Ekonomi

Di Tengah Perlambatan Ekonomi Dunia , Perekonomian RI 2024 Diperkirakan Tumbuh 5,2%.

Wilayah berbasis hilirisasi masih terus mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional, seperti Sulawesi, wilayah Maluku dan Papua tumbuh tinggi masing–masing sebesar 6,37% dan 6,94%. 
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
08 Februari 2024
Dok. Kemenkeu

PEREKONOMIAN Indonesia di Tahun 2023 secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan yang kuat di kisaran 5,05%. Tidak hanya kuat, pertumbuhan ekonomi juga berkualitas. 

 

Hal itu ditunjukkan dengan menurunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Perekonomian Indonesia juga diperkirakan masih tumbuh kuat pada 2024 yakni  sebesar 5,2%.

 

 

Demikian disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  dalam siaran pers Rabu (7/2) yang dilansir kemenkeu.go.id.  

 

 

Pemerintah, lanjutnya, tetap akan terus memantau risiko perlambatan perekonomian dunia yang diperkirakan masih berlanjut pada 2024. Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2024, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,1% pada 2023 dan 2024. 

 

“Dari sisi domestik, inflasi yang diperkirakan relatif stabil, dampak dari penyelenggaraan Pemilu 2024 terhadap konsumsi masyarakat maupun konsumsi Pemerintah, serta kebijakan sektor perumahan yang sudah digulirkan Pemerintah pada triwulan IV-2023 akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan 2024,” imbuh Srimulyani. 

 

Berdasarkan dinamika global dan potensi perekonomian domestik itulah, sambungnya, perekonomian Indonesia diperkirakan masih tumbuh kuat pada 2024 yakni sebesar 5,2%. Sejalan dengan hal tersebut, APBN 2024 berperan untuk meredam gejolak eksternal dan diarahkan untuk mempercepat transformasi ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan.

 

 

Kinerja positif

 

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan perekonomian Indonesia menunjukan kinerja positif dengan tumbuh kuat dan stabil meski berada dalam situasi ekonomi global yang melambat dan penuh ketidakpastian. 

 

Hal itu tentu tidak lepas dari peran APBN sebagai shock absorber dalam menjaga daya beli masyarakat dan tingkat inflasi yang terkendali. Pemerintah merespons tanda-tanda perlambatan ekonomi sebagai dampak dari pelemahan global melalui paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. 

 

“Alhamdulillah meski tahun 2023 pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan melambat signifikan, ekonomi Indonesia mencatatkan konsistensi tren pertumbuhan yang sangat baik, ditopang oleh aktivitas permintaan domestik yang masih kuat, khususnya aktivitas konsumsi dan investasi”, jelas Sri Mulyani.

 

Sepanjang 2023, lanjutnya, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama perekonomian juga tumbuh sebesar 4,82% dan pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) pada triwulan IV-2023 tumbuh positif sebesar 2,81% setelah sempat terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Dengan demikian, konsumsi Pemerintah sepanjang tahun 2023 tumbuh sebesar 2,95%.

 

Sementara, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tercatat sebesar 4,4% secara tahunan, atau menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Percepatan penyelesaian Proyek Strategis Nasional, aktivitas belanja modal Pemerintah, hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan sektor swasta turut andil menjaga kinerja positif investasi. 

 

Selain itu, Kondisi infrastruktur yang semakin meningkat, kinerja ekonomi makro yang sangat baik, serta stabilitas sosial politik yang terjaga menjadi faktor utama menjaga keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi. 

 

Selanjutnya, ekspor riil pada triwulan IV-2023 tumbuh positif di angka 1,64%  dan 1,32% secara tahunan, didorong oleh meningkatnya ekspor barang migas dan jasa serta peningkatan jumlah wisman. 

 

Volume ekspor nonmigas, ekspor kendaraan dan bahan bakar mineral juga turut tumbuh di sepanjang 2023. Di sisi lain, impor barang pada triwulan IV-2023 masih terkontraksi sebesar 1,65% secara tahunan.  

  

Dari sisi produksi, pertumbuhan positif juga tercatat di seluruh sektor lapangan usaha baik di triwulan IV-2023 maupun di sepanjang tahun 2023. Kontributor terbesar dari pertumbuhan tersebut adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, dan pertambangan.  

  

Sementara, peningkatan mobilitas masyarakat juga telah mendorong pertumbuhan sektor transportasi sepanjang tahun 2023. Sejalan dengan itu, sektor akomodasi dan makan minum juga tumbuh positif sebesar 10,01% secara tahunan. 

 

Penyelenggaraan berbagai event baik level nasional maupun internasional mendorong daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata. Peningkatan mobilitas juga dipengaruhi oleh musim liburan Natal dan Tahun Baru dan persiapan penyelenggaraan pemilu. 

 

Secara spasial, meskipun seluruh wilayah mencatatkan pertumbuhan positif, namun wilayah berbasis hilirisasi masih terus mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional, seperti Sulawesi, wilayah Maluku dan Papua tumbuh tinggi masing–masing sebesar 6,37% dan 6,94%, didorong oleh produk-produk hilirisasi mineral. Hal serupa juga terjadi di wilayah Kalimantan, Jawa dan Sumatra. (SG-1)