DI tengah gejolak ekonomi dunia yang kian tak menentu, Indonesia justru menurunkan utang luar negerinya. Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2023 turun (Rp 6087,8 triliun) sebesar 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi sebesar US$392,2 miliar (Rp 6087,8 triliun) Pencapaian itu menjadi angin segar bagi stabilitas perekonomian Indonesia dan membuktikan ketahanan serta pengelolaan ekonomi yang baik.
“Penurunan ULN ini tidak terjadi secara seragam. ULN sektor publik memainkan peran utama, berkurang 1,7% menjadi US$185,1 miliar. Faktor pendorongnya adalah perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain akibat volatilitas pasar keuangan global yang meningkat,” ucap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, seperti dilansir bi.go.id Jumat (15/12).
Meski demikian, patut diacungi jempol, pemerintah tetap berkomitmen menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran utang dan mengelola ULN secara hati-hati. Pemanfaatan ULN juga diprioritaskan untuk mendukung program-program prioritas dan perlindungan masyarakat, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang solid di tengah ketidakpastian global.
Utang swasta tetap terkendali
Sementara itu, pola yang berbeda ditunjukkan oleh ULN swasta. Meski mengalami kenaikan tipis sebesar 0,2% menjadi 196,9 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya, secara tahunan ULN swasta masih mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,5%. Kontraksi ini terutama berasal dari lembaga keuangan dan perusahaan non-keuangan.
Namun, sambung Erwin, tak perlu khawatir. Pangsa ULN jangka panjang dalam ULN swasta tetap dominan sebesar 74,6%, menandakan pengelolaan utang yang prudent. Hal ini turut berkontribusi pada struktur ULN Indonesia yang tetap sehat dan terkendali.
Rasio ULN terhadap PDB Indonesia turun menjadi 28,7%, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Dominasi ULN jangka panjang sebesar 86,8% dari total ULN semakin memperkuat kondisi ini.
“Penurunan ULN Indonesia dan struktur utang yang sehat merupakan hasil dari pengelolaan yang cermat dan penuh kehati-hatian oleh pemerintah dan swasta. Koordinasi yang kuat antara BI dan pemerintah semakin memperkuat pengawasan dan pengelolaan utang nasional,” tambahnya.
Lebih lanjut, Erwin berharap ke depannya, peran ULN akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Hal itu dilakukan dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
Keberhasilan Indonesia dalam menurunkan ULN di tengah ketidakpastian global menjadi bukti ketahanan dan pengelolaan ekonomi yang baik. Hal ini tentu menjadi modal untuk menghadapi tantangan ekonomi mendatang dan mendorong Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (SG-2)