DI tengah guyuran hujan yang tak kunjung reda sejak pagi hari di Kota Bandung tidak menyurutkan antusiasme warga pergi ke Jalan Asia Afrika. Mereka tetap memadati Jalan Asia Afrika, menanti karnaval budaya yang selalu menjadi daya tarik utama festival itu.
Jalan Asia Afrika, yang biasanya dipenuhi hiruk-pikuk kendaraan, kini berubah menjadi panggung terbuka yang meriah.
Meskipun acara sempat terhenti karena hujan, para peserta karnaval tetap menampilkan kreasi budaya dengan penuh semangat kala hujan beranjak reda.
Busana tradisional berwarna-warni, tarian eksotis, hingga parade otomotif yang dihias dengan seni khas Asia dan Afrika, semua berbaur menciptakan pemandangan memukau. Hujan bukan penghalang, melainkan latar yang menambah dramatisnya penampilan mereka.
Baca juga: Diskusi Budaya AAF 2024 Dorong Kolaborasi dan Pertukaran Budaya Antar-Negara Asia Afrika
Di sudut-sudut jalan, pameran UKM menawarkan berbagai produk kreatif dari 17 sub-sektor ekonomi. Terdapat 40 tenant yang memamerkan produk fesyen, kecantikan, serta makanan dan minuman.
Jalan Braga menjadi pusat kegiatan yang dipenuhi oleh pengunjung yang ingin mengeksplorasi kreativitas lokal. Meski payung-payung terbuka di mana-mana, suasana tetap hangat dengan tawa dan obrolan para pengunjung.
Festival tersebut juga menjadi momen penting untuk mengenang sejarah. Berlatar tempat-tempat bersejarah seperti Tugu 0 KM Kota Bandung, Savoy Homann, dan Gedung De Vries.
Tempat-tempat yang tidak hanya menjadi saksi bisu Konferensi Asia Afrika 1955, tetapi juga simbol dari persatuan dan kerjasama antar negara.
Baca juga: Kembali Dibuka, JPO Asia Afrika di Kota Bandung Jadi Spot Instagramable Favorit
Namun, yang paling menakjubkan adalah semangat kebersamaan yang terpancar dari setiap sudut festival. Meskipun cuaca tidak bersahabat, para peserta dan pengunjung tetap hadir dengan semangat yang sama.
“Dibanding tahun sebelumnya meriahan ini, paling bagus, paling mewah.” ungkap Vini, 33, salah seorang pengunjung saat diwawancarai Sokoguru.
Para pengunjung itu tidak menyaksikan pertunjukan, tetapi juga merayakan kebersamaan dan keberagaman budaya. Inilah esensi dari Asia Afrika Festival, sebuah perayaan yang melampaui batas-batas geografis dan cuaca.
Sementara itu, bunga kastuba berwarna merah berjejer menghiasi sepanjang Jalan Asia Afrika jadi terlihat cantik dan asri. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sengaja menempatkan bunga Bunga subtropis tersebut untuk menyambut para delegasi negara Asia Afrika yang akan hadir pada Asia Africa Festival (AAF), 6-7 Juli 2024.
Pemda Kota Bandung menghiasi jalan asia afrika dengan bunga kastuba berwarna merah untuk menyambut delageasi negara Asia dan Afrika yang akan hardir pada Asia Africa Festival (AFF), pada Sabtu-Minggu (6-7 Juli 2024).
Bunga kastuba yang dikenal sebagai poinsettia adalah tanaman subtropis yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah.
Nama Poinsettia diambil dari nama duta besar pertama Amerika Serikat untuk Meksiko, Joel Roberts Poinsett, yang memperkenalkan tanaman hias ini ke AS pada tahun 1825.
Dengan warna-warni yang menarik dan keindahan bunganya yang khas, kehadiran bunga kastuba diharapkan dapat memberikan kebahagiaan dan kedamaian bagi warga kota. (Fajar Ramadan/SG-1))