Ekonomi

Kemeriahan Pesta Persib Juara Bawa Berkah Buat Rahmat Doank

Rahmat bukan satu-satunya. Puluhan pedagang bendera lainnya juga merasakan berkah yang sama, menggantungkan hidup mereka pada momen-momen spesial seperti ini.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
05 Juni 2024
Penjual bendera Persib, Rammat Doank, asal Leles, Garut, Jawa Barat, meraup berkah dari pawai dan pesta kemenangan Persib. (SG/Fajar Ramadan)

BANDUNG akhir pekan lalu tak hanya dipenuhi semangat juara, tetapi juga menjadi 'lautan biru; yang bergelombang di setiap sudut kota.

 

Bobotoh Persib, dengan semangat Viking yang tak pernah padam, berkumpul dari pelosok pemukiman, gang-gang kecil, hingga jalan-jalan besar, mengibarkan bendera Persib dan meneriakkan "Persib nu aing, Juara".

 

Setelah satu dekade menunggu, akhirnya Persib kembali meraih gelar juara Liga 1, membawa kebahagiaan yang sulit tergantikan bagi masyarakat Bandung.

 

Di tengah euforia ini, Rahmat Doank, pria berusia 41 tahun asal Leles, Garut, menjalani hari yang sibuk namun memuaskan.

 

Baca juga: Pawai Kemenangan Persib Ubah Kota Bandung Jadi Lautan Biru

 

Di bawah kibaran bendera-bendera biru, Rahmat tersenyum lebar. Dengan tas selempang yang tampak penuh, sesekali ia bangkit dari duduknya, memberikan uang kembalian kepada para pelanggan.

 

Dengan bermodalkan tali rafia untuk menggantung bendera, halaman gerbang Biara Ursulin di Jalan Supratman, Kota Bandung, disulap menjadi etalase bendera untuk bobotoh yang hendak menyaksikan Persib juara.

 

Di jalanan yang minim penerangan, rezeki Rahmat sangat terang malam itu. Rahmat, yang telah menjalankan usaha musiman menjual bendera Persib sejak tahun 1994, kembali merasakan manisnya usaha ini.

 

"Saya sudah jualan bendera Persib sejak Persib juara tahun 1994, 2014, dan sekarang 2024," tutur Rahmat dengan rambut pirangnya yang khas kepada sokoguru.id,

 

Baca juga: Konvoi Mapag Persib Juara Liga 1 2023, Inilah Rute dan Jadwal di Bandung

 

Bendera-bendera yang dijual Rahmat beragam ukuran, mulai dari yang kecil hingga yang besar, dengan harga berkisar antara Rp. 20 ribu hingga Rp 50 ribu.

 

Usahanya hidup dari momen-momen penting seperti pertandingan Persib atau perayaan hari kemerdekaan Indonesia.

 

Hari itu, setelah 9 jam berdagang, Rahmat berhasil menjual 20 kodi bendera dengan total penjualan mencapai sekitar Rp3  juta..

 

"Dari pagi, alhamdulillah 20 kodi terjual, sekitar 3 jutaan lebih," ucap Rahmat dengan mata berbinar.

 

Rahmat bukan satu-satunya. Puluhan pedagang bendera lainnya juga merasakan berkah yang sama, menggantungkan hidup mereka pada momen-momen spesial seperti ini.

 

Baca juga: Persib Juara Liga 1: Euforia Bobotoh Banjiri Kota Bandung

 

Para pengrajin bendera dari Kampung Cangkuang, Kampung Sayuran, dan Kampung Dano di Leles, Garut, telah melanjutkan tradisi ini dari generasi ke generasi.

 

Kampung Bendera di Jawa Barat ini pernah mencuat di media pada awal 2022, ketika Ridwan Kamil membangun Monumen Bendera Merah Putih Asli Garut, menandakan kawasan tersebut sebagai sentra pengrajin bendera di Jawa Barat.

 

Tradisi membuat bendera merah putih ini diwariskan oleh pelopornya, almarhum Ocid dan almarhum Endik, yang awalnya membuat bendera secara sembunyi-sembunyi di atap rumah.

 

Kini, Rahmat menghidupi keluarga dari usahanya sebagai pengrajin bendera. "Bendera-bendera dari kampung kami juga dipasarkan se-Indonesia, dan memang asli Garut semuanya," tuturnya.

 

Namun, usaha ini tidak tanpa tantangan. Ketika momen HUT Kemerdekaan RI tiba, permintaan bendera merah putih melonjak.

 

Tetapi sering kali Rahmat kesulitan mendapatkan bahan karena pabrik-pabrik telah menjualnya kepada pengusaha besar.

 

"Kita biasanya mulai melapak di bulan Juli, tapi kalau momen seperti itu bahan kadang susah karena sudah di-stock sama perusahaan lain," katanya.

 

Rahmat berharap ada dukungan dari pemerintah untuk mengatur stok bahan agar pengrajin kecil seperti dirinya bisa kebagian.

 

Sembilan bulan lalu, pengrajin di sana juga menghadapi masalah lain: kesenjangan teknologi. Penjualan daring mulai menggeser penjualan konvensional, membuat banyak pengrajin kecil merugi.

 

"Harapannya ada support dari pemerintah untuk juga mengatur stok agar pengrajin kecil seperti kami kebagian bahan juga. Ya juga ada semacam bantuan dari pemerintah untuk membuat usaha kami lebih berkembang," harapnya.

 

Monumen bendera yang didirikan bukan sekadar menjadi kebanggaan, tetapi diharapkan juga menjadi simbol dukungan nyata pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup para pengrajin bendera di sana.

 

Di tengah gemerlap euforia juara Persib, perjuangan Rahmat dan para pengrajin bendera menjadi kisah yang tak kalah penting, menyentuh hati di balik kibaran bendera-bendera biru yang memeriahkan Kota Bandung.(Fajar Ramadan/SG-2)