SOKOGURU - Kenali kesalahan fatal dalam branding produk baru yang kerap menjerat pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Sebagai pelaku UMKM harus memahami betul jika branding bukan sekadar menempelkan logo cantik pada produk baru.
Lebih dari itu, branding merupakan fondasi yang menentukan bagaimana produk baru dapat dikenal, diingat, dan dipersepsikan calon konsumen.
Namun disayangkan, dalam setiap peluncuran produk inovatif, tidak sedikit UMKM yang tanpa sadar terperangkap dalam kesalahan branding yang berulang.
Dan kesalahan-kesalahan ini bisa menjadi batu sandungan, yang dapat menghambat laju pertumbuhan bisnis. Untuk itu, kenali kesalahan branding produk baru yang umum dilakukan UMKM dan perlu dihindari.
1. Abai terhadap Riset Pasar Mendalam
Branding yang efektif jauh melampaui sekadar desain logo yang menarik atau pemilihan nama yang unik. Inti dari branding yang kuat terletak pada pemahaman yang komprehensif tentang target pasar.
Kenali target audiens, dan jangan lupakan peta persaingan. Untuk itu perlu mengumpulkan data nyata dengan melakukan riset pasar secara aktif.
Sebab, meluncurkan produk tanpa riset pasar yang memadai sama halnya dengan berjualan tanpa mengetahui siapa pembeli.
Bahkan, sekalipun produk yang dijajakan memiliki kualitas bagus bisa saja gagal, jika tidak menjawab kebutuhan pasar yang sesungguhnya.
2. Tidak Memiliki Identitas Brand
Identitas brand adalah esensi, jiwa, atau DNA dari merek Anda. Ia adalah fondasi yang menopang seluruh aktivitas branding yang akan Anda lakukan.
Bayangkan brand Anda sebagai seorang individu. Maka perlu menentukan kepribadian yang ingin Anda tonjolkan, agar terhubung secara emosional dengan target pasar.
Dampak identitas yang kabur merupakan kesalahan branding produk baru, akibat identitas brand yang tidak jelas.
Ini akan membuat pesan-pesan branding terasa hambar, tidak fokus, membingungkan, dan sulit melekat di benak calon pelanggan.
Tanpa ciri khas yang membedakan dengan produk lain, brand Anda akan sulit menonjol di tengah ramainya persaingan pasar saat ini.
3. Salah Sasaran dan Terabaikan
Positioning adalah tentang bagaimana Anda ingin produk dipersepsikan, dan diingat oleh target pasar. Ini adalah tentang menanamkan citra yang spesifik di benak konsumen terkait dengan produk Anda.
Jelaskan secara spesifik apa yang membuat produk Anda berbeda dan mengapa konsumen harus memilihnya dibandingkan alternatif lain.
4. Kesan Pertama Mengecewakan
Nama brand adalah kesan pertama yang diterima calon pelanggan. Ia adalah identitas verbal yang akan didengar, dilihat, dan diingat.
Pilihlah nama brand yang mudah diucapkan, mudah dieja, memiliki makna positif atau relevan dengan produk/nilai brand, dan yang terpenting, tersedia untuk didaftarkan sebagai merek dagang untuk melindungi identitas bisnis Anda.
5. Desain Visual Tidak Profesional
Logo, kemasan produk, materi promosi (brosur, flyer), hingga tampilan website dan media sosial adalah representasi visual dari brand Anda.
Elemen-elemen ini menyampaikan pesan dan membangun persepsi tentang kualitas dan profesionalisme brand Anda.
Desain visual yang asal-asalan, tidak konsisten antar platform, atau terkesan ketinggalan zaman akan memberikan kesan tidak profesional.
Hal ini dapat menurunkan kepercayaan calon pelanggan terhadap kualitas produk Anda secara keseluruhan.
6. Komunikasi Tidak Konsisten
Konsistensi adalah kunci utama dalam membangun brand awareness (kesadaran merek) dan kepercayaan pelanggan.
Pastikan semua pesan branding yang Anda sampaikan, baik melalui saluran online maupun offline, sejalan dengan identitas brand yang telah ditetapkan.
Mulai dari gaya bahasa yang digunakan dalam copywriting, tone suara dalam video atau podcast, hingga elemen visual (warna, font, gambar) yang ditampilkan, semuanya harus konsisten di seluruh platform komunikasi Anda.
Konsistensi dalam komunikasi membangun kredibilitas dan kepercayaan. Pelanggan akan merasa lebih yakin dengan brand yang memiliki pesan yang jelas dan tidak berubah-ubah.
7. Mengabaikan Umpan Balik Pelanggan
Umpan balik (feedback) dari pelanggan, baik berupa pujian, kritik, maupun saran, adalah aset berharga bagi perkembangan brand Anda. Jangan pernah meremehkan atau mengabaikan suara pelanggan.
Perhatikan dengan seksama apa yang dikatakan pelanggan tentang produk Anda, kualitas layanan, atau bahkan persepsi mereka terhadap brand kompetitor.
Gunakan umpan balik tersebut sebagai bahan evaluasi untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Dengan mendengarkan dan merespons umpan balik pelanggan, menunjukkan bahwa Anda peduli terhadap kepuasan mereka, dan bersedia untuk terus berinovasi dan menjadi lebih baik.