SOKOGURU, JAKARTA - Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah semakin dekat, namun masih ada perbedaan dalam penentuan 1 Syawal 1446 H antara Muhammadiyah, NU, dan pemerintah.
Muhammadiyah dan pemerintah menggunakan metode hisab dalam menentukan awal bulan Syawal, sementara NU mengandalkan rukyat.
Hisab merupakan perhitungan astronomi yang memprediksi posisi hilal tanpa perlu pengamatan langsung, sedangkan rukyat memerlukan observasi bulan baru di langit.
Perbedaan metode ini sering kali menyebabkan perbedaan tanggal Lebaran antara Muhammadiyah dan NU.
Selain perbedaan metode, waktu pengumuman juga berbeda. Muhammadiyah biasanya menetapkan jauh-jauh hari berdasarkan kalender hisab, sedangkan NU dan pemerintah menunggu hasil rukyat yang dilakukan mendekati tanggal 1 Syawal.
Pemerintah melalui Kementerian Agama akan melakukan sidang isbat untuk mengumumkan secara resmi, sementara NU menyesuaikan dengan hasil rukyat yang dilakukan di berbagai titik pengamatan di Indonesia.
Perbedaan Penetapan 1 Syawal 1446 H
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki metode berbeda dalam menentukan awal Syawal.
Pemerintah akan menggelar sidang isbat pada 29 Maret 2025 untuk menentukan kapan umat Islam merayakan Idulfitri.
Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025, Lebaran Idulfitri akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Penetapan ini menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang mengacu pada perhitungan astronomi tanpa menunggu hasil rukyatul hilal.
NU Masih Menunggu Hasil Rukyat
Nahdlatul Ulama belum mengumumkan jadwal Idulfitri 2025. Sesuai tradisi, NU menetapkan awal Syawal berdasarkan metode rukyat, yaitu mengamati hilal secara langsung.
Dalam beberapa tahun terakhir, keputusan NU sering sejalan dengan keputusan pemerintah.
Kementerian Agama RI akan melakukan sidang isbat pada 29 Maret 2025 untuk menentukan awal Syawal.
Keputusan ini akan mempertimbangkan hasil perhitungan hisab serta observasi hilal yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia.
Penjelasan Kemenag tentang Penentuan Idulfitri
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa penentuan Idulfitri dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyat.
Dua pendekatan ini sejalan dengan Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2024.
Menurut data astronomi, konjungsi atau ijtimak akan terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 17.57.58 WIB.
Saat Matahari terbenam, posisi hilal berkisar antara -3 di Papua hingga -1 di Aceh, sehingga kemungkinan belum terlihat secara kasat mata.
Kementerian Agama akan melakukan rukyat di 33 titik di seluruh Indonesia untuk memastikan keberadaan hilal.
Hasil rukyat ini akan menjadi bahan pertimbangan utama dalam sidang isbat.
Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat
Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal yang mengandalkan perhitungan astronomi, sedangkan NU dan pemerintah mengombinasikan rukyat dengan hisab untuk memastikan visibilitas hilal.
Keputusan pemerintah terkait penetapan Idulfitri akan diumumkan setelah sidang isbat.
Masyarakat diimbau untuk menunggu hasil resmi sebelum merayakan Lebaran.
Meskipun Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran pada 31 Maret 2025, keputusan resmi dari pemerintah dan NU masih menunggu hasil rukyat.
Perbedaan ini diharapkan tidak mengurangi kebersamaan umat Islam dalam menyambut hari kemenangan. (*)