SOKOGURU,Jakarta- Al-Qur'an tetap relevan di era kecerdasan buatan (AI). Kemajuan teknologi justru semakin mengungkap kebenaran ilmiah yang terkandung dalam kitab suci umat Islam.
Al-Qur’an tidak hanya memberi kepuasan bagi umat di masa Nabi. Saat ini, Al-Qur’an juga memberi kepuasan intelektual bagi masyarakat di era AI.
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan hal itu dalam Peringatan Nuzulul Qur’an Tingkat Kenegaraan 1446 H, di Kantor Kemenag, Jakarta, Senin (17/3)malam.
Pada acara yang mengusung tema Merawat Kerukunan Umat dan Membangun Cinta Damai melalui Al-Qur’an itui dihadiri sejumlah tokoh nasional dan perwakilan negara sahabat.
“Dedaunan mengeluarkan getaran, dan getaran tersebut, ketika direkam menggunakan AI, menghasilkan pola bertuliskan Allah. Hal ini membuktikan seluruh alam semesta bertasbih kepada Allah sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an,” ujar Menag mengutip temuan William Brown, dalam siaran resmi Kemenag, Selasa (18/3).
Menag Nasaruddin juga mengungkapkan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan, sebagaimana yang ditekankan dalam konsep ekoteologi Islam.
“Seluruh alam semesta merupakan saudara kembar manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Tidak ada benda mati, semuanya bertasbih kepada-Nya,” imbuhnya.
Al-Qur’an dan spirit cinta kasih
Lebih lanjut, Nasaruddin mengulas Al-Qur’an diturunkan untuk membimbing manusia kembali kepada fitrah keilahiannya. Ia menjelaskan bahwa Allah memiliki dua aspek, yakni The Lord yang maskulin dan perkasa, serta The God (Rabbun) yang penuh kasih dan pemeliharaan.
“Menariknya, 80% dari 99 Asmaul Husna bersifat feminim, seperti Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yang berulang kali disebut dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa Allah lebih menonjol sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,” paparnya.
Menurut Menag Nasaruddin, seluruh ayat Al-Qur’an bila diringkas menjadi satu kata, maka kata tersebut adalah cinta. Sebab itu, ia menegaskan Islam seharusnya diperkenalkan dengan kelembutan dan penuh kasih sayang.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kemenag, Abu Rokhmad, menambahkan, peringatan Nuzulul Qur’an tahun ini diawali dengan Gerakan Indonesia Khataman. Sebanyak 350.000 khataman Al-Qur’an telah diselesaikan dalam satu hari pada 16 Maret 2025.
Selain itu, Kemenag juga meluncurkan Penulisan Mushaf Nusantara sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pengembangan Al-Qur’an bercorak khas Indonesia. Menag Nasaruddin Umar dijadwalkan menorehkan titik pada lafaz basmalah sebagai simbol dimulainya penulisan mushaf tersebut.
“Nuzulul Qur’an adalah peristiwa monumental yang membawa perubahan besar bagi peradaban manusia. Al-Qur’an hadir sebagai pedoman hidup yang mengajarkan kemanusiaan, keadilan, dan harmoni,” ujar Abu.
Ia mengatakan, sebagai negara dengan keberagaman etnis dan budaya, Indonesia memiliki potensi konflik horizontal. Namun, jika setiap pemeluk agama mengamalkan ajaran kitab sucinya, kerukunan dan kedamaian akan terus terjaga.
Tanggung jawab lingkungan
Sementara itu, penceramah Kiai Said Agil Husin Al Munawar (Menag periode 2001-2004) membahas peran Al-Qur’an dalam membentuk kesadaran ekologis umat Islam.
Ia menjelaskan, manusia ditetapkan sebagai pemimpin di bumi dengan tanggung jawab untuk memelihara dan mengelola alam secara bijaksana.
“Tafsir ekologis dalam Islam menegaskan manusia adalah khalifah yang diberi amanah untuk memakmurkan bumi. Untuk itu, Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam menggunakan sumber daya, menghemat air dan energi, serta mengurangi penggunaan plastik,” tutupnya.
Acara Peringatan Nuzulul Qur’an Tingkat Kenegaraan 1446 H dihadiri sejumlah tokoh, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang, Wamenag Romo HR Muhammad Syafi’i, duta besar negara sahabat, serta perwakilan ormas Islam. (SG-1)