Humaniora

Temu Brand Lokal di SMESCO Dorong Nasionalisme Konsumen

Model agregasi harus dikembangkan pada UMKM, mulai dari sisi produksi, distribusi, pasar, membangun brand image hingga ke pembiayaan. Agregasi penting bagi pelaku usaha rintisan skala kecil supaya tidak lagi sendiri-sendiri.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
23 Desember 2023

 SMESCO sebagai markas besar (mabes) produk lokal diharapkan dapat mendorong nasionalisme konsumen. Dengan keberadaan mabes produk lokal itu , pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) siap dan berani mendorong nasionalisme konsumen, karena pasokan sudah siap dan berkualitas.

“Saya sudah bilang ayo SMESCO jadikan mabes produk lokal. Jangan mahal-mahal, Pemerintah kan tidak cari untung. Ayo kita bangun sama-sama branding bahwa SMESCO markasnya UMKM dan brand lokal,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Indonesia Local Brand Meet Up, di gedung SMESCO, Kamis (21/12), seperti dilansir kemenkopukm.go.id, Jumat (22/12).

Harapannya dengan menginisiasi Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM) atau SMESCO Indonesia  menjadi mabes produk lokal,  akan banyak konsumen yang berkunjung untuk mendapatkan produk berkualitas dan terjangkau.

Indonesia Local Brand Meet Up merupakan wadah bertemunya para founder brand-brand lokal dengan aggregator dan pemerintah untuk saling bertukar pikiran dalam mewujudkan Gerakan Agregasi Lokal Brand.

Nasionalisme konsumen

Dengan adanya SMESCO sebagai mabes produk lokal, lanjutnya,  diharapkan dapat mendorong nasionalisme konsumen. Dia mencontohkan di Korea Selatan, terdapat kawasan ekonomi khusus untuk UMKM, di mana terdapat 36 pabrik untuk produk UMKM sehingga seluruh kebutuhan UMKM terintegrasi dalam satu tempat.

“Mungkin satu tower ada 145 pabrik, jadi terintegrasi semua sehingga lebih efisien enggak sendiri-sendiri dan based on teknologi. Hal ini bisa kita uji coba di SMESCO, kan sudah ada SMESCO Labo, bisa diperbesar jadi rumah produksi,” kata Teten.

Selain itu, model agregasi harus dikembangkan pada UMKM, mulai dari sisi produksi, distribusi, pasar, membangun brand image hingga ke pembiayaan. ”Agregasi penting bagi pelaku usaha rintisan skala kecil supaya tidak lagi sendiri-sendiri,” ujar Menkop UKM ini lagi.

Teten menjelaskan, soal pembiayaan saat ini sudah ada KUR Klaster yang tidak lagi menerapkan kolateral tapi menggunakan kredit skoring. Selain itu, sudah ada koperasi multi pihak untuk memudahkan dalam pengadaan bahan baku, pembiayaan, hingga logistik.

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan, pemerintah saat ini sedang mengatur arus masuk barang impor agar dapat melindungi produk UMKM, sehingga tidak kalah dengan produk luar negeri baik yang dijual secara online maupun online.

“Perdagangan secara elektronik kita atur walau ada beberapa yang terganggu awalnya namun kita harus berpikir dalam jangka panjang,” ucap Menteri Teten.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer (CEO) Jakcloth Ruddy Lasut menyampaikan acara Indonesia Local Brand Meet Up ini adalah tempat berbagi ide bagi para pelaku UMKM lokal untuk berkembang bersama.

Ruddy menambahkan keberadaan SMESCO dapat berperan untuk mendukung perkembangan brand-brand lokal.

 “Menurut saya dengan adanya Gedung SMESCO ini, dapat memfasilitasi event-event seperti jakcloth dan event-event lain yang sama-sama mendukung perkembangan brand-brand lokal,” katanya. (SG-1)