Humaniora

Diperlukan Fulfillment Center UMKM untuk Perlancar Distribusi Logistik

Dengan mempelajari cara kerja Fulfillment Center di Belanda, diharapkan Indonesia dapat mengadopsi cara-cara itu agar mampu membangun kawasan Fulfillment Center UMKM yang ideal.

By Sokoguru  | Sokoguru.Id
23 Januari 2024

INDONESIA memerlukan Fulfillment Center UMKM, sebuah media atau platform untuk mengatasi permasalahan-permasalahan logistik. Pasalnya, saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan dalam digitalisasi produk, yakni biaya ongkos logistik terbilang mahal. 

 

Hal tersebut disebabkan proses untuk pembelian atau pengiriman barang masih dilakukan secara end-to-end antara penjual dan pembeli secara langsung, yang menyebabkan tidak ada subsidi dan tidak ada kemudahan yang diberikan oleh platform. 

 

“Untuk itu diperlukan Fulfillment Center UMKM, yakni platform untuk mengatasi permasalahan-permasalahan logistik yang sudah disebutkan tadi,” kata Menteri Koperasi dan UKM  (MenKopUKM) Teten Masduki, dalam kunjungan kerjanya di ke  Zutphen, Den Haag, Belanda, untuk meninjau kegiatan e-Commerce Fulfillment Center, Senin (22/1, seperti dilansir kemenkopukm.go.id.

 

Ketika pengiriman produk masih bersifat mandiri, lanjutnya, dan kurangnya infrastruktur logistik, IT, serta konektivitas laut, darat, dan udara, semua itu menjadi penyebab biaya logistik mahal. 

 

Teten turut mengapresiasi inisiasi kehadiran Indonesia In Your Hand dalam e-Commerce Fulfillment Center yang menjadi jembatan bagi produk Indonesia go global terutama untuk mendukung produk lokal menembus pasar Eropa.

 

Indonesia In Your Hand merupakan sebuah marketplace yang khusus menjual produk Indonesia di luar negeri dan memiliki kantor di Amsterdam, Belanda dan Sydney, Australia. Dengan adanya keberadaan e-Commerce Fulfillment Center, Zutphen menjadi kota industri logistik di Belanda, yang berfungsi sebagai Pan-European Logistic Hub. 

 

“Saya mengapresiasi langkah inisiatif Indonesia in Your Hand yang telah beroperasi di Belanda. Hal ini menjadi langkah solutif untuk membantu memasarkan produk industri dan UKM lokal, yang ingin produknya Go Global terutama yang produknya sesuai dengan market Eropa,” tambah Teten.

 

Lebih lanjut, ia memaparkan, sebanyak 47,8% UMKM mengalami kesulitan pengiriman, karena lokasi penerima jauh dari lokasi penjual, sehingga durasi pengiriman yang cepat membantu ketahanan barang khususnya bagi UMKM makanan,” ujarnya.

 

Teten menambahkan, dengan mempelajari cara kerja Fulfillment Center yang berlokasi di negara maju seperti Belanda, yang sudah memiliki infrastruktur secara mumpuni. Diharapkan Indonesia dapat mengadopsi cara-cara itu agar mampu membangun kawasan Fulfillment Center UMKM yang ideal. 

 

Dengan keberadaannya, biaya logistik, biaya pengemasan, hingga inventory bisa ditekan dan lebih hemat serta menjangkau dengan lebih efisien. 

 

“Pada akhirnya, keberadaan Fulfillment Center akan mampu mendorong penurunan harga produk UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat tanpa mengabaikan kualitasnya,” kata Menteri Teten.

 

UKM tumbuh 

 

Lebih jauh MenKopUKM menekankan, dalam hal populasi, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Pada 2023, populasi Indonesia  mencapai 278,69 juta orang. 

 

Dalam hal perkembangan, Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi negara maju pada 2030. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan daya saing Indonesia. 

 

Infrastruktur untuk konektivitas dan inovasi menjadi prioritas Pemerintah, banyak pencapaian yang telah dicapai di bidang infrastruktur. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, di antara negara-negara G-20, Indonesia adalah yang kedua terbesar setelah Ciina, yang pertumbuhan ekonominya  5,3%. 

 

“Saya yakin pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dipertahankan sekitar 4,5% - 5,3%. Indonesia juga berhasil memimpin G20 pada 2022. Tahun 2023, Indonesia juga menjadi Presidensi ASEAN,” katanya.

 

Dalam kaitannya dengan kerja sama dan pembangunan UKM, di mana dalam kepemimpinannya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) telah mencoba yang terbaik untuk mempromosikan koperasi modern dan harus terlibat dalam ekonomi digital, demikian juga UKM. 

 

“Pertumbuhan perusahaan-perusahaan kecil juga sangat mengejutkan. Pada 2009, ada 52,77 juta UKM dan pada t2013 telah menjadi 57,9 juta UKM atau tumbuh sekitar 2,41% persen per tahun dan tahun 2023 telah mencapai 64 juta UKM,” kata MenKopUKM.

 

Peran UKM tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk penciptaan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan. UKM telah berkontribusi lebih dari 97,2 persen untuk penciptaan pekerjaan dan 60,5 persen untuk GDP.

 

UKM Inovatif

 

Tak hanya itu, pada 2023, pada beberapa kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia akan melakukan hilirisasi industri secara menyeluruh di semua sektor, termasuk UKM. Menurutnya dengan hilirisasi Indonesia dapat memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan per kapita per tahun. 

 

Berdasarkan data Bappenas, jika hilirisasi industri berjalan lancar, pendapatan per kapita Indonesia dalam 15 tahun mendatang akan mencapai 15.800 per dolar Amerika Serikat (AS) dan akan melonjak lagi sebesar 25.000 per dolar AS per tahun pada 2045.

 

MenKopUKM menuturkan, mayoritas UKM di Indonesia adalah milik pelaku usaha mikro dan kecil. Untuk itu fokus pemerintah dalam mempromosikan UKM Indonesia adalah memperluas akses ke keuangan (bank dan non-bank, termasuk koperasi), meningkatkan produk standardisasi dan sertifikasi mereka untuk akses pasar, meningkatkan teknologi dan inovasi untuk produktivitas dan daya saing mereka. 

 

“Kewirausahaan adalah salah satu program prioritas kami untuk mendorong pengembangan pengusaha muda untuk mengurangi pengangguran,” katanya.

 

Kemudian mempromosikan UKM inovatif melalui peran Inkubator Bisnis dan Teknologi juga penting untuk menciptakan UKM yang kompetitif. Namun diakuinya, kapasitas Bisnis dan Teknologi Inkubator Indonesia masih relatif kurang di belakang negara-negara lain di ASEAN. 

 

“Untuk itu, kami ingin belajar dari pihak Belanda tentang mempromosikan UKM inovatif melalui peran Inkubator Bisnis dan Teknologi,” tuturnya.

Lebih dari itu kata MenKopUKM, untuk menjadi pusat pertanian dan budidaya perairan global, ASEAN menghadapi tantangan dalam menyediakan ekosistem bisnis yang memfasilitasi usaha mikro dan kecil untuk tumbuh dan berkembang melalui koperasi dan kemitraan rantai pasok. 

 

“Saya tahu Belanda sangat kuat di rantai nilai global. Selama kunjungan ini, kami juga ingin mengunjungi beberapa UKM di Belanda yang terkait dengan rantai pasokan global, terutama di industri pertanian, akuakultur, dan manufaktur,” ucap Menteri Teten. (SG-1)