SokoBisnis

Antre 1,5 Jam demi Gorengan! Rahasia di Balik Omzet Puluhan Juta dalam 3 Bulan

Usaha gorengan laris bukan cuma soal rasa, tapi kualitas bahan dan teknik! Mau tahu cara sukses bisnis gorengan yang bisa hasilkan omzet besar jualan gorengan?

By Rizki Laelani  | Sokoguru.Id
17 Maret 2025

Ingin punya usaha kuliner rumahan sukses dengan omzet jutaan dari jualan gorengan? Yuk, mulai dari jualan makanan ringan kekinian dengan teknik gorengan renyah dan bahan berkualitas untuk usaha gorengan. Ikuti tips jualan makanan ringan dan jadilah bagian dari tren bisnis makanan 2025. Gorengan premium bahan berkualitas, bikin pelanggan balik lagi! Foto Youtube: Zayn YR.

SOKOGURU - Banyak orang sering hanya melihat besarnya omzet usaha tanpa mengetahui kualitas bahan yang digunakan. 

Seorang pengusaha kuliner mengungkap bahwa meskipun banyak komentar tentang omzet besar yang ia raih, bahan yang digunakan pun bernilai tinggi. 

"Iya aku banyak dikomen orang katanya omsetnya (omzet-KBBI) gede omsetnya gede tapi kan bahanku juga lumayan kayak bahkan coklat nanti lihat ada coklat namanya kalebu itu 2,5 itu harganya Rp850 ribua, selain Goldenfil," ujar pelaku UMKM Tari menjelaskan di tempat usahanya di Jalan Kalibata, Jakarta.

Berkat penggunaan bahan berkualitas, banyak pelanggan menjadi langganan tetap dan rela mengantre lama demi menikmati gorengan yang ia jual. 

"Makanya kebanyakan customerku itu orang yang udah beli dia beli lagi. Jadi udah langganan. Iya makanya banyak yang bilang aku antri 1 jam seteng gitu ya tapi rasanya enggak bikin kapok," lanjutnya dikutip dari Youtube Zayn YR.

Setiap harinya, ia membawa 11 kilogram adonan, dengan tiap kemasan seberat satu kilogram lebih sedikit. 

Adonan tersebut sudah dipersiapkan dari rumah agar proses produksi di lokasi jualan menjadi lebih efisien. 

"Ini pakai susu juga," ucapnya sambil menunjukkan bahan-bahan yang digunakan.

Pengusaha ini bahkan membuat adonan tanpa bantuan mixer, mengadon manual hingga malam hari demi menjaga kualitas rasa. 

Sekali adon, ia hanya mampu mengolah 2 kilogram adonan, dan seluruh proses bisa berlangsung hingga pukul 23.00 malam. Setiap satu kilogram adonan dapat menghasilkan sekitar 24 porsi.

Dalam adonannya, ia menggunakan kombinasi beberapa jenis tepung untuk menciptakan tekstur renyah. 

"Tepung terigu lebih ke banyak tepung terigunya kak, apa pakai teia enggak sih pakai, itu biar buat ngerenyahin nya terus pakai tepung beras juga," katanya. 

Ia juga menambahkan sedikit gula agar gorengan tidak menjadi terlalu manis atau berwarna hitam saat digoreng.

Tak hanya tepung, semua bahan yang digunakan merupakan produk premium, termasuk cokelat, susu, dan bahkan minyak goreng. 

"Aku konsepnya semua dari tepung-tepungan sampai coklat semua pakainya yang premium premium ya. Heeh bahkan kayak minyak pun pakainya yang kemasan asli nih airnya nih apa asli airnya Iya kayak mineral," imbuhnya.

Meski baru menjalankan usaha selama tiga bulan, ia sudah berhasil mencuri perhatian banyak pelanggan. 

Sebelumnya, ia bekerja di sebuah restoran namun kini mengandalkan resep keluarga. 

"Dulu kerja di resto terus ini resep dari orang tua. Mama aku tukang gorengan sama tukang catering jadi dikasih tahu cara-caranya," ungkapnya penuh semangat.

Salah satu rahasia kerenyahan gorengannya adalah proses penggorengan dua kali. "Itu kuncinya biar garing masaknya dua kali entar," katanya. 

Setelah digoreng pertama kali hingga setengah matang, gorengan akan digoreng kembali hingga matang sempurna dan berwarna golden brown.

Dalam sehari, ia menggunakan sekitar 13 liter minyak goreng. Untuk bahan utama seperti pisang, ia memakai empat tandan pisang kepok per hari, karena menurutnya jenis pisang tanduk tidak cocok untuk resepnya. 

“Aku udah test food enggak ada yang cocok ini doang yang cocok di maksudnya pakai coklat ya tuinang ya,” jelasnya.

Selain pisang, ia juga menjual gorengan nangka madu dan memilih nangka manis dari Lampung dan Jawa. 

"Aku nyarinya yang manis aja sih biar rasanya enggak kalah sama Cempedak,” katanya. 

Ia membawa 50 kilogram nangka setiap hari sebagai alternatif bagi pelanggan yang tidak menyukai pisang.

Dalam mempersiapkan dagangan, ia bekerja dibantu beberapa orang termasuk pasangannya. 

Proses produksi dimulai dari pagi hingga malam, dan semua bahan sudah dipotong dan dipersiapkan dari rumah untuk efisiensi. 

"Soalnya udah antri juga tuh udah langsung pada ngelis," ucapnya.

Pelanggan bisa memilih berbagai topping seperti cokelat cair Golden Fel, dark chocolate crunchy, tiramisu, hingga green tea. 

Ia pun menyusun pesanan dengan rapi agar tidak terjadi kesalahan dalam penyajian. 

“Jadi gini tumpuk lagi entar Salah ngambil bisa ya kamu mana yang belum pisahin kalau yang udah ditulis jangan ditumpuk sama yang kosong,” katanya memberi instruksi.

Kualitas dan konsistensi rasa membuat gorengannya tetap enak bahkan hingga malam keesokan harinya. 

"Teras rumah ini dimakan sampai besok malam masih enak aku udah test food," tutupnya. 

Usaha gorengan premium ini menjadi bukti bahwa dengan bahan berkualitas dan kerja keras, omzet besar bisa dicapai meski baru berjalan tiga bulan. (*)