SOKOGURU- Dalam dunia usaha yang kompetisinya semakin tinggi (hyper kompetitif), citra merek (brand image) adalah aset berharga yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Seiring kemajuan teknologi dan media sosial, cara konsumen memandang merek juga semakin berkembang. Merek yang baik (good brand) cenderung memiliki loyalitas pelanggan yang kuat.
Sementara merek yang buruk (bad brand) dapat cepat terpuruk dan membawa bisnis sengkarut. Sebab itu, penting bagi pelaku UMKM memiliki strategi yang jelas dalam membangun merek positif dan menghindari kebiasaan yang dapat merusak citra merek.
Berikut ulasan Smesco terkait pentingnya membangun merek yang baik. Tujuan dari tulisan ini untuk saling sinau (belajar) bersama, membahas perbedaan antara Good Brand dan Bad Brand serta langkah-langkah aplikatif untuk mengimplementasikan strategi membangun merek yang sukses bagi sobat UMKM.Yuk kita simak!
Baca juga: Tingkatkan Daya Saing, Pelaku UMKM Dapat Pelatihan dari Smesco
1.Apa Itu Good Brand?
Merek UMKM yang baik, adalah merek yang dikenal karena memiliki reputasi solid dan kredibilitas tinggi di mata konsumen. Barang boleh lokal, tetapi merek UMKM harus punya kualitas, punya layanan penjualan yang konsisten, orientasi tata kelola bisnisnya menciptakan hubungan kuat dengan pelanggan, serta mengelola komunikasi efektif dengan customer.
Good brand tidak hanya menjual produk atau layanan, tetapi juga memberikan pengalaman nilai yang lebih kepada konsumen. Berikut ciri-ciri dari Good Brand:
- Kualitas Produk yang Konsisten: Produk atau layanan yang ditawarkan berkualitas serta value product-nya terjaga baik. Konsumen tahu mereka dapat mengandalkan produk itu untuk memenuhi kebutuhan mereka.
- Inovasi dan Diferensiasi: Good brand selalu berusaha untuk tetap relevan dengan terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan pasar.
- Kepercayaan Pelanggan: Konsumen percaya pada merek tersebut, karena merek tertentu tersebut selalu memenuhi janji yang diberikan dan bertanggung jawab atas produk yang mereka tawarkan.
- Kepercayaan Pelanggan: Konsumen percaya pada merek tersebut, karena merek tertentu tersebut selalu memenuhi janji yang diberikan dan bertanggung jawab atas produk yang mereka tawarkan.
- Hubungan Emosional dengan Pelanggan: Good brand mampu membangun ikatan emosional dengan pelanggan, menciptakan loyalitas berkelanjutan.
- Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan: Merek yang baik seringkali memiliki kebijakan dan praktik yang berfokus pada tanggung jawab sosial dan berkomitmen mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
2.Apa Itu Bad Brand?
Merek yang buruk, di lain sisi, sering kali berjuang dengan masalah reputasi, kualitas produk yang buruk, atau pengelolaan yang tidak efektif. Produk dengan reputasi bad brand dapat membuat kondisi penurunan penjualan yang drastis, kehilangan pelanggan, dan bahkan menghadapi kegagalan di pasar.
Baca juga: How to Develop a Product Part 3 – Get Action to Your Product
Ciri-Ciri Bad Brand:
- Kualitas Produk yang Buruk: Produk atau layanan yang ditawarkan tidak memenuhi harapan konsumen, sering kali cacat atau tidak dapat diandalkan.
- Pengalaman Pelanggan yang Negatif: Bad brand cenderung gagal memberikan pengalaman pelanggan yang memadai, sering kali menanggapi keluhan dengan lambat atau tidak sama sekali.
- Komunikasi yang Buruk: Bad brand tidak dapat menyampaikan pesan yang jelas kepada konsumen atau memiliki citra yang kabur dalam benak audiens.
- Kehilangan Kepercayaan: Merek yang buruk sering kali melanggar janji yang mereka buat kepada pelanggan, baik itu terkait kualitas produk, harga, maupun waktu pengiriman.
- Kurangnya Tanggung Jawab Sosial: Merek buruk tidak peduli terhadap dampaknya pada lingkungan atau masalah sosial yang ada, yang pada gilirannya bisa merusak citra mereka.
3.Strategi Membangun Good Brand
Membangun merek yang baik memerlukan komitmen dan perencanaan yang matang. Berikut adalah langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan oleh pelaku UMKM untuk menciptakan sebuah brand bertumbuh menjadi Good Brand.
- Fokus pada Kualitas Produk: Pastikan produk UMKM yang ditawarkan selalu memenuhi atau melebihi standar yang diharapkan oleh konsumen. Lakukan pengujian produk secara berkala untuk memastikan kualitasnya. Jika perlu, tingkatkan kualitas melalui inovasi atau perbaikan berkelanjutan.
Contohnya, brand fashion MSMO fokus pada kualitas desain produk mereka pada anak-anak muda gen Z. Merek MSMO memiliki karakteristik yang merepresentasikan diri gen Z melalui penampilan stylish menurut selera masing-masing, menjadi salah satu alasan utama brand lokal itu menawarkan koleksi outfit kekinian yang limited stylish edition dengan harga dapat dijangkau gen Z.
- Kenali Pelanggan Anda: Lakukan riset pasar untuk memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan. Gunakan data ini untuk menyesuaikan produk dan layanan bisnis sobat UMKM agar lebih relevan bagi target audiens.
- Contoh: This Is April (TIA) hadir di pasar Indonesia sebagai brand fashion pakaian siap pakai (ready to wear) dengan rentang usia konsumen 21-35 tahun.
- TIA menghadirkan desain model kekinian dan harganya terjangkau. Produk-produk TIA yang dijual dengan harga dibawah Rp300 ribu itu memiliki ciri khas yang menjadikannya keunggulan kompetitif.
- Tim TIA mampu meluncurkan 30 model pakaian baru setiap minggunya menyesuaikan desain mereka dengan preferensi lokal yaitu desain mengikuti tren, nyaman dipakai, mudah dipadu-padankan (easy to mix and match), dan terjangkau (affordable).
- Kebiasaan cara-cara tim TIA mewujudkan keinginan customer serta menjadikan mereka sebagai reverensi pertumbuhan bisnis mereka.
- Kini, TIA telah hadir di banyak kota di Indonesia, bahkan telah merambah pasar Malaysia. Ke depannya, merek produk tersebut akan masuk ke pasar Singapura, Vietnam, dan juga Brunei.
- Komunikasi yang Konsisten dan Jelas: Pastikan semua saluran komunikasi merek, mulai dari media sosial hingga iklan tradisional, menyampaikan pesan yang jelas dan konsisten.
Baca juga: How to Develop a Product Part 2 – Testing Product
Beberapa dari Anda mungkin sudah sangat akrab dengan brand yang sangat identik dengan kota atau tokoh tertentu. Nah, hal tersebut salah satu contoh dari pembentukan karakter brand.
Gunakan elemen visual yang dapat dikenali, seperti logo dan desain produk, untuk memperkuat identitas merek (brand identity). Urusan brand akan selalu erat kaitannya dengan logo, nama brand, gaya tulisan, simbol dan hal lain sebagainya. Berbagai hal ini sangat penting karena hal tersebutlah yang akan pertama kali dirasakan oleh pelanggan.
Contohnya, brand Diana Restu, produk pakaian muslim yang sukses menerapkan strategi brand identity. Latar Diana yang pernah berkarir di perusahaan nasional barangkali menjadi inspirasi memberi warna pada identitas Diana Restu.
Mulai dari outfit yang diproduksi mengusung tema casual, kantoran, dan formal. Penampilan Diana yang mengenakan hijab juga menginspirasinya untuk memproduksi pakaian- pakaian cenderung tertutup, seperti atasan tangan panjang, tunik, dan celana panjang.
Diana memilih identitas ini karena sesuai dengan taste-nya, yang memang cenderung dengan gaya tersebut.
4. Bangun Kepercayaan dengan Pelanggan
Untuk membangun kepercayaan, perusahaan perlu memastikan bahwa mereka selalu memenuhi janji mereka, baik itu terkait dengan pengiriman, kualitas, atau pelayanan purna jual.
Contohnya, coba beri customer Anda dengan layanan pelanggan yang luar biasa, di mana Anda memberikan pengembalian barang yang mudah tanpa biaya tambahan, menciptakan kepercayaan yang kuat dengan pelanggannya.
Semoga tips itu bisa memberikan diferensiasi yang memberikan penglaaman paripurna di customer Anda.
Baca juga: Yuk, Jelajahi Kekuatan Konten YouTube dan TikTok yang Membentuk Preferensi Gen Alpha
5. Berikan Nilai Lebih dan Tunjukkan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan dapat berfokus pada tanggung jawab sosial dengan meminimalkan dampak lingkungan, mendukung kegiatan amal, atau berpartisipasi dalam inisiatif sosial.
Hal itu akan membangun citra positif yang tidak hanya berfokus pada keuntungan semata. Contohnya, Du Anyam. UMKM tersebut berpartisipasi dalam inisiatif sosial dengan upaya mereka mendukung perubahan sosial, seperti mempromosikan keadilan sosial dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Du Anyam merupakan sebuah perusahaan sosial dengan misi memberdayakan perempuan penganyam di pedesaan Indonesia Timur melalui kerajinan tangan tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT).
Transformasi Good Brand vs Bad Brand Menjadi Rich Brand vs Poor Brand
Lebih lanjut, Smesco menyoroti dalam dunia pemasaran modern, perkembangan dan reputasi sebuah merek memiliki dampak sangat signifikan terhadap keberhasilan bisnis.
Di masa lalu, menurut Smesco, istilah good brand dan bad brand seringkali lebih berfokus pada kualitas produk atau layanan yang ditawarkan. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan perubahan perilaku konsumen, paradigma ini mulai bergeser.
Kini, konsep tersebut telah berkembang menjadi dua kategori yang lebih relevan dalam konteks ekonomi kontemporer: yakni Rich Brand dan Poor Brand.
Robert T. Kiyosaki, menawarkan pandangan yang unik tentang bagaimana seseorang atau perusahaan dapat mengelola aset dan membangun kekayaan.
Kiyosaki lebih menekankan pentingnya pengelolaan finansial yang cerdas, pendidikan finansial, serta pemahaman tentang perbedaan antara aset dan liabilitas dalam dunia bisnis.
Ketika diterapkan dalam konteks merek, konsep-konsep yang diajarkan oleh Kiyosaki dapat memberikan panduan berguna dalam membangun merek yang sukses atau menghindari merek yang buruk.
Lebih lanjut, kita akan melihat bagaimana kerangka pikir Robert T. Kiyosaki dapat diterapkan untuk membangun Rich Brand dan menghindari Poor Brand, serta langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh UMKM atau individu untuk mencapai tujuan tersebut.
Berikut kerangka Pikir Robert T. Kiyosaki dalam Dunia Merek:
- Salah satu konsep utama yang diajarkan Kiyosaki adalah perbedaan antara aset dan liabilitas. Dalam konteks merek, aset adalah segala sesuatu yang mendatangkan uang atau keuntungan.
Liabilitas adalah segala sesuatu yang menghabiskan uang atau sumber daya tanpa menghasilkan nilai jangka panjang.
- Ketika diterjemahkan ke dalam dunia merek, Good Brand bisa dianggap sebagai aset yang menghasilkan keuntungan jangka Panjang. Untuk bertransformasi menjadi Rich brand, sebuah merek perlu lebih dari sekadar produk berkualitas.
Merek itu harus mampu beradaptasi dengan perubahan pasar, berinovasi secara terus-menerus, dan menciptakan nilai yang berkelanjutan.
- Rich Brand adalah merek yang tidak hanya sukses dalam penjualan, tetapi juga dalam menciptakan ekosistem yang mendukung nilai ekonomi jangka panjang.
Dalam perspektif itu, rasanya tidak terlalu berangan-angan bagi seorang pelaku UMKM diera digitalisasi artificial intelligence (AI) dan keterbukaan sistem informasi seperti sekarang, kini menentapkan timeline sebuah brand yang pelaku UMKM bangun, kemudian di masa mendatang, brand yang sudah dibangun mampu memiliki multy platform support system untuk mendukung bisnis sobat UMKM hingga bertransformasi menjadi sebuah sistem kapitasi yang memiliki nilai pasar berkelanjutan bagi investor.
Pada tahap itulah brand UMKM Anda berhasil shifting bertubuh menjadi Rich Brand. Sebaliknya, Poor Brand adalah liabilitas yang menguras sumber daya, merusak reputasi perusahaan, dan menyebabkan kerugian yang tidak terhitung jumlahnya.
Rich Brand sebagai Aset
Sebuah merek yang baik dapat dilihat sebagai aset yang tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga membangun pondasi jangka panjang untuk perusahaan.
Dalam kerangka pikir Kiyosaki, merek yang kuat adalah sesuatu yang bisa mendatangkan pendapatan pasif dan meningkatkan nilai pasar perusahaan.
Ciri-Ciri Rich Brand dalam Perspektif Kiyosaki:
- Menghasilkan Pendapatan Berkelanjutan (Cash Flow):
- Kiyosaki selalu menekankan pentingnya aliran kas yang positif. Sebuah merek yang baik harus mampu menghasilkan pendapatan berkelanjutan yang tidak hanya tergantung pada produk atau layanan musiman, tetapi juga menciptakan sumber daya yang terus berputar.
- Contohnya, UMKM-UMKM yang sudah naik kelas, diantaranya berhasil membangun system franchise, sukses membangun merek yang kuat yang terus menghasilkan pendapatan dari penjualan produk, langganan, dan hak cipta.
- Mereka tidak hanya menjual produk tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendatangkan keuntungan jangka panjang.
- Penciptaan Aset yang Menguntungkan:
- Kiyosaki mengajarkan pentingnya menciptakan aset yang dapat memberikan pengembalian finansial yang tinggi. Merek yang baik adalah aset yang tidak hanya mendatangkan keuntungan langsung tetapi juga membangun ekuitas yang dapat dihargai oleh investor dan pasar.
- Contohnya, UMKM bidang food and beverages (FnB) emiten minuman kekinian PT Platinum Wahab Nusantara Tbk. (TGUK) brand Tegug telah berhasil go public atau melantai di Bursa Saham Indonesia.
- Nilai dari perdagangan dilantai bursa menciptakan citra merek yang kuat mendukung nilai pasar serta brand equity yang bisa mengarah pada peluang pendanaan, pengembangan produk baru, dan ekspansi pasar.
- - Menjaga Reputasi dan Loyalitas Pelanggan:
- Menurut Kiyosaki, aset yang baik harus memiliki kemampuan untuk berkembang dan bertahan lama.
- Reputasi yang baik membantu sebuah merek untuk mendapatkan kepercayaan. Loyalitas pelanggan kami ibaratkan seperti gerakan politik bawah tanah - tidak terlihat tapi terasa getarannya.
- Ketika sobat Smesco sukses mendapatkan loyalitas pelanggan, hal baik tersebut menciptakan aliran kas yang stabil dan bertahan lama - merupakan karakteristik utama dari sebuah aset.
- Diversifikasi Pendapatan: Salah satu pelajaran utama dari Kiyosaki adalah pentingnya diversifikasi pendapatan.
Rich Brand mampu menciptakan beragam sumber pendapatan, baik melalui produk baru, ekspansi pasar, ataupun akuisisi serta mengupayakan bisnis terhindar dari kejenuhan pasar.
Jadi, apapun jenis bisnis yang Anda jalankan, harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan melakukan diversifikasi merek untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber pendapatan.
Jadi, para sobat UMKM di seluruh tanah air, dalam dunia yang semakin terhubung dan cepat berubah, perbedaan antara Rich Brand dan Poor Brand bukan hanya soal kualitas produk, tetapi lebih kepada bagaimana merek beradaptasi, inovasi yang berkelanjutan, dan menciptakan hubungan yang kuat dengan konsumen.
Merek yang dapat mempertahankan relevansi mereka dengan mengutamakan pengalaman, keberlanjutan, dan diferensiasi, akan menemukan jalan menuju keberhasilan finansial yang lebih besar.
Sebaliknya, mereka yang gagal beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan konsumen, berisiko terjebak dalam ketidakpastian perang harga, pengurangan kualitas bahan baku produksi dan stagnasi yang mempengaruhi keberlanjutan merek itu sendiri.
Salah satu konsep penting yang diajarkan Kiyosaki adalah bahwa kerugian jangka panjang sering kali disebabkan oleh reputasi yang rusak. Biaya untuk memperbaiki citra merek yang buruk sering kali jauh lebih besar daripada biaya untuk membangun merek yang kuat dari awal.
Nah, bagi pelaku UMKM di Indonesia, salah satu upaya bertumbuh kuat bersama dalam bisnis, yaitu terkoneksi dalam ekosistem UMKM Smesco Indonesia. Sobat Smesco bisa berkonsultasi dengan Pusat Layanan UKM Smesco melalui WhatsApp +6281310786655 untuk memperkaya literasi bisnis, serta memperluas jangkauan pemasaran dan meningkatkan ekuitas merek sobat Smesco. (SG-1)