PLATFORM digital sangat berperan dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Selain dapat mendorong omzet naik, juga menciptakan lapangan kerja baru.
Pada Desember 2023, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melakukan studi berjudul “Peran Platform Digital terhadap Pengembangan UMKM di Indonesia” yang menganalisis peran platform digital terhadap kinerja UMKM.
Pengambilan data menggunakan survei online pada 254 pelaku UMKM yang tersebar di wilayah Pulau Jawa, yaitu Jabodetabek dan non Jabodetabek; serta beberapa wilayah di luar Pulau Jawa
“Hasil survei menunjukkan UMKM mengalami peningkatan omzet tahunan dan berhasil menciptakan lapangan kerja baru, setelah mereka mulai melakukan digitalisasi dalam bisnisnya,” tulis Peneliti Center digital Economy and SMEs INDEF, Izzudin Al Farras, dalam Press Release INDEF yang dilansir indef.or.id, Kamis (25/1).
Bertepatan dengan peluncuran hasil studi tersebut, di hari yang sama INDEF mengadakan diskusi publik dengan menghadirkan beberapa narasumber yakni
Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Koperasi dan UKM Dr. Riza Damanik,
Prof. Puji Wahono - Guru Besar Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta Prof. Puji Wahono, Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto, dan Izzudin Al Farras.
Strategi utama kembangkan bisnis
Lebih lanjut, Izzudin memaparkan beberapa temuan utama dari studi tersebut, antara lain para pelaku UMKM kini sudah semakin sadar dengan pentingnya digitalisasi bisnis.
Hasil studi menunjukkan sebanyak 33,86% UMKM yang awalnya hanya berjualan secara offline, kemudian memutuskan untuk memperluas bisnisnya secara daring (online).
“Sebanyak 61,02% UMKM memanfaatkan kanal offline dan online secara bersamaan sebagai media promosi sejak awal membangun usaha. Dan hanya 5,12% yang memanfaatkan platform digital sebagai satusatunya sarana dalam berjualan,” tambahnya.
Sementara aplikasi media sosial (56,30%) dan aplikasi e-commerce (47,64%) adalah dua platform online yang paling banyak digunakan oleh UMKM untuk berjualan.
Studi INDEF juga menunjukkan Shopee (50%) menjadi platform digital paling banyak digunakan oleh responden UMKM untuk berjualan online dalam satu tahun terakhir, diikuti oleh aplikasi media sosial seperti Facebook Marketplace (33,86%) dan Instagram Shop (28,74%) menempati posisi kedua dan ketiga secara berurutan.
“Saat responden hanya dapat memilih satu platform utama untuk berjualan secara online, Shopee (36,22%) menjadi aplikasi yang paling sering digunakan oleh pelaku UMKM, kemudian Facebook Marketplace (18,50%) menempati posisi kedua dan aplikasi Online Food Delivery (16,93%) seperti GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood di posisi ketiga,” tulis rilis tersebut.
Saat ditanya apa alasan utama para pelaku UMKM menerapkan digitalisasi dalam bisnisnya, sebagian besar (79,13%) menjawab demi kepraktisan dalam berjualan dan untuk exposure/traffic yang lebih luas (72,83%)
Mereka juga percaya bahwa potensi pertumbuhan bisnis yang lebih cepat (69,69%) Aplikasi media sosial Facebook dan Instagram ini memungkinkan para penggunanya melakukan pemasaran produk/bisnisnya melalui berbagai fiturnya, seperti Feed, Story, maupun Marketplace/Shop. Namun, transaksi jual-beli akan tetap berlangsung di luar aplikasi media sosial tersebut, atau secara tidak langsung.
Bantu Tingkatkan pendapatan
Hasil survei menunjukkan UMKM mengalami peningkatan omzet tahunan dan berhasil menciptakan lapangan kerja baru, setelah mereka mulai melakukan digitalisasi dalam bisnisnya.
Sebanyak 88,37% pelaku UMKM mengaku sebelumnya hanya berjualan offline kemudian mengalami peningkatan omzet rata-rata tahunan setelah melakukan digitalisasi bisnis. Sebanyak 66,28% diantara UMKM tersebut mengalami kenaikan omzet rata-rata tahunan hingga 50%.
“Dari hasil studi itu terlihat pelaku UMKM yang telah menerapkan digitalisasi bisnis sejak awal membuka usaha juga mengalami peningkatan omzet rata-rata tahunan. Sebanyak 99,40% responden UMKM dalam kategori ini mengalami peningkatan omzet rata-rata tahunan dibanding dengan awal mula mereka memulai usaha. 87,50% diantara UMKM tersebut mengalami kenaikan omzet rata-rata tahunan hingga 50%.”
Lapangan Kerja Baru
Sementara itu, terkait penyediaan lapangan kerja, sebanyak 24,42% pelaku UMKM yang sebelumnya hanya berjualan secara offline mengaku mengalami penambahan jumlah tenaga kerja setelah melakukan digitalisasi. Dan 71,43% diantara mereka berhasil menambah tenaga kerja hingga 2 orang.
Penambahan tenaga kerja juga dialami oleh pelaku UMKM yang telah menerapkan digitalisasi bisnis sejak awal membuka usaha. 25,60% responden UMKM dalam kategori ini menyatakan bahwa mereka mengalami penambahan jumlah tenaga kerja dibanding dengan awal mula mereka memulai usaha. 69,05% diantara UMKM tersebut mengalami penambahan tenaga kerja hingga 2 orang.
Shopee paling banyak
Untuk mendukung kemampuan pelaku UMKM dalam mengoptimalkan penggunaan platform digital, perusahaan e-commerce meluncurkan sejumlah program pelatihan UMKM.
“Studi ini turut menganalisis pengetahuan UMKM terkait program pelatihan tersebut yakni 34,65% UMKM mengetahui adanya program pelatihan yang diadakan oleh perusahaan e-commerce. Dan dari beberapa jenis program pelatihan UMKM yang diadakan e-commerce, program pelatihan UMKM yang diadakan oleh Shopee menjadi program paling banyak diketahui oleh UMKM,” tulis rilis itu lagi.
Tiga program UMKM yang paling banyak diketahui oleh pelaku UMKM adalah Kampus UMKM (Ekspor) Shopee (25,98%), Program Ekspor Shopee (17,32%), dan Sekolah Kilat Seller Tokopedia (6,30%%). (SG-1)