Ekonomi

Agak Alami Tekanan, Penerimaan Pajak Hingga Pertengahan Maret Capai Rp342,88 Triliun

Industri pengolahan menyumbang kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak yaitu sebesar Rp85,29 triliun atau 25,64%, meski di saat bersamaan juga mengalami kontraksi sebesar 12,3%. 
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 Maret 2024
Dok. Kemenkeu

MENTERI Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan realisasi penerimaan pajak sampai dengan 15 Maret 2024 dilaporkan mencapai Rp342,88 triliun atau setara dengan 17,24% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

 

Dari penerimaan itu, lanjutnya, PPH non migas memberikan kontribusi mencapai Rp203,92 triliun atau 19,18% dari target. Selanjutnya, PPN dan PPNBM berkontribusi sebesar Rp121,92 triliun atau 15,03% dari target, diikuti PBB dan pajak lainnya sebesar Rp2,56 triliun atau 6,79% dari target dan PPH migas Rp14,48 triliun atau 18,95% dari target. 

 

“Penerimaan pajak kita agak mengalami tekanan karena harga komoditas yang menurun mulai dari tahun lalu.  Ini berarti perusahaan-perusahaan kemudian meminta restitusi karena pembayaran masanya mungkin lebih tinggi dibandingkan apa yang akan mereka laporkan pada bulan April nanti. Namun dari sisi bruto, kalau belum dikurangi restitusi kita masih tumbuh 5,74 persen,” Ungkap Menteri Keuangan dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Maret 2024,  di Gedung Juanda Kementerian Keuangan, Senin (25/3), seperti dilansir kemenkeu.go.id.

 

Baca juga: Hadiri World Economic Forum Annual Meeting 2024, Menkeu Srimulyani Bertemu CEO Youtube

 

Berdasarkan jenis pajaknya, sambung Sri, mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil. Seperti halnya PPH 21 berhasil dikumpulkan mencapai Rp 59,91 triliun atau berkontribusi terhadap total penerimaan sebesar 17,47%. 

 

Sementara, berdasarkan sektornya, Menkeu menyebut industri pengolahan menyumbang kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak yaitu sebesar Rp85,29 triliun atau 25,64%, meski di saat bersamaan juga mengalami kontraksi sebesar 12,3%. Hal ini selaras dengan kenaikan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi yang menunjukkan tren positif perekonomian. 

 

“Ini karena adanya restitusi tadi. Kalau tidak ada restitusi industri pengolahan masih tumbuh tipis di 1,9%,” imbuhnya.

 

Baca juga: Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga Laju Ekonomi Domestik Masih Sangat Resilien di 2024

 

Kepabeanan dan cukai

 

Di sisi lain, mengenai penerimaan kepabeanan dan cukai, Menteri Sri Mulyani juga mencatat penerimaan Bea Masuk hingga 15 Maret 2024 mencapai Rp 9,9 triliun atau setara 17,5% dari target APBN. 

 

Untuk Bea Keluar, berhasil dikumpulkan sebesar Rp 3,3 triliun atau setara 19% dari target penerimaan. Untuk penerimaan cukai, berhasil terkumpul sebesar Rp 43,3 triliun atau 17,6% dari total penerimaan. 

 

“Penerimaan cukai terutama dari hasil tembakau mencapai Rp 43,3 triliun. Dari CHT ini Rp 41,7 triliun. Itu artinya dibanding tahun lalu turun 6,5%. Sedangkan untuk cukai MMEA dan EA Rp 1,5 triliun dan Rp 28 miliar. Dalam hal ini, masih relatif di tipis pertumbuhannya,” tukas Menkeu.

 

Sementara, untuk kinerja Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dilaporkan cukup baik dan masih tetap terjaga meski dipengaruhi moderasi harga komoditas. Hingga pertengahan Maret 2024, PNBP berhasil terkumpul sebesar Rp 93,5 triliun atau setara 19 persen dari target APBN.  (SG-1)