Ekonomi

Sektor Kelautan dan Perikanan Sangat Menentukan Swasembada Pangan Indonesia

Menteri Sakti Wahyu Trenggono mengatakan potensi pangan biru akan dioptimalkan melalui pelaksanaan lima program ekonomi biru. Dua program tersebut sudah berjalan di perairan timur Indonesia.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
11 Desember 2024
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (kiri) dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada acara  Indonesia Marine and Fishery Business Forum (IMBF) 2024 bertajuk Blue Food Competent Authority Dialogue di Jakarta, Selasa (10/12). (Dok. KKP)

PRODUK perikanan Indonesia sejauh ini telah menjangkau 133 negara di dunia dengan nilai ekspor tahun 2023 mencapai USD 5,6 miliar. Sektor kelautan dan perikanan juga akan sangat menentukan swasembada pangan Indonesia.

 

Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengoptimalkan potensi pangan biru untuk mendukung swasembada pangan nasional dan memenuhi kebutuhan pasar perikanan global. 

 

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengutarakan optimismenya pada kemajuan sektor kelautan dan perikanan nasional dalam pencapaian target swasembada pangan tahun 2027. 

 

Baca juga: Di Indonesia Marine and Fishery Business Forum 2024, KKP akan Pamerkan Produk Bermutu

 

“Salah satu contoh konkrit yakni tahun depan Indonesia tidak lagi mengimpor garam konsumsi. Dengan stok produksi 800 ribu ton, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan garam konsumsi yang jumlahnya sekitar 500 ribu ton,” ujarnya dalam sambutan pada acara Indonesia Marine and Fishery Business Forum (IMBF) 2024 bertajuk Blue Food Competent Authority Dialogue di Jakarta, Selasa (10/12).

 

Ia pun mengapresasi program dan agenda yang dilakukan KKP. Zulkifli juga memuji program KKP merevitalisasi tambak Pantura Jawa untuk kegiatan budi daya nila salin seperti yang sudah berjalan pada modeling Budi Daya Ikan Nila Salin (BINS) Karawang, Jawa Barat. 

 

Adopsi teknologi budi daya modern BINS pada program revitalisasi akan menghasilkan perikanan berkualitas dengan mutu yang teruji. 

 

Baca juga: KKP Lindungi Kekayaan Intelektual Produk Olahan Perikanan UMKM

 

Potensi Pangan Biru

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengatakan, potensi pangan biru akan dioptimalkan melalui pelaksanaan lima program ekonomi biru. 

 

Lewat program tersebut, produk perikanan di hulu yang ditopang oleh kegiatan budi daya dan penangkapan ditransformasi pengelolaannya melalui kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota dan pembangunan modeling budi daya berkelanjutan.

 

Dua program tersebut sudah berjalan di perairan timur Indonesia untuk penangkapan ikan terukur, sedangkan modeling budidaya perikanan berkelanjutan telah menghasilkan rumput laut, udang, dan nila salin dengan kualitas ekspor. 

 

Baca juga: Gelar Bimtek Kewirausahaan dan Akses Pembiayaan, KKP Perkuat Ekonomi Keluarga Pesisir

 

"Peningkatan kualitas produksi hasil perikanan di hulu pun dibuktikan dengan penerapan standar produksi yang baku, seperti implementasi CBIB, CPIB, CPPIB untuk kegiatan budidaya," kata Menteri Trenggono. 

 

Selain itu, sambungnya,  KKP melalui Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BBPHMKP) melakukan penjaminan mutu produk perikanan yang dihasilkan. Badan ini bertugas memastikan bahwa semua produk perikanan Indonesia berkualitas dan aman konsumsi. 

 

“Pangan biru itu salah satu sektor pangan yang berasal dari perikanan yang dihasilkan dari perairan darat dan laut. Ini yang terus kami kembangkan untuk swasembada. Dalam neraca komoditas, sektor perikanan pun selalu positif, surplus dan impornya sangat kecil untuk komoditas yang tidak ada di dalam negeri,” imbuhnya. 

 

Sejauh ini produk perikanan Indonesia telah merambah 133 negara dengan nilai ekspor tahun 2023 mencapai USD 5,6 miliar. Produk terserap paling banyak adalah udang, tuna cakalangan tongkol, cumi sotong gurita, rajungan kepiting, dan rumput laut. Ini menandakan produk perikanan Indonesia selama ini diperhitungkan dalam memenuhi kebutuhan protein berbasis hasil perikanan. 

 

“Kami ingin peningkatan produksi juga seiring dengan peningkatan kualitas yang akan berdampak pada akses pasar serta mendukung program nasional di dalam negeri,” tambah Menteri Trenggono.

 

Menteri KP itu optimistis nilai ekspor akan semakin tinggi, begitupun dengan jumlah negara-negara yang menyerap produk perikanan Indonesia. 

 

Sampai dengan November 2024, telah terdaftar 2.406 unit pengolah ikan yang memiliki nomor registrasi ke negara mitra dalam rangka pemenuhan persyaratan ekspor, serta memperkaya portofolio Indonesia dalam kesetaraan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 

 

Sinergi Lebih Kuat

Sementara itu, Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan, Didit Herdiawan, menambahkan, kegiatan IMFBF yang ketiga kalinya tahun ini untuk menjalin sinergi yang lebih kuat dengan stakeholder perikanan dari dalam dan luar negeri. 

 

Optimalisasi potensi pangan biru sekaligus untuk mendukung program prioritas pemerintah yakni Makan Bergizi Gratis. 

 

“Ini tujuannya untuk memperkuat kolaborasi yang efektif dan saling menguntungkan di kalangan negara-negara yang memiliki kaitan dengan perikanan global,” ujar Didit.

 

IMFBF dengan tema Blue Food Competent Authority Dialogue dihadiri ratusan tamu undangan  dan pembicara dari dalam dan luar negeri. Di antaranya para duta besar, konselor perdagangan dan ekonomi negara-negara sahabat, hingga para pelaku usaha. 

 

Acara itu juga dihadiri perwakilan Badan Pangan Dunia (FAO) untuk Indonesia, serta Delegation of European Union for Indonesia and Brunei Darussalam, Directorate for Seafood Safety US-FDA. (SG-1)