Ekonomi

Tekan Harga, Pemkot Surabaya Pasok Cabai Rawit dari Kelompok Tani

Kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, kekeringan di daerah penghasil, dan serangan hama. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
30 Juli 2024
Pedagang cabai rawit di sebuah pasar di Subaya, Jawa Timur. (Ist//mili.id)

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah proaktif untuk mengatasi lonjakan harga cabai rawit di pasaran dengan menambah pasokan melalui kelompok tani lokal. 

 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit di tingkat petani mencapai Rp 69 ribu per kilogram pada Senin (29/7).

 

Menurut Antiek, kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, kekeringan di daerah penghasil, dan serangan hama. 

 

Baca juga: Tekan Inflasi, Pemkot Bandung Gelar Tanam Cabai dan Bawang Serentak di Seluruh Kecamatan

 

Selain itu, banyak petani di daerah penghasil baru saja selesai menanam dan membutuhkan waktu hingga panen tiba. 

 

"Untuk mengetahui kondisi harga, kita rutin melakukan pengecekan harga pangan di pasar," jelas Antiek dalam keterangan pers yang dilansir situs Pemkot Surabaya, pada Selasa (30/7).

 

Kebutuhan cabai di Kota Surabaya sangat besar, dengan konsumsi cabai besar mencapai 270 ton per bulan dan cabai rawit mencapai 391 ton per bulan. 

 

Pasokan cabai ini sebagian besar didapat dari daerah penghasil seperti Kediri, Malang, Blitar, dan Provinsi Jawa Tengah.

 

Baca juga: Cek Harga dan Stok Bahan Pokok di Pasar Tanjungbalai, Presiden Sebut Cabai Masih Naik

 

Untuk menambah pasokan, Pemkot Surabaya memanfaatkan lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) dan Hutan Raya untuk penanaman cabai bersama kelompok tani. 

 

“Petani yang kita dorong ada di Made, Pakal, dan Lakarsantri. Kami juga mendorong petani urban farming yang menanam di pekarangan rumah atau yang memanfaatkan lahan fasilitas umum,” ungkap Antiek.

 

Langkah ini diharapkan bisa mengurangi harga cabai yang tinggi di pasar. 

 

Pemkot juga mengatur pola tanam berdasarkan tren kenaikan harga yang biasanya terjadi menjelang hari besar atau saat musim yang tidak mendukung produksi cabai.

 

Antiek juga mendorong warga untuk melakukan gerakan menanam cabai di rumah mereka masing-masing, minimal dalam dua pot. 

 

Baca juga: Kementan Sumbang Bibit Tanaman Cabai untuk Gerakan Tanam Cabai di Yogyakarta

 

“Ini bisa mencukupi kebutuhan sendiri dan mengurangi permintaan di pasar. Biasanya kebutuhan terbesar datang dari rumah makan atau restoran,” tambahnya.

 

Informasi dari Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri menunjukkan adanya penurunan produksi cabai, yang menyebabkan kenaikan harga sejak akhir Juni. 

 

Diprediksi harga cabai akan tetap tinggi hingga minggu ketiga Agustus 2024 karena adanya jeda masa panen.

 

Langkah-langkah yang diambil Pemkot Surabaya ini diharapkan bisa membantu menstabilkan harga cabai di pasaran dan meringankan beban masyarakat yang terdampak oleh lonjakan harga tersebut. (SG-2)