam dapat menjadi benteng terhadap konten negatif,” jelas Yusuf.
Pelestarian Budaya Sunda di Era Digital
Tidak hanya fokus pada literasi digital, Yusuf juga menekankan tanggung jawab Diskominfo Kota Bandung, khususnya Humas Kota Bandung, dalam melestarikan budaya Sunda.
Ia mengajak sekolah-sekolah untuk berkolaborasi dalam kegiatan pelestarian budaya Sunda.
“Mari kita berkontribusi melalui dunia digital untuk melestarikan budaya Sunda,” ajaknya.
Kolaborasi Bangun Karakter Bangsa
Direktur Sekolah Pascasarjana UPI, Prof. Dr. Juntika, M.Pd., menegaskan pentingnya kerja sama berbagai pemangku kepentingan dalam membangun karakter anak bangsa.
“Di era digitalisasi, kita harus bisa memperkuat nilai moral, etika, budaya, dan Pancasila agar hidup semakin harmonis, bahagia, dan sejahtera,” katanya.
Baca juga: Teten Targetkan 10 ribu Santripreneur Tercipta Melalui Kopontren
Prof. Juntika juga mengingatkan bahaya penggunaan internet yang tidak terkendali, seperti pornografi dan judi online, yang dapat merusak otak manusia.
“Kita harus membentengi diri dengan akhlak yang baik dan literasi digital,” pesan Juntika.
Digitalisasi sebagai Alat Edukasi
Guru Besar dan Ketua Prodi Magister dan Doktor Pendidikan Kewarganegaraan UPI, Prof. Dr. Cecep Darmawan, mengungkapkan bahwa digitalisasi adalah alat yang substansinya bisa kita tentukan.
“Misalnya dengan Kaulinan Barudak. Kami juga telah membuat komik terkait Bela Negara yang berjudul ‘Ksatria Bela Negara’,” paparnya.
Melalui media sosial, komik tersebut dapat memperkuat budaya literasi.
Pertahankan Budaya dan Kearifan Lokal
Workshop Literasi Digital Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perwujudan proyek mata kuliah kepemimpinan UPI.
Kegiatan ini bertujuan agar warga Bandung dapat mempertahankan budaya dan kearifan lokal di tengah gempuran digitalisasi.
Melalui kegiatan ini, diharapkan generasi muda Bandung mampu memilah informasi dengan bijak, menjaga nilai-nilai Pancasila, serta melestarikan budaya Sunda.
Selain itu, generasi muda diharapkan menjadikan era digital sebagai alat untuk memperkuat karakter dan identitas bangsa. (SG-2)