Ekonomi

140 Negara Terima Produk Perikanan Indonesia Sepanjang 2024

Tingginya angka penerimaan hasil perikanan Indonesia di pasar global tak lepas dari penerapan sistem jaminan mutu yang ditandai dengan penerbitan sejumlah sertifikat berstandar internasional. 
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
18 Desember 2024
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Ishartini (kiri) dalam konferensi pers akhir tahun, Senin (16/12).  (Dok. KKP)
 

SEBANYAK 140 negara menerima produk  perikanan Indonesia sepanjang tahun 2024. Kinerja baik itu tidak lepas dari peran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang memastikan mutu hasil perikanan memenuhi standar internasional. 

 

Data KKP juga menunjukkan telah memfasilitasi penerbitan 2.324 nomor registrasi unit usaha perikanan ke negara mitra tujuan ekspor sejak Januari hingga 16 Agustus 2024. Negara mitra yang dimaksud meliputi Uni Eropa dan Norwegia, Korea Selatan, Arab Saudi, Tiongkok, Vietnam, Eropa Timur, hingga Kanada. 

 

Selain itu, penerbitan 1.499 nomor registrasi untuk unit pengolah ikan (UPI) yang terdaftar di negara non-mitra melalui otoritas kompeten. 

 

Baca juga: Di Indonesia Marine and Fishery Business Forum 2024, KKP akan Pamerkan Produk Bermutu

 

Demikian disampaikan Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Ishartini dalam konferensi pers akhir tahun di Jakarta.

 

“Nomor registrasi ini diperlukan pelaku usaha yang ingin menyasar pasar ekspor. Berdasarkan data kami, pada semester kedua 2024, produk perikanan telah diterima di 140 dari 190 negara anggota PBB," jelasnya dalam rilis KKP, Selasa (17/12). 

 

Menurut Ishartini, tingginya angka penerimaan hasil perikanan Indonesia di pasar global tak lepas dari penerapan sistem jaminan mutu yang ditandai dengan penerbitan sejumlah sertifikat berstandar internasional. Terdapat belasan ribu sertifikat dalam sembilan kategori yang diterbitkan sepanjang tahun ini.

 

Baca juga: KKP Lindungi Kekayaan Intelektual Produk Olahan Perikanan UMKM

 

Rinciannya, serifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sebanyak 6.254 sertifikat, Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) 2.575 sertifikat, Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) di atas kapal 3.515 sertifikat, Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) 269 sertifikat, Cara Pembuatan Obat Ikan yang Baik (CPOIB) 51 sertifikat dan Cara Distribusi Obat Ikan yang Baik (CDOIB) 32 sertifikat. 

 

Kemudian sertifikasi produk perikanan pasca panen yang terdiri dari Sertifikat kelayakan Pengolahan (SKP) telah terbit 3.558 sertifikat, Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) 4.380 sertifikat dan terakhir layanan Sertifikat Pengelolaan Distribusi Ikan (SPDI). 

 

Fasilitas Laboratorium

Sembilan sertifikasi tersebut terintegrasi dalam Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SJMKHP) sekaligus menjadi bagian dari sistem ketertelusuran (traceability) pada setiap rantai produksi. 

 

Baca juga: Hingga Akhir 2024 KKP akan Terus Bagikan MBG Menu Ikan di 13 Wilayah RI

 

Dikatakannya, sebagai quality assurance BPPMHKP atau Badan Mutu telah memiliki kapasitas laboratorium untuk 34 jenis parameter mutu mulai dari kimia, mikrobiologi, parasit, uji molekuler hingga organoleptik. Sembilan jenis uji laboratorium ini diantaranya mikrobiologi, parasit, logam berat, serta 1 jenis parameter bahan acuan yakni parasit. 

 

"Kami menerapkan standar internasional dan ini dilaksanakan di 46 UPT yang tersebar di seluruh Indonesia," urainya. 

 

Melalui layanan hulu-hilir tersebut memudahkan pelaku usaha yang akan melakukan ekspor hasil perikanan. Ishartini menyebut jajarannya yang berada di pusat maupun UPT, siap memberikan pendampingan yang diperlukan agar pelaku usaha bisa ekspor. 

 

"Alhamdulillah indeks kepuasan masyarakat di semester II tahun ini terhadap Badan Mutu nilainya 93,53 atau sangat baik. Terimakasih atas kepercayaannya dan jangan ragu untuk datang ke UPT kami," tutupnya. 

 

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo, pihaknya mencatatkan ekspor hasil perikanan sebanyak 1,15 juta ton dengan nilai USD 4,81 Miliar pada periode Januari - Oktober 2024. Berbagai strategi pemasaran dilakukan untuk meningkatkan serapan ekspor hasil perikanan di pasar global dan domestik.  

 

Angka tersebut, sambungnya, lebih tinggi dibanding periode serupa di 2023 yaitu sebanyak 0,99 juta ton dengan nilai USD 4,61 Miliar. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 5 negara tujuan ekspor utama Indonesia meliputi Amerika Serikat, Tiongkok, Asean, Jepang, dan Uni Eropa. 

 

"Dari sisi komoditas, pertama udang kemudian Tuna-Cakalang-Tongkol, Cumi-Sotong-Gurita, Rajungan-Kepiting, dan Rumput Laut, serta beberapa komoditas potensial lainnya, seperti Tilapia dan Ikan Hias. Tentu jumlahnya masih memungkinkan untuk bertambah karena data sementara sampai Oktober," terangnya.

 

Peningkatan ini tak lepas dari sejumlah upaya KKP, salah satunya berpartisipasi pada pameran berskala internasional. Tercatat, dari 5 pameran yang diikuti selama 2024, telah terealisasi kontrak dagang senilai USD 50,03 juta. 

 

"Ini tentu membawa angin segar bagi penguatan akses pasar luar negeri produk perikanan kita," jelas Budi.

 

Untuk memudahkan pelaku usaha mengakses pasar luar negeri, KKP mengembangkan sistem market intelligence yang berisi data dan informasi, serta analisis yang dapat menggambarkan posisi Indonesia dengan negara-negara lain, baik sebagai tujuan pasar maupun kompetitor produk perikanan di pasar global.  

 

Analisis pasar saat ini terutama untuk  6 jenis komoditas utama Indonesia, yakni udang, tuna, rumput laut, lobster, kepiting, dan tilapia. "Ini bagian inovasi untuk melihat peluang pasar ekspor khususnya komoditas prioritas," urai Budi.

 

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan KKP mendukung program hilirisasi yakni dengan meningkatkan produksi perikanan di hulu yang bersumber dari perikanan tangkap maupun budidaya. Ia menyebutkan, hasil perikanan tangkap Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 7,5 juta ton, ikan budidaya 5,5 juta ton, sedangkan produksi rumput laut sebesar 9,2 juta ton. (SG-1)