SOKOGURU, BEKASI: Banyak kisah sukses bermula dari garasi. Bukan hanya Bill Gates, Steve Jobs, atau Walt Disney—kisah serupa juga datang dari sudut Bekasi, tepatnya di dekat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Di sanalah "Kaya Hutan", usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi tembikar artistik dan dekorasi rumah, berkembang pesat hingga mampu menembus pasar ekspor.
Didirikan Khoirunisa Perwita Sari (32) sejak tahun 2020, usaha ini kini mampu memproduksi hingga 5.000 tembikar setiap bulan.
Baca juga: Wakil Mendag Terus Dorong UMKM Indonesia Percaya Diri Mampu Tembus Pasar Ekspor
Berbagai produk tembikar modern seperti pot tanaman, art tekstur, clay edukatif hingga dekorasi rumah dihasilkan dari tangan-tangan pengrajin lokal.
Kaya Hutan lahir dari ketekunan Nisa, yang awalnya hanya menjual tanaman hias saat pandemi Covid-19.
“Awalnya saya jualan tanaman, tapi saya sadar tren itu musiman. Akhirnya saya fokus ke pot-nya, yaitu tembikar, karena bisa dikembangkan dan tahan lama,” ujar Nisa saat ditemui di workshop-nya di Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, baru-baru ini.
Nama "Kaya Hutan" dipilih karena rumahnya sempat penuh sesak oleh tanaman dan tembikar hingga menyerupai hutan mini.
Gandeng Pengrajin Tembikar dari Plered, Purwakarta
Nisa pun mulai menggandeng pengrajin tembikar dari Plered, Purwakarta, untuk memproduksi pot dan dekorasi dengan desain khusus sesuai permintaan pasar.
Kini, usaha tersebut tak hanya menjadi ladang rezeki pribadi, tapi juga membuka peluang kerja bagi para pengrajin.
Baca juga: UMKM Peralatan Dapur Kayu, Karya Winazar Bidik Pasar Global
“Dulu saya cari pengrajin yang butuh modal, lalu kami bantu beli oven biar bisa produksi besar. Sekarang kami bermitra dengan banyak pengrajin, apalagi kalau untuk ekspor—ini usaha padat karya,” jelas Nisa.
Tak hanya di pasar lokal, Kaya Hutan kini mencuri perhatian buyer internasional.
Nisa aktif mengikuti berbagai pameran, termasuk ajang bergengsi BRI EXPO(RT) di ICE BSD, Tangerang, Banten. Januari 2025 lalu.
Lewat dukungan pelatihan dari BRI Inkubator, Growpreneur, dan Rumah BUMN, Kaya Hutan mendapat kesempatan tampil di stand VIP—mengangkat brand-nya ke level baru.
“Setelah ikut BRI EXPO(RT), omzet kami naik signifikan. Banyak leads masuk, dan yang paling membanggakan, pengrajin kami merasa dihargai, karena ternyata karya mereka punya nilai besar,” ujar Nisa sebagaimana dilansir situs BRI.
Saat ini, omzet Kaya Hutan berkisar antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta per bulan. Namun Nisa optimistis angka itu akan terus naik seiring dengan bertambahnya permintaan dari dalam dan luar negeri.
Rumah BUMN Bantu UMKM Go Global
Sementara itu, Pimpinan BRI KC Jakarta S Parman, Yogie H. Nainggolan, menegaskan bahwa pelatihan yang diberikan lewat Rumah BUMN menyasar peningkatan kualitas UMKM, mulai dari digitalisasi usaha, pembukuan, kemasan produk, hingga akses pasar.
Baca juga: Kisah UMKM Sukses: Perjalanan CV Karya Winazar Menembus Pasar Internasional
“Banyak UMKM punya produk bagus tapi terkendala pemasaran. Di Rumah BUMN, kami bantu melalui pelatihan dan kurasi agar mereka siap tampil di event besar dan bertemu dengan buyer, termasuk dari luar negeri,” ujar Yogie, baru-baru ini.
Dengan semangat dan strategi yang tepat, Kaya Hutan jadi bukti bahwa usaha kecil bisa menjelma besar. Dari garasi rumah, kini melangkah menjadi pemain tembikar artistik berkelas ekspor. (SG-2)