Soko Berita

Pasar Tradisional Sepi! Menteri UMKM Bongkar Penyebab dan Solusinya

Pasar tradisional makin sepi! Menteri UMKM ungkap penyebabnya, dari e-commerce hingga judi online. Bagaimana nasib UMKM ke depan? Simak selengkapnya!!

By Ratu Putri Ayu  | Sokoguru.Id
03 April 2025

Dulu pasar tradisional ramai, kini banyak pedagang UMKM mengeluh sepi. E-commerce, judi online, hingga budaya Lebaran berubah! Bagaimana solusinya? Foto: umkm.go.id

SOKOGURU - Sepinya pasar tradisional belakangan ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman. 

Ia menegaskan bahwa kondisi ini perlu dipahami secara menyeluruh agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menyikapinya.

Maman menjelaskan bahwa perubahan cara berbelanja masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan turunnya omzet pedagang pasar tradisional. 

Jika dulu masyarakat lebih sering datang langsung ke pasar, kini banyak yang beralih ke platform digital dan e-commerce. 

Pergeseran kebiasaan ini menunjukkan perubahan signifikan dalam pola konsumsi masyarakat.

Menurut Maman, agar tidak tertinggal oleh perubahan zaman, para pedagang pasar tradisional perlu diberikan edukasi dan dorongan untuk mulai memanfaatkan platform digital. 

"Nah artinya sekarang untuk mengantisipasi itu, ya kita harus memberikan edukasi atau meng-encourage pengusaha-pengusaha yang di pasar-pasar yang metode konvensional untuk mulai beradaptasi melalui media digital. Ini yang lagi mau kita dorong," ungkapnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (2/4).

Tren digitalisasi UMKM terus mengalami pertumbuhan yang pesat. Berdasarkan laporan Deputi Usaha Kecil, jumlah pelaku usaha yang mulai berjualan secara online meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. 

Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku dalam transaksi jual-beli yang kini lebih mengandalkan teknologi.

Perubahan pola belanja juga terlihat dari tren pembelian parsel Lebaran yang kini lebih banyak dilakukan melalui e-commerce. 

Maman mengakui bahwa faktor praktis menjadi alasan utama masyarakat beralih ke platform digital. 

"Jadi lebih praktis dibandingin kita harus stok lagi di satu titik, lalu kita bawa lagi ke tempat pengirim. Kalau sekarang kan dari tempat penjual, kita langsung kirim ke lokasi," jelasnya.

Menurut Maman, masyarakat cenderung memilih belanja online karena kemudahan yang ditawarkan. 

Dengan hanya beberapa klik, produk dapat langsung dikirim ke alamat tujuan tanpa harus repot membawa barang belanjaan secara fisik. 

Faktor ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya pengunjung pasar tradisional.

Selain perubahan pola belanja, Maman juga menyoroti faktor lain yang mempengaruhi daya beli masyarakat, yaitu maraknya judi online. 

"Penurunan daya beli masyarakat itu juga ada faktor lain juga. Ini tadi saya selalu bilang, faktor marah ke judi online, itu juga luar biasa loh. Itu nggak bisa dianggap remeh," tegasnya.

Maman mengungkapkan bahwa berdasarkan temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), uang yang mengalir ke judi online dalam satu tahun mencapai Rp900 triliun. 

"Jadi bayangkan kalau misalnya contoh ya, ada si A, baru dapat kiriman uang dari orang tuanya, Rp2 juta. Rp500 ribu atau Rp1 jutanya dipakai untuk judi online dan lain sebagainya," katanya.

Namun, Maman menambahkan bahwa tren judi online kini mulai menurun seiring dengan gencarnya penertiban yang dilakukan oleh pemerintah. 

Ia berharap kondisi ini dapat berkontribusi pada peningkatan daya beli masyarakat yang sebelumnya tergerus akibat praktik perjudian digital.

Selain faktor ekonomi dan judi online, Maman juga menyoroti perubahan budaya dalam perayaan Lebaran. 

Jika sebelumnya mudik menjadi tradisi yang tidak terlewatkan, kini semakin banyak masyarakat yang memilih untuk merayakan Idulfitri di tempat mereka masing-masing.

"Ya artinya bukan karena ketidakmampuan daya beli, tapi sudah mulai berubah kultur. Jadi yang tadinya mungkin mereka memilih untuk lebaran di kampung, akhirnya lebih banyak memilih lebaran di tempat mereka masing-masing. Jadi banyak faktor kalau kita melihat itu," jelasnya.

Meskipun berbagai faktor mempengaruhi perputaran ekonomi di sektor UMKM, Maman menegaskan bahwa secara keseluruhan, fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang baik. 

"Jadi saya pikir, tetapi dalam secara keseluruhan sih, secara fundamental ekonomi kita masih oke, masih bagus," katanya.

Sebagai penutup, Maman menekankan pentingnya adaptasi dalam dunia usaha, khususnya bagi UMKM dan pedagang pasar tradisional. 

Dengan memanfaatkan teknologi digital, mereka dapat bertahan dan tetap berkembang di era transformasi ini. 

Ke depan, sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha diharapkan dapat menciptakan ekosistem bisnis yang lebih kompetitif dan berkelanjutan. (*)