Soko Berita

Editorial: Mewujudkan Mudik Idul Fitri Aman dan Terjangkau, Momen UMKM Raup Cuan

Idul Fitri bukan hanya momen untuk berkumpul dengan keluarga, tetapi juga saat yang tepat untuk memanfaatkan potensi ekonomi terutama bagi pelaku UMKM

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
13 Maret 2025

Kendaraan mengantre pamjang di gerbang tol saat arus mudik Idul Fitri. (Ist/Kemenhub)

SOKOGURU: Idul Fitri, momen yang dinanti-nanti oleh jutaan umat Muslim di Indonesia, selalu diwarnai dengan tradisi mudik atau pulang kampung. 

Setiap tahun, arus mudik menjadi sorotan utama di berbagai media, terutama terkait dengan jumlah pemudik yang terus meningkat dan tantangan besar dalam menyediakan sarana transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau. 

Namun, di balik kemeriahan mudik, ada persoalan serius yang tidak boleh diabaikan: tingginya angka kecelakaan, kemacetan parah, dan terbatasnya infrastruktur yang menghubungkan kota dengan desa.

Angka Pemudik Meningkat, Infrastruktur Terbatas

Pemerintah melalui berbagai program, seperti mudik gratis menggunakan kapal laut, sudah berusaha mengatasi masalah ini. 

Baca juga: Minat Mudik Gratis Idul Fitri, Kemenhub Sediakan 48.867 Tiket Gratis Kapal Laut

Program mudik gratis yang diprakarsai oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada 2025 menyediakan lebih dari 48.000 tiket kapal laut untuk 336 keberangkatan, yang melayani rute ke 153 tujuan. 

Namun, apakah program ini benar-benar cukup untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus meningkat? 

Menurut data Kementerian Perhubungan, pada 2024 lebih dari 18 juta pemudik menggunakan jalur darat, sementara sebagian besar memilih kendaraan pribadi atau bus. 

Angka ini meningkat tajam setiap tahunnya, menciptakan kemacetan yang luar biasa dan risiko kecelakaan yang tinggi.

Kenyataan bahwa mudik darat masih menjadi pilihan utama menandakan adanya keterbatasan dalam layanan transportasi alternatif, seperti kereta api dan kapal laut. 

Sementara transportasi udara, meskipun lebih cepat, tetap terjangkau hanya bagi segmen masyarakat tertentu yang mampu membeli tiket mahal. 

Sedangkan moda transportasi darat—terutama sepeda motor dan mobil pribadi—menjadi pilihan mayoritas pemudik, meskipun itu justru menyumbang potensi kecelakaan yang mengkhawatirkan.

Tingginya Angka Kecelakaan dan Fatalitas

Menurut data dari Korlantas Polri, selama periode arus mudik 2024, terjadi 1.700 kecelakaan yang melibatkan lebih dari 2.000 kendaraan, dengan 350 orang meninggal dunia dan lebih dari 1.500 orang lainnya mengalami luka-luka. 

Baca juga: Minat Mudik Gratis Idul Fitri, Kemenhub Sediakan 48.867 Tiket Gratis Kapal Laut

Mayoritas kecelakaan ini terjadi di jalur-jalur padat yang belum sepenuhnya mendukung kelancaran arus lalu lintas. 

Jalan tol yang baru saja dibuka, tidak jarang menjadi titik rawan bagi para pemudik yang terburu-buru mencapai kampung halaman. 

Sedangkan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, tetap mendominasi angka kecelakaan dengan mayoritas pengendara tidak dilengkapi perlindungan yang memadai.

Angka-angka ini tentu mencerminkan betapa rentannya perjalanan mudik, terutama saat infrastruktur jalan yang ada belum memadai untuk menampung lonjakan volume kendaraan. 

Ditambah lagi dengan mentalitas sebagian pengemudi yang lebih mementingkan kecepatan ketimbang keselamatan, membuat kecelakaan menjadi risiko yang harus dihadapi oleh setiap pemudik.

Perlu Reformasi Kebijakan Transportasi

Program mudik gratis, meskipun penting, seharusnya bukanlah satu-satunya solusi. Pemerintah perlu memperkuat reformasi transportasi, tidak hanya menjelang Idul Fitri, tetapi sepanjang tahun. 

Investasi besar dalam infrastruktur transportasi umum yang lebih ramah terhadap masyarakat luas harus menjadi prioritas. 

Kereta api, bus, dan kapal laut harus menjadi alternatif yang lebih menarik dan aman, tidak hanya dari segi harga, tetapi juga kenyamanan dan keselamatan.

Selain itu, pemerintah perlu mengedukasi masyarakat mengenai keselamatan berkendara, serta memaksimalkan operasi penyuluhan keselamatan di titik-titik rawan kecelakaan. 

Sebagai contoh, penyuluhan tentang pentingnya penggunaan helm pada pengendara sepeda motor dan pemberian hukuman yang tegas bagi pengemudi yang tidak mematuhi aturan lalu lintas harus lebih digencarkan.

Mudik yang Lebih Terjangkau dan Berkelanjutan

Mudik bukan hanya tentang tradisi, tetapi juga tentang kesejahteraan sosial. Bagi banyak orang, mudik adalah kesempatan langka untuk berkumpul dengan keluarga. 

Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa layanan transportasi yang disediakan tidak hanya mampu menampung jumlah pemudik yang besar, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat. 

Program seperti mudik gratis memang sangat membantu, namun lebih dari itu, pemerintah harus memastikan adanya opsi transportasi yang dapat diakses sepanjang tahun.

Selain itu, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, transportasi ramah lingkungan juga harus menjadi perhatian. 

Mendorong penggunaan kendaraan umum yang lebih efisien energi dan ramah lingkungan, serta memperbanyak sarana transportasi publik yang terintegrasi, akan menjadi langkah maju menuju masa depan mudik yang lebih berkelanjutan.

Mudik Idul Fitri adalah simbol dari kuatnya ikatan keluarga dan budaya Indonesia. 

Namun, di balik antusiasme mudik, terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi. 

Baca juga: Jangan Sampai Ketinggalan! Tiket Mudik Gratis 2025 untuk UMKM dan Masyarakat Umum

Tingginya angka kecelakaan, kemacetan yang tak terhindarkan, serta keterbatasan infrastruktur transportasi menunjukkan bahwa mudik harus dipandang sebagai masalah yang lebih besar daripada sekadar tradisi. 

Program mudik gratis dan peningkatan layanan transportasi memang penting, tetapi reformasi menyeluruh dalam kebijakan transportasi harus dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan seluruh pemudik.

Mudik harus menjadi pengalaman yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi setiap masyarakat Indonesia, bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan pulang ke rumah dengan rasa aman di dalamnya. 

Peluang Emas di Tengah Tradisi Besar

Idul Fitri bukan hanya momen untuk berkumpul dengan keluarga, tetapi juga saat yang tepat untuk memanfaatkan potensi ekonomi yang luar biasa, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Arus mudik dan balik Lebaran, yang melibatkan puluhan juta pemudik setiap tahunnya, memberikan peluang emas bagi UMKM untuk berkembang dan meraih keuntungan, baik di jalur darat, laut, maupun udara.

Lonjakan Konsumsi yang Menguntungkan UMKM

Menurut data Kementerian Perhubungan, diperkirakan lebih dari 20 juta orang akan melakukan perjalanan mudik pada Lebaran 2025, dengan 18 juta di antaranya menggunakan kendaraan pribadi. 

Selain itu, arus balik juga diprediksi mencapai angka yang hampir sama. 

Lonjakan jumlah pemudik ini membuka peluang bagi UMKM untuk memenuhi berbagai kebutuhan konsumen, baik yang bersifat konsumsi langsung maupun kebutuhan selama perjalanan.

Di sepanjang jalur mudik, mulai dari jalan tol, pelabuhan, hingga terminal, UMKM dapat memanfaatkan kesempatan untuk membuka lapak atau kios yang menawarkan berbagai produk, mulai dari makanan dan minuman, aksesori perjalanan, hingga oleh-oleh khas daerah. 

Data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menunjukkan bahwa sektor makanan dan minuman selalu mengalami lonjakan penjualan selama musim mudik. 

Sebagai contoh, produk makanan ringan, minuman kemasan, dan makanan siap saji diperkirakan akan mengalami kenaikan permintaan hingga 30% selama periode arus mudik dan balik.

Penguatan UMKM Lokal di Destinasi Tujuan

Di sisi lain, pemudik yang kembali ke kampung halaman sering kali mencari produk lokal untuk dibawa pulang, yang memberi ruang bagi UMKM daerah untuk berkembang. 

Baca juga: Ungkap Potensi Besar UMKM, Maman Abdurrahman: Bukan Sekadar Pedagang Kaki Lima

Mulai dari produk kerajinan tangan, pakaian tradisional, hingga produk makanan khas daerah, semua memiliki potensi pasar yang besar selama Lebaran. 

UMKM di daerah tujuan mudik, terutama yang terletak di destinasi wisata atau daerah yang ramai pemudik, dapat memperoleh keuntungan besar dari penjualan produk mereka.

Sebagai contoh, UMKM di daerah-daerah wisata seperti Yogyakarta, Bali, dan Jawa Tengah, yang memiliki ciri khas produk lokal, biasanya mengalami peningkatan omzet hingga 40-50% selama masa mudik. 

Peningkatan ini bukan hanya menguntungkan para pelaku UMKM, tetapi juga berkontribusi pada ekonomi lokal secara keseluruhan.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk memberdayakan UMKM selama periode mudik, baik di jalur darat maupun di dunia digital. (SG-20