Ekonomi

Hak Atas Kekayaan Intelektual Harus Menjadi Kekuatan dalam Pengembangan Usaha

Ekonomi kreatif di Indonesia dan banyak negara lain akan menjadi tulang punggung masa depan dan  kekuatan ekonomi inklusif. HaKI menjadi penting sebagai alat perlindungan  barang dan jasa yang diproduksi, sekaligus untuk optimalisasi bisnis UMKM dan industri kreatif.
 

By Sokoguru  | Sokoguru.Id
12 Januari 2024

HAK atas Kekayaan Intelektual (HaKI) harus menjadi kekuatan utama dalam pengembangan usaha bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, di Kabupaten Badung, Bali, dan Indonesia pada umumnya. 

“HaKI merupakan peluang bagi pelaku usaha ekonomi kreatif di Kabupaten Badung untuk bisa meningkatkan kualitas produk, daya saing, serta memperluas peluang untuk mengembangkan pasar,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno saat menjadi pembicara kunci pada kegiatan Kelana Nusantara, di  D'Wika Resto, Badung, Bali, Kamis (11/1), seperti dilansir kemenparekraf.go.id, Jumat (12/1).

Menurutnya, HaKI perlu disikapi secara serius oleh pelaku ekraf (ekonomi kreatif) di Kabupaten Badung agar produk mereka memiliki perlindungan hukum dan tentunya semakin berkembang. 

Lebih lanjut, Presiden dalam gelaran World Conference and Creative Economy (WCCE) 2022 di Bali itu menyampaikan ekonomi kreatif di Indonesia dan banyak negara lainnya akan menjadi tulang punggung masa depan dan diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi yang inklusif. 

“Itulah sebabnya keberadaan HaKI menjadi penting karena tidak hanya sebagai alat perlindungan dari barang dan jasa yang diproduksi, tapi juga untuk optimalisasi bisnis UMKM dan industri kreatif,” imbuh Sandiaga. 

 

Ia mengatakan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2022, pelaku ekonomi kreatif dimungkinkan mengajukan hak kekayaan intelektual sebagai objek pembiayaan. 

"Karena sekarang hak atas kekayaan intelektual dan sertifikasi halal menjadi sebuah peluang untuk para UMKM untuk naik kelas," katanya lagi. 

Program Kelana Nusantara, sambung Sandiaga, menjadi sarana yang disiapkan Kemenparekraf/Baparekraf bagi pelaku usaha untuk menyampaikan aspirasi dan kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha. Pelaku UMKM juga dapat membangun jejaring yang lebih kuat antara sesama pelaku ekonomi kreatif, pemerintah kota, dan pemerintah pusat.

"Kegiatan Kelana Nusantara ini hadir di Badung agar kendala-kendala yang dihadapi pelaku usaha bisa langsung diatasi dengan konsep kolaborasi," jelasnya.

Kembangkan daerah lain

Terkait aktivitas wisatawan yang saat ini lebih banyak terpusat di daerah Badung bagian selatan, Menparekraf mendorong agar pelaku usaha mengembangkan usaha di daerah Badung lainnya. Apalagi Kabupaten tersebut memiliki sejumlah desa wisata yang telah masuk dalam jejaring desa wisata (Jadesta) Kemenparekraf, diantaranya Desa Wisata Bongkasa Pertiwi juga Desa Wisata Munggu yang dapat dimaksimalkan sebagai atraksi unggulan. 

"Kita mungkin bisa bekerja sama dengan travel untuk kembangkan paket perjalanan, sehingga traffic ini tidak menumpuk di satu titik tapi kita bisa distribusikan destinasi-destinasi wisata lainnya," kata Sandiaga.

Di acara yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, mengatakan, selama pandemi sektor ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Karenanya kekuatan ekonomi kreatif harus terus dijaga dan diperkuat melalui kolaborasi.

"Kita ini jangan berkompetisi, kita harus saling bekerja sama tapi tentu juga yang perlu diingat adalah pelaku usaha harus mampu memunculkan diferensiasi dari setiap produk yang diciptakannya. Kedepan, harapannya bagaimana ekonomi kreatif ini dapat kita kembangkan menjadi kelas dunia," ujarnya. 

Turut mendampingi Menparekraf, Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Oneng Setyaharini. Hadir pula Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa; dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Bapak I Nyoman Rudiarta. (SG-1)