KLINIK UMKM
Serbuan Repeat Order di Bisnis Anda Lewat Interaksi
Seberapa berpangaruh interaksi dalam bisnis anda? Bagaimana Cara kita menilik potensinya? Mari kita simak cerita Rona dan Roni ini
Olehapsoro
20 Juni 2022 03:20
Kisah ini akan menjadi pertarungan bisnis milik Rona dan Roni. Keduanya membuka kedai kopi di blok yang sama, di jalan yang sama. Kedai kopi mereka hanya terpisahkan sebuah zebra cross, dan beberapa pengamen yang lalu-lalang saat lampu merah datang.
Semua kondisi kedainya serba mirip: kedai kopi di tikungan jalan, kaca yang menghadap trotoar, barstia muda enerjik, serta menu yang sama nikmatnya.
Rona memulai bisnis lebih awal, dengan nama Kedai Rindu Malam. Nama yang mengingatkan kita kepada tenda pecel lele atau seafood pinggir jalan ini cukup sukses menggaet pelanggan. Di seberang Kedai Rindu Malam, Roni hampir rampung membenahi bangunan kedainya. Selang seminggu, kedai kopi milik Roni resmi buka. Kedai itu dinamai Depot Kopi.
Sebulan pertama, keduanya memiliki strategi yang sama: promo besar-besaran. Pelanggan datang dan pergi dengan cepat. Begitu pula dengan para ojek online.
Pembukaan di bulan pertama sukses besar. Publik menjadi tahu ada dua kedai kopi baru di ujung jalan. Tapi kemudian, di bulan berikutnya, pelanggan kedua kedai itu mulai surut. Pemandangan kedai yang sibuk perlahan berubah menjadi etalase kosong, lengang.
Kemanakah para pelanggan pergi?
Mengatasi kesepian itu, Rina membuat acara live music. Suara riuh di dalam kedai menjadi daya tarik bagi pelancong yang lewat. Pengunjung pun berdatangan. Mereka semua tampak menikmati suguhan musik di panggung.
Respons positif itu menjadikan live music mulai rutin digelar di Kedai Rindu Malam. Tapi seperti live music pada umumnya, hanya band yang bernyanyi.
Tak mau kalah, Roni hadirkan konten serupa. Pengunjung Depot Kopi mulai ramai, hingga akhirnya live music menjadi rutin tiap malam. Bedanya, Roni menyiarkan penampilan live music itu di Instagram dan Youtube. Tidak seperti Kedai Rindu Malam, follower Depot Kopi di Instagram bisa menonton keseruan kedai malam itu dari handphone masing-masing.
Juga para pelancong Youtube bisa mengakses session music di Depot Kopi Ketika mencari band kesukaannya.
Dua bulan berselang, Depot Kopi menjadi lebih ramai dibandingkan Kedai Rindu Malam. Bahkan live music di Depot Kopi makin meriah dengan hadirnya beberapa artis lokal untuk menyanyi.
Di sana interaksi antara artis dengan pengunjung menjadi baur. Tak ada sekat apa pun, mereka bisa bernyanyi bersama layaknya sahabat lama yang baru saja jumpa.
Akhirnya, kompetisi bernyanyi pun dilakukan tiap minggu di Depot Kopi. Pengunjung bernyanyi, jurinya artis lokal, hadiahnya dua gelas kopi gratis dan piala bergilir mingguan. Para pemenang pun akan diposting di instagram Depot Kopi selama seminggu. Itu artinya, ketenaran mereka terangkat selama seminggu.
Sekali dayung, dua-tiga pulau terlewati. Kecerdikan Roni membuat pengikut Depot Kopi yang melihat kompetisi bernyanyi di Instagram tertarik untuk berkunjung. Para penantang menjadi panas, segera ingin menjajal mikrofon Depot Kopi.
Hal itu pun menjadi ajang promosi gratisan—hanya bermodalkan kuota handphone—bagi Roni. Makin sering live instagram, makin banyak pula pengikut Depot Kopi. Makin sering live instagram, notifikasi di handphone pengikut semakin sering muncul: semakin sering pula nama Depot Kopi terlihat orang-orang.
Sementara itu, Kedai Rindu Malam milik Rona stuck di situ-situ saja. Nuansa live music yang dihadirkan memang meriah, tapi hanya yang berkunjung saja yang tahu. Bahkan beberapa kali Kedai Rindu Malam hanya menjadi tempat pilihan karena Depot Kopi terlalu penuh untuk didatangi. Lebih jauh lagi: tak ada interaksi yang dijalin dengan pelanggan.
Editor Sokoguru: Ahmad Yunus
TANYA JAWAB
smiley
0/1400 Karakter
    Tidak Ada Komentar