sokoguru.id—Udara panas mengepung Kota Cimahi siang itu. Di trotoar, orang-orang mengantre di toko boba dan minimarket. Sebotol minuman ringan—soda, teh, boba—menjadi pilihan untuk meredakan panas tubuh. Tapi, seperti kita tahu, di balik kesegaran minuman ringan itu terdapat ancaman kesehatan yang mengintai.
Upaya mengurangi gula berlebih dalam minuman-minuman ringan telah dilakukan berbagai perusahaan. Kemasan-kemasan berlabel less sugar atau zero sugar mudah ditemukan di antara minuman ringan lainnya, tetapi itu bukan solusi mutakhir. Karena, dengan bertambahnya satu varian produk, maka bertambah pula jumlah sampah yang beredar.
Tapi Cimahi bukan sekadar kota biasa. Cimahi, dengan kultur kreatif kerap melahirkan anak muda yang memiliki visi luar biasa. Sekelompok anak muda di Cimahi memiliki gagasan brilian untuk mengatasi dua isu yang telah dipaparkan sebelumnya. Kelompok itu bernama Parasheyhat (baca: parasehat).
Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Prinsip itu dipegang teguh oleh Parasheyhat. Mereka membentuk bisnis kombucha, minuman teh fermentasi asal Korea. Minuman dengan sensasi segar itu menjawab pula isu kesehatan yang berasal dari minuman ringan.
“Awalnya kita konsumsi kombucha secara pribadi. Kita mulai rutin minum kombucha sejak 2018. Kita kalau barbeque sama anak-anak suka bikin kombucha dulu sebelumnya,” tutur Azmi, “mulainya dari ring 1 dulu, lama-lama orang-orang terdekat ikut konsumsi juga. Baru mulai meluas,” lanjutnya.
Kombucha sehat juga nikmat. Seluruh proses produksinya melalui rangkaian higienis. Fermentasi menggunakan Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast (SCOBY) tak hanya menghasilkan rasa manis-asam yang menyegarkan, tetapi juga menambah kandungan baik dalam larutan kombucha.
“Biasanya makanan sehat itu kontradiktif dengan makanan enak, contohnya jamu. Kita ingin mendobrak itu. Makanya kita bikin kombucha. Rasanya masih ada manisnya, oh ada rasa fruity-nya, kita kasih rempah-rempah buat nambah aroma. Jadi makanan sehat bukan sebagai obat, tapi bisa dinikmati sehari-hari,” ungkap Azmi Kautsar, owner Parasheyhat.
Setelah teh manis melalui proses fermentasi, kombucha memiliki kandungan asam organik, vitamin B kompleks, vitamin C, enzim hidrolitik, ethanol, karbon dioksida, polifenol, mineral, serta senyawa antimikroba. Kandungan gizi dari teh manis biasa seperti mengalami upgrade.
Setelah menciptakan produk minuman sehat yang enak, Parasheyhat pun memikirkan solusi untuk permasalahan sampah. Pertama, Parasheyhat menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang di setiap produknya. Kemasan botol kaca menjadi pilihan utama, sebab botol kaca lebih awet dan bisa digunakan kembali.
“Kita sebenernya ga masalah sama plastik. Selama plastik ini sampai ke tempat daur ulang, sebenarnya ga ada masalah sama sekali. Karena ada akan terpakai kembali menjadi kresek atau trash bag. Yang bikin plastik jadi berbahaya tuh kalau plastik digunakan sekali pakai,” terang lelaki berkacamata itu.
Azmi menerangkan, penggunaan botol kaca pun bisa berakibat fatal jika botol kaca digunakan sekali pakai. “Karena alam membutuhkan energi lebih besar untuk membuat botol kaca daripada botol plastik,” ungkapnya, “makanya, penggunaan bahan ramah lingkungan itu berawal dari sistem yang padu.”
Selain botol kaca, Parasheyhat juga menggunakan botol plastik food grade untuk kemasan 1 liter dan 5 liter. Pertimbangan penggunaan plastik sebagai kemasan pun telah dipikirkan matang-matang. Di beberapa toko yang berlangganan kombucha Parasheyhat, terdapat tempat sampah untuk produk mereka. Sehingga konsumen tidak perlu kebingungan untuk membuang sampah.
Sampah-sampah itu dipastikan tiba di tempat daur ulang, sehingga siklus sampah plastik di Parasheyhat dapat terukur. Sementara itu, botol kaca yang digunakan di toko-toko yang berlangganan kombucha Parasheyhat, bisa dikembalikan.
“Alhamdulillah dari 100 botol kaca yang kita sebar, 50 kembali ke sini. Di sini botol disterilkan kembali untuk digunakan di produksi kombucha selanjutnya,” ungkap Azmi.
Bisnis sehat yang Parasheyhat lakukan bisa menjadi role model bagi para pelaku UMKM. Kelak, UMKM yang berdiri bisa ikut memikirkan isu lingkungan dari bisnisnya. “Kesadaran pola hidup sehat akan terus dikampanyekan. Dari mulai konsumsi, hingga perilaku sehari-hari,” pungkas Azmi.