SOKOGURU - Hampir semua pengguna ponsel kini sudah akrab dengan media sosial, termasuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Banyak di antara mereka yang telah menggunakan platform ini untuk memasarkan produknya.
Namun, masih ada yang ragu-ragu dalam mengoptimalkan media sosial untuk berjualan.
Salah satu tantangan diungkapkan oleh Cindy Margaretha, seorang pengusaha keripik balado di Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang memulai usahanya pada Januari 2025.
Cindy selama ini hanya mengandalkan WhatsApp untuk sistem pre-order. Namun, ia kini tertarik untuk belajar berjualan di marketplace dan media sosial seperti TikTok.
"Tapi tantangannya gimana supaya bisa terus kreatif, sih. Karena bikin video, mikirin konten, mikirin captionnya, harus kreatif. Terus gimana supaya kita ditonton orang," ungkap Cindy saat mengikuti pelatihan UMKM di Rumah BUMN BRI.
Cindy bukan satu-satunya peserta dalam pelatihan ini. Ada sepuluh pengusaha UMKM lain yang juga merupakan nasabah BRI yang mengikuti sesi bertajuk "Raih Cuan Maksimal: Strategi Jualan Online Aman & Tepat Sasaran."
Acara ini diadakan secara offline di Rumah BUMN BRI bekerja sama dengan Shop Tokopedia.
Para peserta yang mayoritas ibu-ibu berkumpul untuk belajar memasarkan produk secara digital, khususnya melalui TikTok.
Sebagian besar dari mereka sudah memiliki akun di platform ini, tetapi belum memanfaatkannya untuk meningkatkan pendapatan.
"Kesulitannya dari sisi peserta kebanyakan belum terbiasa dengan digital platform, apalagi metode jualan di TikTok ini berbeda dengan marketplace lain," jelas Dea Cintya Oktavianti, Business Development Manager Shop Tokopedia.
Sebagai langkah awal, Dea menjelaskan dasar-dasar promosi produk secara digital, termasuk penggunaan judul produk yang menarik, pemanfaatan fitur keranjang kuning, dan pembuatan konten video pendek.
Selain itu, ia juga menguraikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat live streaming.
Dalam sesi pelatihan, peserta diajarkan bahwa ketika berjualan secara live, penjual harus selalu berbicara untuk menjaga interaksi dengan audiens.
Salah satu peserta, Edi Hasmaya, bertanya apakah suara ketukan atau musik bisa digunakan sebagai alternatif jika merasa lelah berbicara, yang disambut tawa peserta lainnya.
Setelah materi selesai, peserta dipandu untuk membuat toko mereka di media sosial. Beberapa peserta hanya perlu menambahkan produk, sementara yang lain baru memulai dari awal.
Mereka juga langsung mencoba membuat video promosi meskipun masih sebatas menampilkan produk tanpa berbicara.
Menurut Dea, salah satu tantangan terbesar bagi pelaku UMKM adalah membangun kebiasaan membuat konten dan melakukan live streaming.
Banyak di antara mereka yang merasa tidak percaya diri atau kesulitan mengatur waktu.
"Kesulitannya lagi, mereka harus bikin konten dan ngelive tapi tidak ada waktu, tidak percaya diri. Itu tantangan kami gimana caranya membuat mereka terbiasa dengan metode berjualan ini, karena kan harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan mengikuti yang lagi tren," tambahnya.
Dea menyarankan agar pelaku UMKM memanfaatkan momen tertentu, seperti Ramadan, di mana pengguna TikTok lebih banyak menghabiskan waktu untuk scrolling.
Hal ini dapat dimanfaatkan dengan kampanye pemasaran yang sesuai dengan tren saat itu.
Windy Maretnawati, pengusaha katering dari Depok, berencana menerapkan teknik jualan online yang baru dipelajarinya, terutama untuk produk jamu dan kue kering.
Sementara itu, Hanna Watirah, pemilik usaha kue kering di Cakung, berharap jumlah pesanannya meningkat dengan strategi live streaming.
Koordinator Rumah BUMN BRI, Jajang Rahmana, menyebutkan bahwa pelatihan digital marketing ini merupakan bagian dari program berkelanjutan mereka.
Setiap sesi pelatihan, baik online maupun offline, diikuti oleh 25-30 peserta.
"Setelah ini mereka dilepas untuk praktik masing-masing, menambahkan produk sendiri ke toko onlinenya. Baru kita kasih pendampingan bagaimana caranya supaya produk mereka bisa laku," tutup Jajang.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan semakin banyak UMKM yang mampu memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualan dan memperluas jangkauan pasarnya. (*)